Apa Itu Hierarki Kebutuhan Maslow? Yuk, Pahami 5 Levelnya!

Hierarki kebutuhan Maslow 1

Hierarki kebutuhan Maslow adalah teori psikologi yang membantu Anda memahami apa yang memotivasi manusia dalam hidup.

Teori ini banyak digunakan untuk menjelaskan bagaimana kebutuhan seseorang berkembang dari tahap paling dasar ke tingkat yang lebih tinggi.

Pemahaman ini tidak hanya berguna di dunia psikologi, tapi juga sangat relevan dalam konteks pendidikan, kerja, hingga bisnis.

Dengan mengenal tiap tingkatan dalam teori ini, Anda bisa lebih memahami diri sendiri dan cara berinteraksi dengan orang lain.

Di artikel ini, kami akan membahas lima tingkatan dalam hierarki kebutuhan Maslow dan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Hierarki Kebutuhan Maslow?

pengertian hierarki kebutuhan maslow

Hierarki kebutuhan Maslow pertama kali diperkenalkan oleh Abraham Maslow pada tahun 1943 dalam jurnal berjudul A Theory of Human Motivation.

Dalam teorinya, Maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang tersusun secara bertingkat.

Kebutuhan dasar harus terlebih dahulu dipenuhi sebelum seseorang bisa mengejar kebutuhan yang lebih tinggi dan kompleks.

Berbeda dengan pendekatan psikologi pada masanya yang cenderung menyoroti perilaku menyimpang atau gangguan mental, Maslow justru tertarik untuk mempelajari apa yang membuat manusia merasa bahagia dan bagaimana mereka berusaha mencapai kebahagiaan tersebut.

Ia percaya bahwa setiap individu pada dasarnya ingin tumbuh, berkembang, dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri, konsep yang ia sebut sebagai aktualisasi diri.

Namun, menurut Maslow, sebelum seseorang bisa mencapai aktualisasi diri, ada kebutuhan-kebutuhan lain yang harus lebih dulu dipenuhi, seperti makan, rasa aman, perasaan dicintai, dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Kebutuhan-kebutuhan ini dianggap sebagai dorongan dasar yang sangat kuat dan berpengaruh terhadap perilaku manusia.

Secara garis besar, Maslow membagi kebutuhan ini ke dalam lima tingkatan utama yang dikenal sebagai piramida Maslow, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga kebutuhan aktualisasi diri.

Masing-masing level saling berkaitan, dan setiap orang bisa berada pada tingkat yang berbeda tergantung situasi hidupnya.

Menariknya, meskipun teori ini sering digambarkan sebagai hierarki yang kaku, Maslow sendiri mengakui bahwa urutan pemenuhan kebutuhan bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Ada individu yang lebih mendambakan rasa dihargai ketimbang cinta, atau bahkan mengejar makna hidup meskipun kebutuhan dasarnya belum sepenuhnya terpenuhi.

Baca juga: Customer Segment: Pengertian, Jenis, dan Tahapan Melakukannya

Jenis-Jenis Kebutuhan Menurut Maslow

Dalam hierarki kebutuhan Maslow, setiap kebutuhan manusia dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis utama yaitu deficiency needs (kebutuhan karena kekurangan) dan growth needs (kebutuhan untuk bertumbuh).

Kebutuhan karena kekurangan muncul karena ada sesuatu yang belum terpenuhi dalam diri seseorang.

Selama kebutuhan ini belum terpenuhi, individu akan merasa tertekan atau tidak nyaman.

Contohnya adalah kebutuhan dasar seperti makan, tidur, rasa aman, hingga pengakuan dari orang lain.

Sementara itu, growth needs mencerminkan dorongan untuk berkembang sebagai pribadi yang utuh.

Kebutuhan ini tidak timbul karena kekurangan, melainkan karena adanya keinginan untuk mencapai potensi tertinggi sebagai manusia.

Aktualisasi diri yaitu proses mengenali dan mewujudkan kemampuan terbaik dalam diri merupakan inti dari kebutuhan ini.

Pada tahap ini, seseorang biasanya tidak lagi fokus pada kelangsungan hidup, melainkan pada makna hidup itu sendiri.

Meskipun hierarki ini kerap digambarkan dalam urutan tertentu, Maslow menyadari bahwa tidak semua orang menjalani kebutuhan secara linear.

Ada individu yang lebih mengutamakan penghargaan daripada kedekatan sosial, atau yang merasa terdorong untuk berkarya secara kreatif meskipun kebutuhan dasarnya belum sepenuhnya terpenuhi.

