Operating Working Capital (OWC): Rumus, Cara Hitung, dan Kalkulatornya

Operating working capital

Operating Working Capital (OWC) merupakan salah satu indikator penting untuk menilai efisiensi pengelolaan modal kerja dalam operasional bisnis.

Angka ini membantu perusahaan memahami seberapa besar aset lancar yang benar-benar terikat dalam kegiatan sehari-hari.

Di balik laporan keuangan yang tampak kompleks, OWC memberi gambaran yang lebih tajam tentang performa operasional sesungguhnya.

Tanpa pengelolaan OWC yang baik, arus kas bisnis bisa terganggu meski penjualan terlihat tinggi.

Oleh karena itu, memahami cara menghitung dan menganalisis OWC adalah langkah awal menuju pengambilan keputusan keuangan yang lebih cermat.

Dalam artikel ini, kami akan membahas operating working capital secara mendetail, mulai dari pengertian, rumus, contoh perhitungan, hingga tips untuk mengelolanya.

Apa itu Operating Working Capital?

pengertiang operatig working capital

Operating Working Capital (OWC) adalah bagian dari modal kerja yang secara langsung berkaitan dengan aktivitas operasional bisnis sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, penjualan barang atau jasa, dan pembayaran kepada pemasok.

Berbeda dengan total working capital yang mencakup semua aset dan liabilitas lancar, OWC hanya menghitung komponen yang benar-benar aktif digunakan dalam proses bisnis yakni piutang usaha, persediaan, dan utang usaha.

Dalam konteks sederhana, OWC mencerminkan seberapa banyak dana yang bisa segera dimanfaatkan untuk menjalankan kegiatan usaha harian, seperti membayar gaji karyawan, menyewa tempat usaha, atau membiayai operasional kantor lainnya.

Kemampuan bisnis untuk menjaga kelancaran OWC sangat krusial karena biaya operasional tidak bersifat tetap contohnya harga bahan baku yang naik, ongkos logistik bisa berubah, dan tagihan listrik bisa membengkak sewaktu-waktu.

Fakta ini ditegaskan dalam riset American Express yang menunjukkan bahwa 52% pelaku UMKM di Inggris menganggap kenaikan harga barang dan energi sebagai tantangan utama, dan 28% di antaranya berusaha mencari cara tambahan untuk menjaga arus kas mereka tetap sehat.

Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif, pelaku usaha di Indonesia juga menghadapi tantangan serupa.

Karena itu, pemahaman terhadap OWC bukan hanya penting untuk menjaga stabilitas kas, tetapi juga menjadi dasar dalam mengambil keputusan bisnis yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

Baca juga: Days Working Capital: Rumus, Kalkulator, dan Contoh Kasusnya

Mengapa Operating Working Capital (OWC) Penting?

OWC memainkan peran penting dalam menjaga kelangsungan bisnis, terutama dalam hal likuiditas jangka pendek dan efisiensi operasional.

OWC memberikan gambaran seberapa siap sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban harian tanpa harus bergantung pada pinjaman atau pendanaan eksternal.

Ketika perusahaan memiliki OWC yang sehat, mereka memiliki fleksibilitas lebih besar untuk tumbuh, berinvestasi, dan menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Sebaliknya, OWC yang terlalu rendah bisa menjadi sinyal adanya tekanan likuiditas, manajemen aset yang kurang efisien, atau ketergantungan berlebihan pada utang.

Menjaga Kesehatan Keuangan Perusahaan

Salah satu fungsi utama OWC adalah sebagai indikator seberapa efektif manajemen dalam mengelola aset dan kewajiban lancar.

OWC yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu membiayai kebutuhan operasional tanpa kendala, sedangkan OWC yang negatif bisa menandakan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Di sisi lain, OWC yang terlalu tinggi juga bisa berarti adanya dana menganggur di piutang atau persediaan yang tidak produktif.

Mendukung Efisiensi Operasional dan Arus Kas

Manajemen OWC yang baik berarti perusahaan mampu menyeimbangkan perputaran piutang, persediaan, dan pembayaran utang usaha dengan efisien.

Misalnya, mempercepat penagihan piutang dan menjaga level persediaan tetap optimal dapat memperkecil kebutuhan modal kerja tambahan.

Dengan begitu, perusahaan bisa menjaga kelancaran arus kas, mengurangi ketergantungan pada kredit, dan lebih cepat merespons perubahan pasar.

Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Pertumbuhan usaha seperti ekspansi pasar, perekrutan tenaga kerja tambahan, atau peningkatan kapasitas produksi pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit.

