Apakah Anda pernah mendengar tentang istilah “dead stock“? Dead stock adalah barang atau produk yang tidak terjual dan menghabiskan ruang gudang tanpa menghasilkan keuntungan.
Meskipun istilah ini mungkin terdengar suram, tetapi sebenarnya ada solusi untuk mengurangi atau bahkan menghindari dead stock.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang dead stock dan bagaimana menghindarinya dengan menggunakan strategi yang akan kami bagikan.
Jadi, jika Anda memiliki bisnis yang mengalami masalah dead stock atau ingin mengetahui cara mengatasinya, terus baca artikel ini sampai selesai ya!
Apa Itu Dead Stock?
Dead stock atau stok mati adalah barang yang tidak terjual dan tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Barang-barang ini seringkali merupakan sisa stok dari produk musiman atau produk yang sudah tidak laku di pasaran.
Stok mati bisa menjadi masalah bagi bisnis. Sebab, dapat menghabiskan ruang penyimpanan dan membebani keuangan bisnis.
Selain itu, stok mati juga dapat mempengaruhi reputasi bisnis jika produk tersebut kadaluwarsa atau mungkin tidak lagi layak untuk dijual.
Kapan barang menjadi stok mati?
Dalam beberapa kasus, barang menjadi stok mati dengan sangat cepat. Misalnya, makanan dan obat-obatan harus digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Kedua barang tersebut memiliki masa jual yang relatif singkat sebelum menjadi stok mati, yang pada akhirnya tidak dapat digunakan.
Untuk barang lain, membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi stok mati. Hal ini sering disebabkan karena penjualan barang tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Dari sini, stok tersebut berkembang menjadi persediaan berlebih jika masalah terus berlanjut. Akhirnya, stok tersebut menjadi stok mati, gudang penuh dan biaya penyimpanan membengkak.
Tidak ada tanggal stok mati yang ditetapkan. Namun, untuk tujuan akuntansi, persediaan yang tidak terjual setelah satu tahun menjadi kewajiban dan diklasifikasikan sebagai persediaan mati.
Baca juga: Pengertian dan tahapan Account Reconciliation dalam Proses Akuntansi
Contoh Dead Stock
Pengecer atau pedagang e-commerce menjadi pihak yang sering mengalami dead stock karena mereka memesan atau memproduksi terlalu banyak barang yang tidak laku seperti yang diharapkan.
Stok mati juga dapat mencakup sisa produk musiman, barang rusak, bahan baku kadaluarsa, atau produk pengiriman yang salah.
Namun, barang retur dari pelanggan tidak termasuk persediaan mati. Barang-barang yang mudah rusak seperti produk makanan dan obat-obatan yang harus dibuang setelah jangka waktu tertentu dapat menjadi persediaan stok mati jika tidak dijual seperti yang diantisipasi.
Berikut adalah contoh stok mati untuk memperjelas apa sebenaranya dead stock.
Katakanlah Anda seorang pedagang grosir online dan memesan 200 karung tepung olahan. Per perkiraan inventaris, Anda berharap untuk menjual semua unit dalam waktu dua bulan.
Namun, tren kesehatan baru mengubah selera pasar dan permintaan tepung olahan turun tajam.
Kini, konsumen lebih tertarik pada alternatif yang lebih sehat seperti tepung gandum utuh.
Akibatnya, Anda hanya dapat menjual sekitar 50 unit dalam dua bulan tersebut dan 150 unit sisanya tidak berhasil terjual.
Unit tepung olahan yang tersisa sekarang menjadi stok mati. Barang-barang ini akan menghabiskan ruang gudang, menguras sumber daya gudang, dan mungkin akan rusak sebelum Anda dapat membuangnya.
Persediaan tidak mati dalam semalam. Ini seringkali merupakan proses yang panjang dan dimulai ketika inventaris tidak terjual dan berada di gudang untuk waktu yang lama.
Dalam hal akuntansi, persediaan yang tidak berputar selama satu tahun menjadi kewajiban dan dianggap stok mati.
Baca juga: Apa itu Stock Out? Pengertian dan Cara Mencegahnya
Apa Saja Penyebab Dead Stock?
Persediaan mati bisa terjadi karena berbagai sebab. Dengan mengetahui apa saja pemicu terjadinya persediaan mati, perusahaan bisa meminimalisir salah satu momok terbesar bagi bisnis ini.
Ada beberapa penyebab umum terjadinya persediaan mati, antara lain:
Kesalahan peramalan permintaan
Bisnis seringkali mengalami kesulitan dalam memprediksi permintaan pasar, terutama jika memperkenalkan produk baru dan ketika permintaan pasar berubah.
Jika bisnis tidak dapat memperkirakan permintaan dengan akurat, maka akan terjadi penumpukan stok dan memicu terjadinya dead stock.
Perubahan tren dan musim
Bisnis harus dapat mengikuti tren dan musim untuk memastikan stok yang dimiliki tetap relevan dan diinginkan oleh konsumen.