Artinya, urutan kebutuhan bisa berbeda-beda tergantung latar belakang, pengalaman, maupun kondisi psikologis seseorang.

Baca juga: Tindakan Ekonomi: Ini Pengertian, Tujuan dan Jenis-Jenisnya

5 Tingkatan dalam Hierarki Kebutuhan Maslow

Manusia tidak serta-merta termotivasi oleh satu kebutuhan saja.

Maslow meyakini bahwa dorongan manusia berkembang secara bertahap, dimulai dari kebutuhan paling mendasar hingga mencapai potensi tertingginya.

5 tingkatan ini membentuk struktur hierarki yang membantu kita memahami bagaimana prioritas hidup seseorang bisa berubah seiring waktu.

Dalam piramida Maslow, setiap level harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum individu mampu naik ke tingkat berikutnya.

Berikut penjelasan masing-masing level dalam hierarki kebutuhan Maslow, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri.

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Tingkatan paling dasar dari hierarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan fisiologis, yaitu hal-hal yang benar-benar penting untuk kelangsungan hidup manusia.

Contoh kebutuhan pada level ini mencakup makanan, air, udara, suhu tubuh yang stabil, tempat tinggal, dan pakaian.

Maslow juga memasukkan reproduksi seksual sebagai bagian dari kebutuhan fisiologis karena berkaitan dengan kelangsungan generasi manusia.

Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, individu akan kesulitan untuk fokus ke aspek hidup lainnya karena tubuh secara naluriah akan berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini bisa dilihat dari hal sesederhana memastikan kita cukup makan, punya tempat tinggal yang layak, dan kondisi fisik yang sehat.

2. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs)

Setelah kebutuhan fisik terpenuhi, manusia mulai mencari rasa aman dalam hidupnya.

Kebutuhan ini mencakup keamanan secara fisik, finansial, kesehatan, serta perlindungan dari bahaya atau ketidakpastian.

Contohnya bisa berupa keinginan memiliki pekerjaan tetap, asuransi kesehatan, tabungan, atau tinggal di lingkungan yang aman.

Pada tahap ini, seseorang mulai peduli pada stabilitas dan keteraturan dalam hidup, baik dalam aspek ekonomi maupun sosial.

Maslow mengelompokkan kebutuhan fisiologis dan keamanan sebagai kebutuhan dasar (basic needs) karena keduanya menjadi pondasi bagi motivasi selanjutnya.

3. Kebutuhan Sosial (Love and Belonging Needs)

Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, manusia mulai terdorong untuk mencari hubungan sosial yang hangat dan bermakna.

Kebutuhan ini mencakup rasa memiliki, dicintai, diterima, dan menjadi bagian dari suatu kelompok.

Contoh paling umum adalah pertemanan, hubungan keluarga, pasangan, dan keterlibatan dalam komunitas seperti organisasi, tim olahraga, atau kelompok belajar.

Tanpa pemenuhan kebutuhan ini, seseorang bisa merasa kesepian, terasing, bahkan mengalami penurunan motivasi dan kesehatan mental.

Itulah sebabnya dukungan sosial sangat penting, terutama di masa-masa sulit seperti saat kuliah, awal karier, atau saat membangun usaha.

4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)

Pada level keempat, kebutuhan manusia beralih pada pencapaian dan penghargaan dari orang lain maupun dari diri sendiri.

Orang ingin merasa dihargai atas usaha dan kemampuannya, serta memiliki kepercayaan diri dan perasaan bahwa dirinya berharga.

Contohnya mendapatkan pengakuan atas hasil kerja, memenangkan kompetisi, atau mendapat pujian atas kontribusi dalam suatu kegiatan.

Pemenuhan kebutuhan ini membuat seseorang lebih percaya diri dan termotivasi untuk terus berkembang.

Namun, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, bisa timbul perasaan rendah diri, minder, atau tidak dianggap dalam lingkungan sosial.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Puncak dari piramida Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri, yaitu keinginan untuk mencapai potensi terbaik sebagai manusia.

Pada tahap ini, seseorang tidak lagi sekadar ingin diterima atau dihargai, tetapi terdorong untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.

Aktualisasi diri bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk: berkarya, menyelesaikan proyek pribadi, menciptakan sesuatu, atau menekuni minat yang mendalam.

Orang yang sudah berada di level ini biasanya lebih sadar diri, tidak terlalu bergantung pada penilaian orang lain, dan punya orientasi pada pertumbuhan pribadi.