OWC yang cukup memungkinkan perusahaan melakukan investasi strategis tanpa harus mengorbankan kelancaran kegiatan operasional harian.

Inilah sebabnya, perusahaan yang ingin berkembang harus memastikan OWC mereka tetap sehat agar rencana ekspansi tidak menjadi beban keuangan.

Mengurangi Risiko Keuangan dan Meningkatkan Daya Tahan

Dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil, perusahaan dengan OWC yang kuat lebih mampu bertahan.

Mereka tidak hanya dapat membayar tagihan tepat waktu, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan pemasok dan kreditor.

Selain itu, perusahaan dengan pengelolaan OWC yang baik akan lebih dipercaya oleh lembaga keuangan, sehingga lebih mudah mendapatkan akses pendanaan dengan syarat yang menguntungkan.

Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Stakeholder

OWC juga digunakan oleh investor dan analis sebagai indikator kesehatan finansial dan efisiensi manajemen.

Jika perusahaan mampu menjaga rasio OWC secara konsisten dalam kondisi sehat, hal ini mencerminkan adanya tata kelola keuangan yang kuat.

Kondisi ini dapat meningkatkan kepercayaan investor, baik untuk pendanaan jangka pendek maupun investasi jangka panjang.

kledo banner 2

Apa Saja Komponen Operating Working Capital?

Operating Working Capital hanya mencakup akun-akun yang benar-benar terlibat dalam aktivitas operasional harian perusahaan.

Berbeda dengan total working capital yang menghitung seluruh aset dan kewajiban lancar, OWC secara selektif hanya menghitung aset dan liabilitas operasional, dan mengecualikan elemen-elemen non-operasional seperti kas atau pinjaman berbunga.

Berikut ini adalah komponen utama dalam perhitungan OWC:

1. Piutang Usaha (Accounts Receivable)

Piutang usaha adalah jumlah tagihan yang belum dibayar oleh pelanggan atas barang atau jasa yang sudah dikirimkan.

Ini mencerminkan pendapatan yang secara teori sudah diperoleh, tetapi belum menghasilkan kas.

Jika tidak dikelola dengan baik, piutang bisa menumpuk dan mengganggu arus kas masuk perusahaan.
Semakin besar piutang yang belum tertagih, semakin besar pula modal kerja yang ‘terkunci’ di dalamnya.

2. Persediaan (Inventory)

Persediaan mencakup bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang belum terjual.

Jika bisnis memiliki persediaan yang terlalu banyak, hal ini justru bisa menghambat arus kas karena modal kerja terikat pada barang yang belum tentu langsung menghasilkan pendapatan.

Namun di sisi lain, kekurangan stok juga bisa mengganggu kelancaran produksi atau pelayanan.

Pengelolaan persediaan yang efisien membantu perusahaan menjaga keseimbangan antara ketersediaan produk dan efektivitas penggunaan modal kerja.

3. Utang Usaha (Accounts Payable)

Utang usaha adalah kewajiban perusahaan kepada pemasok atas pembelian barang atau jasa secara kredit.

Karena biasanya tidak dikenakan bunga, utang usaha dianggap sebagai sumber pendanaan jangka pendek yang relatif “gratis”.

Perusahaan yang mampu mengelola pembayaran utang dengan bijak. Misalnya dengan memanfaatkan masa tenggang pembayaran, bisa mempertahankan kas lebih lama di dalam bisnis, sekaligus menjaga hubungan baik dengan pemasok.

Apa yang Tidak Termasuk dalam OWC?

Meskipun kas termasuk dalam aset lancar, umumnya tidak dihitung dalam OWC karena sifatnya lebih sebagai hasil akhir dari operasional, bukan bagian dari proses operasi itu sendiri.

Demikian pula, utang berbunga atau kewajiban keuangan lainnya tidak termasuk dalam komponen OWC karena merupakan bagian dari struktur pendanaan, bukan aktivitas operasional.

Baca juga: Rasio Sales to Working Capital: Pengertian, Rumus dan Contohnya

Rumus Penghitungan Operating Working Capital

rumus operating working capital

Untuk memahami konsep Operating Working Capital secara utuh, kita perlu mengetahui cara menghitungnya secara tepat.

Rumus umum OWC adalah sebagai berikut:

OWC = Aset Lancar Operasional – Kewajiban Lancar Operasional

Rumus ini fokus hanya pada elemen-elemen yang terlibat langsung dalam aktivitas bisnis sehari-hari.

Artinya, kas dan setara kas tidak termasuk dalam aset lancar operasional karena tidak secara aktif digunakan dalam proses operasional (seperti produksi, penjualan, atau distribusi).