Saat bisnis gagal menyesuaikan stok dengan perubahan tren dan musim, maka akan terjadi persediaan mati.
Kualitas produk yang buruk
Jika produk tidak memenuhi harapan konsumen misalnya karena kualitasnya buruk, maka kemungkinan besar produk tersebut tidak akan terjual.
Dead stock juga dapat terjadi ketika bisnis memiliki stok produk yang tidak diinginkan oleh konsumen.
Perubahan kebijakan atau regulasi
Perubahan kebijakan atau regulasi yang berlaku di suatu negara atau wilayah dapat memengaruhi penjualan suatu produk.
Bisnis harus selalu memperhatikan perubahan kebijakan atau regulasi terkait produk yang dijual.
Perubahan teknologi
Perubahan teknologi dapat membuat produk yang sebelumnya populer menjadi tidak lagi diminati oleh konsumen.
Bisnis harus memperbarui dan mengembangkan produk sesuai dengan perkembangan teknologi untuk tetap relevan di pasaran.
Overstocking
Overstocking atau menumpuk stok terlalu banyak juga bisa memicu terjadinya dead stock.
Bisnis harus memperkirakan kebutuhan stok dengan akurat agar tidak terlalu banyak menyetok barang yang tidak dibutuhkan.
Baca juga: Pengertian Reverse Logistic, Cara Kerja, Jenis, dan Strateginya
Mengapa Dead Stock Buruk untuk Bisnis?
Dead stock bukanlah situasi yang menyenenagkan untuk bisnis. Pasalnya, kondisi tersebut hanya akan membawa kerugian.
Berikut adalah daftar alasan yang menjelaskan mengapa dead stock merugikan bisnis:
Biaya penyimpanan meningkat
Persediaan mati memerlukan ruang penyimpanan dan biaya untuk menjaga keamanan serta kondisi produkagar tetap terjaga.
Jika bisnis memiliki terlalu banyak persediaan mati, maka biaya penyimpanan akan meningkat dan membebani bisnis.
Kerugian finansial
Persediaan mati mengikis keuntungan bisnis karena produk yang tidak terjual tidak menghasilkan pendapatan.
Selain itu, bisnis harus menanggung biaya pembelian, pengiriman, dan penyimpanan untuk stok mati tersebut.
Ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan pasar
Dead stock bisa menghambat bisnis untuk memenuhi permintaan pasar.
Jika bisnis memiliki terlalu banyak persediaan mati, maka sumber daya bisnis seperti tenaga kerja dan modal yang seharusnya digunakan untuk memproduksi produk yang dibutuhkan, malah harus dialihkan untuk merawat stok mati tersebut.
Baca juga: Job Order Costing: Pembahasan Lengkap dan Cara Menghitungnya
Kerusakan reputasi
Dead stock dapat menimbulkan kesan negatif pada pelanggan dan mempengaruhi reputasi bisnis.
Pelanggan mungkin menganggap bisnis tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dan beralih ke pesaing yang lebih dapat diandalkan.
Penurunan harga jual produk
Dead stock juga dapat mengakibatkan penurunan harga jual produk. Bisnis mungkin terpaksa menurunkan harga produk untuk mempercepat penjualan dan menghindari kerugian lebih lanjut.
Kerugian lingkungan
Persediaan mati juga dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan. Produk yang tidak terjual dan tidak digunakan akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan meningkatkan limbah yang tidak dapat didaur ulang.
Cara Menghindari Stok Mati
Mengetahui penyebab umum stok mati dan dampaknya terhadap kesehatan finansial memang sangat penting.
Tetapi tidak kalah penting juga untuk mengetahui bagaimana Anda dapat menghindari stok mati sebagai pebisnis .
Di bawah ini adalah beberapa cara manajemen persediaan yang efektif yang harus Anda pertimbangkan untuk menghindari situasi terjadinya stok mati:
Survei kebutuhan pelanggan
Memahami kebutuhan pelanggan Anda adalah kunci dari bisnis, terutama bisnis retail.
Informasi ini sangat berharga untuk menghindari stok mati jika Anda tahu apa yang dibeli konsumen.
Untuk ini, Anda perlu melakukan riset pasar dan survei. Kami menyarankan Anda mendapatkan feedback dari pelanggan Anda tentang barang yang Anda jual.
Survei pelanggan dapat membantu Anda memenuhi kebutuhan pelanggan. Anda dapat mengidentifikasi potensi masalah dan mengetahui jenis produk apa yang lebih diminati konsumen.
Uji produk
Jika Anda memulai toko baru atau membeli produk baru, kami sarankan Anda melakukan pengujian.
Tawarkan produk dalam jumlah kecil dan lihat bagaimana tanggapan pelanggan Anda.
Ini akan memberi Anda data berguna yang diperlukan untuk mengembangkan produk yang tepat sebelum Anda melakukan produksi dan penjualan skala besar.