Maslow menyebut, “What a man can be, he must be”, artinya, setiap orang terdorong untuk menjadi seperti yang ia yakini mampu ia capai.

kledo banner 1

Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow

Piramida hierarki kebutuhan maslow

Hierarki kebutuhan Maslow biasanya digambarkan dalam bentuk piramida, di mana lapisan terbawah berisi kebutuhan paling dasar, dan lapisan teratas berisi kebutuhan yang lebih kompleks secara psikologis maupun sosial.

Setiap individu akan terdorong untuk memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu sebelum beranjak ke tingkat yang lebih tinggi.

Semakin naik ke atas, jenis kebutuhan yang muncul pun bergeser dari kebutuhan fisik menuju dorongan emosional dan makna hidup.

Pada tingkat tertinggi, manusia mencari penghargaan terhadap dirinya sendiri serta perasaan berhasil dalam hidup.

Sejalan dengan pandangan Carl Rogers, Maslow menekankan pentingnya aktualisasi diri yakni proses menjadi versi terbaik dari diri sendiri dengan terus berkembang sesuai potensi pribadi.

Baca juga: Jenis Kegiatan Ekonomi, Karakteristik, Tujuan, dan Klasifikasinya

Kritik terhadap Teori Maslow

Meski sangat populer dan banyak digunakan dalam dunia pendidikan hingga bisnis, teori hierarki kebutuhan Maslow tidak lepas dari kritik.

Beberapa ahli mempertanyakan validitas ilmiahnya, serta dasar-dasar antropologis dari konsep tersebut.

Pertama, banyak penelitian tidak menemukan bukti kuat bahwa kebutuhan manusia benar-benar mengikuti urutan hierarkis seperti yang dijelaskan Maslow.

Sebuah studi oleh Wahba dan Bridwell, misalnya, menunjukkan bahwa hanya ada sedikit bukti untuk mendukung pengelompokan kebutuhan tersebut secara berjenjang.

Dalam praktiknya, kebutuhan tidak selalu muncul secara bertahap, dan bisa sangat bergantung pada konteks sosial, budaya, bahkan kepribadian seseorang.

Kritik kedua datang dari aspek ilmiah yakni sulitnya menguji secara objektif definisi self-actualization.

Maslow sendiri menyusun konsep ini berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah kecil individu, termasuk orang-orang yang ia kenal secara pribadi, serta tokoh-tokoh terkenal yang menurutnya telah mencapai aktualisasi diri.

Basis data yang terbatas ini membuat kesimpulannya dianggap kurang representatif dan sulit direplikasi secara ilmiah.

Belakangan, muncul pula kritik dari perspektif budaya. Beberapa sejarawan mencatat bahwa teori Maslow mungkin terinspirasi dari kepercayaan spiritual suku Blackfoot di Amerika Utara yang sempat ia pelajari secara langsung.

Namun sayangnya, pengaruh penting dari nilai-nilai dan pandangan hidup masyarakat adat ini tidak pernah disebutkan secara eksplisit dalam teorinya.

Hal ini menimbulkan pertanyaan etis tentang bagaimana Maslow membangun fondasi teorinya dan apakah ia telah sepenuhnya memahami konteks budaya yang ia amati.

Baca juga: Pentingnya Riset Pasar dalam Mengembangkan Bisnis Kuliner

Perluasan Hierarki Kebutuhan Maslow

Pada tahun 1970, Maslow mengembangkan teorinya lebih lanjut dengan menambahkan tiga jenis kebutuhan baru di bagian atas piramida.

Jika sebelumnya hanya lima tingkat, maka versi revisi ini mencakup total delapan kebutuhan, yang mencerminkan sisi manusia yang lebih kompleks dan mendalam.

  • Kebutuhan kognitif
    Merupakan dorongan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Banyak orang merasa terdorong untuk belajar, mengeksplorasi, dan memahami dunia serta posisi mereka di dalamnya.
  • Kebutuhan estetika
    Berkaitan dengan penghargaan terhadap keindahan, bentuk, dan keseimbangan. Kebutuhan ini bisa terpenuhi melalui pengalaman atau ekspresi seni seperti musik, sastra, arsitektur, hingga desain.
  • Kebutuhan transendensi
    Ini adalah tingkatan tertinggi dalam versi lanjutan Maslow, di mana individu mencari makna yang lebih besar dari dirinya sendiri. Bisa berupa keinginan untuk membantu orang lain, praktik spiritual, koneksi dengan alam, atau pengalaman puncak (peak experience) yang bersifat mendalam dan spiritual.