Begitu pula, utang berbunga seperti pinjaman jangka pendek atau jangka panjang juga tidak dihitung dalam kewajiban operasional karena berkaitan dengan pendanaan, bukan kegiatan usaha inti.

Mengapa Kas Tidak Dihitung?

Meskipun kas sangat penting bagi kelangsungan bisnis, perannya lebih bersifat hasil akhir daripada bagian dari proses operasional itu sendiri.

Kas baru dianggap masuk ke dalam OWC jika perusahaan menggunakannya untuk membeli bahan baku, membayar karyawan, atau menjalankan aktivitas lain yang menghasilkan pendapatan.

Baca juga: Cara dan Contoh Menghitung NOPAT dalam Laporan Keuangan

Kalkulator Operating Working Capital (OWC) Gratis

Kalkulator Operating Working Capital (OWC)

Operating Working Capital (OWC): Rp 0

Contoh Penghitungan OWC

Mari kita lihat contoh berikut yang disederhanakan dari laporan keuangan sebuah bisnis kecil:

Aset Lancar OperasionalJumlah (Rp)
Piutang Usaha17.000.000
Persediaan44.000.000
Sewa Dibayar di Muka9.000.000
Asuransi Dibayar di Muka3.500.000
Total Aset Lancar Operasional73.500.000
Kewajiban Lancar OperasionalJumlah (Rp)
Utang Perlengkapan (Supplies)17.500.000
Utang Listrik (Utilities)8.000.000
Gaji & Upah Belum Dibayar25.000.000
Total Kewajiban Operasional50.500.000

Perhitungan OWC:

OWC = Rp 73.500.000 – Rp 50.500.000 = Rp 23.000.000

Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kelebihan aset lancar operasional sebesar Rp 23 juta dibandingkan kewajiban operasional jangka pendeknya.

Artinya, bisnis ini memiliki cukup ruang gerak dalam operasional hariannya, tanpa perlu bergantung pada utang atau pendanaan eksternal dalam waktu dekat.

Apa Arti Hasil Perhitungan OWC Positif atau Negatif?

Setelah menghitung OWC, Anda akan mendapatkan angka yang bisa bernilai positif atau negatif. Masing-masing memiliki arti yang berbeda terhadap kondisi likuiditas operasional bisnis Anda:

Operating Working Capital Positif

Jika hasilnya positif, artinya perusahaan memiliki kelebihan aset lancar operasional dibandingkan dengan kewajiban lancar operasional.

Ini adalah indikator yang baik, menandakan bahwa bisnis Anda memiliki cukup “ruang bernapas” untuk menjalankan kegiatan sehari-hari tanpa terlalu bergantung pada pinjaman atau utang jangka pendek.

Contoh situasi:

  • Bisnis mampu membayar gaji, tagihan listrik, dan kebutuhan lainnya tepat waktu.
  • Tidak terlalu panik saat arus kas dari penjualan sedikit melambat.
  • Ada peluang untuk mengembangkan usaha karena likuiditas yang sehat.

Operating Working Capital Negatif

Jika hasilnya negatif, berarti kewajiban lancar operasional Anda melebihi aset lancar operasional.

Hal ini bisa menjadi sinyal peringatan bahwa bisnis Anda mungkin akan mengalami kendala arus kas dalam waktu dekat jika tidak ditangani dengan cepat.

Risikonya:

  • Sulit membayar tagihan operasional atau kewajiban lainnya tepat waktu.
  • Perusahaan bisa terpaksa meminjam dana tambahan untuk menutup kekurangan.
  • Karyawan atau supplier bisa kehilangan kepercayaan jika pembayaran sering tertunda.

Namun perlu diingat, OWC negatif tidak selalu buruk, tergantung model bisnisnya.

Beberapa perusahaan ritel besar misalnya, bisa tetap sehat walau OWC-nya negatif karena mereka menerima pembayaran tunai dari pelanggan tetapi membayar supplier dengan tenggat yang panjang.

Perbedaan Operating Working Capital dan Net Working Capital

Meskipun sama-sama digunakan untuk menilai kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan, Operating Working Capital (OWC) dan Net Working Capital (NWC) memiliki cakupan, tujuan, dan interpretasi yang berbeda.

OWC hanya memperhitungkan aset dan liabilitas lancar yang berkaitan langsung dengan aktivitas operasional, seperti piutang usaha, persediaan, dan utang usaha.

Sementara itu, NWC atau sering disebut juga working capital saja, mencakup semua aset lancar dan semua liabilitas lancar, tanpa memisahkan komponen operasional dan non-operasional.

Berikut beberapa poin utama yang membedakan keduanya:

AspekOperating Working Capital (OWC)Net Working Capital (NWC)
RumusAset Lancar Operasional – Liabilitas Lancar OperasionalTotal Aset Lancar – Total Liabilitas Lancar
CakupanHanya komponen yang terkait operasional (piutang, persediaan, utang usaha)Semua aset dan liabilitas lancar, termasuk kas dan pinjaman jangka pendek
Fokus AnalisisAktivitas operasional harianKesehatan keuangan jangka pendek secara keseluruhan
TujuanMengukur efisiensi operasional dan kebutuhan modal kerja harianMenilai kemampuan membayar kewajiban jangka pendek
PenggunaManajemen internal untuk keputusan operasionalInvestor, kreditor, dan analis keuangan
Kas dan Setara KasTidak termasukTermasuk
Utang Non-OperasionalTidak termasuk (misalnya utang pajak)Termasuk
Perspektif WaktuJangka pendek, fokus pada operasionalJangka pendek, fokus pada likuiditas umum

Baca juga: Net Working Capital: Pengertian Lengkap dan Cara Hitungnya

Tips Mengelola Operating Working Capital dengan Efektif

Tips kelola OWC

Mengelola Operating Working Capital secara efisien sangat penting untuk menjaga kelancaran operasional tanpa harus bergantung pada utang jangka pendek atau pembiayaan eksternal.

Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan oleh pelaku usaha maupun tim keuangan:

1. Percepat Proses Penagihan Piutang

Usahakan agar piutang usaha tidak menumpuk terlalu lama.

Buat kebijakan penagihan yang jelas, seperti termin pembayaran yang pendek, diskon untuk pembayaran lebih awal, atau sistem pengingat otomatis agar arus kas tetap lancar.

2. Optimalkan Manajemen Persediaan

Terlalu banyak stok bisa mengikat dana, sementara terlalu sedikit stok bisa menghambat penjualan.

Gunakan sistem manajemen inventori yang andal untuk memantau perputaran stok secara real-time dan sesuaikan pembelian dengan kebutuhan aktual.

3. Negosiasikan Syarat Pembayaran dengan Pemasok

Cobalah untuk memperpanjang waktu pembayaran kepada pemasok tanpa menimbulkan risiko hubungan bisnis.

Dengan waktu pembayaran yang lebih fleksibel, bisnis memiliki ruang gerak kas yang lebih longgar.

4. Kaji Ulang Pengeluaran Operasional

Lakukan evaluasi rutin terhadap pengeluaran-pengeluaran operasional seperti langganan software, biaya transportasi, atau beban listrik.

Cari peluang efisiensi agar tidak membebani OWC secara berlebihan.

5. Gunakan Software Akuntansi untuk Monitoring

Gunakan sistem pencatatan keuangan yang memungkinkan Anda memantau aset dan kewajiban operasional secara akurat dan real time.

Dengan begitu, Anda bisa cepat tanggap bila ada anomali dalam struktur modal kerja.

Baca juga: Normal Profit: Pengertian, Rumus, Cara Hitung, dan Contoh Kasusnya

Kesimpulan

Operating Working Capital (OWC) merupakan indikator penting dalam menilai efisiensi operasional harian sebuah bisnis.

Dengan mengetahui berapa banyak aset lancar operasional yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek, pemilik usaha dapat memastikan kelancaran aktivitas bisnis tanpa tergantung pada utang jangka pendek atau sumber pembiayaan darurat.

Memahami perbedaan OWC dengan Net Working Capital (NWC), serta mampu membaca hasil perhitungannya, dapat membantu bisnis mengambil keputusan yang lebih cermat dalam menjaga likuiditas dan mendukung pertumbuhan.

OWC yang sehat menandakan bahwa bisnis memiliki fondasi operasional yang kuat untuk bertahan dan berkembang.

Agar pengelolaan OWC berjalan optimal, tentu diperlukan pencatatan keuangan yang akurat, terstruktur, dan bisa dipantau kapan saja.

Di sinilah peran software akuntansi menjadi krusial. Dengan menggunakan software akuntansi seperti Kledo, Anda bisa melacak piutang, persediaan, hingga utang usaha secara otomatis dan real time, sehingga memudahkan Anda dalam menjaga kestabilan modal kerja operasional.

Jadi, tunggu apalagi? Anda bisa mencoba Kledo gratis selama 14 hari bahkan selamanya melalui tautan ini.

Annisa Herawati

Tinggalkan Komentar

2 × 4 =