Perluasan ini memperkaya pemahaman kita tentang motivasi manusia.

Maslow menyadari bahwa manusia tidak hanya digerakkan oleh kebutuhan dasar, tetapi juga oleh hasrat untuk memahami, mencipta, dan melampaui diri sendiri.

Mengapa Hierarki Kebutuhan Maslow Penting untuk Dunia Bisnis?

Hierarki kebutuhan Maslow dan bisnis

Meskipun awalnya dikembangkan dalam konteks psikologi individu, hierarki kebutuhan Maslow ternyata memiliki relevansi yang kuat dalam dunia bisnis modern.

Baik dalam pengelolaan sumber daya manusia, strategi pemasaran, maupun pengembangan produk, pemahaman terhadap kebutuhan manusia ini dapat membantu perusahaan merancang pendekatan yang lebih empatik, terarah, dan berdampak jangka panjang.

Strategi Pengelolaan SDM yang Lebih Manusiawi

Dalam lingkungan kerja, kebutuhan karyawan tidak berhenti pada gaji bulanan.

Mereka juga membutuhkan rasa aman, hubungan sosial yang sehat, apresiasi, hingga ruang untuk berkembang dan menunjukkan potensi diri.

Perusahaan yang mampu memenuhi spektrum kebutuhan ini cenderung memiliki tim yang lebih loyal, produktif, dan kreatif.

Misalnya, menyediakan pelatihan berkala, membuka jalur karier yang jelas, atau menciptakan budaya kerja yang suportif adalah langkah-langkah konkret yang sejalan dengan hirarki Maslow.

Pemasaran yang Berbasis Kebutuhan Konsumen

Maslow juga bisa menjadi landasan untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih tajam.

Produk atau layanan bisa diposisikan sesuai dengan tingkatan kebutuhan audiens target.

Misalnya, produk kebutuhan pokok seperti makanan atau air minum lebih menekankan pada aspek fungsional (kebutuhan fisiologis), sementara produk gaya hidup, pendidikan, atau self-care lebih menyentuh aspek aktualisasi diri dan pencapaian personal.

Pemahaman ini membuat komunikasi pemasaran menjadi lebih relevan dan menyentuh.

Pengalaman Pelanggan yang Lebih Personal

Ketika sebuah brand mampu memenuhi lebih dari satu tingkat kebutuhan pelanggan.

Misalnya, memberi rasa aman saat bertransaksi sekaligus membangun rasa bangga menggunakan produk, maka hubungan pelanggan dengan brand menjadi lebih kuat dan bermakna.

Hal ini pada akhirnya membangun loyalitas jangka panjang.

Pondasi untuk Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan

Bisnis yang sehat tidak hanya mengejar profit, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan internal (tim kerja) dan eksternal (pelanggan).

Ketika kebutuhan-kebutuhan dasar hingga aktualisasi semua pihak terpenuhi, maka bisnis memiliki pondasi yang kuat untuk tumbuh secara berkelanjutan.

Baca juga: Emotional Branding: Contoh dan Cara Menciptakannya

Kesimpulan

Hierarki Kebutuhan Maslow memberi kita cara pandang yang lebih dalam terhadap motivasi manusia, baik dalam konteks kehidupan personal maupun lingkungan bisnis.

Dari kebutuhan paling dasar seperti makan dan rasa aman, hingga kebutuhan psikologis dan aktualisasi diri, setiap tingkatan dalam hierarki ini membentuk fondasi bagi pertumbuhan individu yang sehat dan produktif.

Meskipun teori ini bukan tanpa kritik, aplikasinya dalam dunia modern masih sangat relevan, terutama dalam praktik manajemen, pemasaran, hingga pengembangan organisasi.

Memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berlapis membantu pemilik bisnis membangun tim yang lebih solid, menciptakan produk yang lebih bermakna, dan menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Untuk mendukung semua itu, Anda memerlukan sistem yang tidak hanya efisien, tetapi juga memberi visibilitas menyeluruh terhadap kondisi dan potensi bisnis Anda.

Salah satunya dengan menggunakan software akuntansi seperti Kledo.

Kledo hadir untuk menjawab kebutuhan tersebut mulai dari pencatatan keuangan, pengelolaan inventori, hingga pelaporan yang memudahkan Anda mengambil keputusan strategis.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk buktikan sendiri bagaimana Kledo memudahkan bisnis Anda, gratis 14 hari bahkan selamanya melalui tautan ini.

Annisa Herawati

Tinggalkan Komentar

5 + 17 =