Pastikan kualitas produk
Salah satu penyebab utama dead stock adalah masalah kualitas produk. Konsumen tidak suka dan membeli barang yang menurut mereka tidak memuaskan.
Jadi, jika Anda memesan produk dalam jumlah banyak, pastikan tidak ada barang yang rusak.
Dengan menjaga kualitas, Anda dapat membangun kepercayaan dan konsumen bersedia membeli produk tersebut.
Pantau produk yang bergerak lambat
Pemantauan stok secara teratur dapat membantu Anda menghindari stok mati. Tanda awal stok mati adalah pergerakan persediaan yang lambat.
Tujuannya adalah menyingkirkan barang-barang yang lambat terjual dan kemudian mengidentifikasi penyebabnya.
Praktik ini akan membantu Anda membuat strategi manajemen inventaris yang efektif untuk masa depan.
Menggunakan sistem manajemen inventaris
Mengelola stok adalah tugas yang membosankan. Terutama, jika Anda menangani inventaris secara manual, akan sangat rawan terjadi disinformasi.
Sistem manajemen inventaris dapat membantu Anda menghindari stok mati pada tahap awal.
Anda tidak hanya akan mendapatkan informasi tentang persediaan yang bergerak lambat tetapi sistem juga membantu Anda membuat keputusan.
Baca juga: Apa Itu Mudharabah dalam Sistem Keuangan Syariah?
Cara Mengurangi Persediaan Dead Stock
Menghindari stok mati membutuhkan pendekatan proaktif, tetapi bagaimana jika Anda terlanjur memiliki stok mati?
Dalam situasi seperti itu, Anda pasti ingin tahu bagaimana cara mengurangi dead stock.
Kabar baiknya mengurangi jumlah persediaan mati sangat mungkin untuk dilakukan. Namun, Anda harus berusaha menjalankan strategi inventaris yang efektif.
Anda dapat mengurangi jumlah dead stock dengan cara:
- Membundelnya dengan produk lain yang ditawarkan secara kolektif
- Menyumbangkan stok mati untuk amal dan penghapusan pajak
- Menjualnya ke toko konsinyasi
- Memberikan persediaan mati sebagai hadiah ke konsumen
- Menjual stok mati untuk menutup dan melikuidasi pengecer
Baca juga: Business Metrics (Metrik Bisnis): Manfaat, Jenis, dan Bedanya dengan KPI
8 Cara Mengatasi Dead Stock Agar Bisa Terjual
Dengan manajemen stok yang efektif, Anda dapat menghindari stok mati tetapi tidak ada jaminan bahwa Anda tidak akan pernah menghadapi situasi seperti itu.
Dead stock adalah sesuatu yang dapat terjadi pada setiap bisnis ritel. Untungnya, ada beberapa cara untuk menghapus stok mati Anda.
Jika Anda tidak mengetahui cara menjual dead stock, pendekatan di bawah ini akan membantu Anda melakukannya.
Jual sebagai produk bundel
Anda dapat menjadikan dead stock sebagai barang bernilai dengan menggabungkannya dengan produk-produk populer Anda.
Pelanggan akan dengan senang hati membeli lebih banyak barang dengan biaya yang lebih murah.
Namun, Anda harus berkorban pada margin keuntungan. Tapi sisi baiknya, Anda bisa membersihkan stok mati yang ada.
Saat membundel dead stock, usahakan untuk mengelompokkan produk yang hampir sama. Minimal bisa menjadi barang pelengkap.
Obral
Cara mudah lain untuk menjual stok mati adalah melalui obral dan menjualnya dengan harga murah. Cara ini juga lazim dikenal sebagai cuci gudang.
Tentu saja, Anda tidak akan mendapatkan margin keuntungan yang banyak, tetapi Anda dapat menjual stok mati dengan harga beli.
Sebaiknya Anda mulai dengan menawarkan diskon yang lebih kecil, misalnya diskon 15%.
Buat diskon lebih besar seiring berjalannya waktu jika penawaran obral tidak berhasil.
Anda mungkin tidak mendapatkan keuntungan yang tinggi setelah obral tetapi bisa menghemat biaya penyimpanan.
Jual di marketplace
Bagian dari manajemen persediaan stok mati adalah menemukan cara untuk membersihkan stok mati tanpa menanggung kerugian.
Anda dapat mencoba menjual produk semacam itu di pasar lain ke audiens baru.
Menjual stok mati di platform seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada adalah ide yang bagus.
Dengan cara ini Anda tidak hanya memiliki kesempatan untuk menjual stok mati tetapi juga dapat memperluas basis pelanggan Anda.
Remerchandise
Terkadang alasan mengapa barang Anda tidak laku bukanlah stok itu sendiri, melainkan bentuk presentasi barang tersebut.
Cara Anda memposisikan stok dalam bisnis rantai dapat berdampak pada penjualan. Jadi, Anda harus mencoba menata ulang barang untuk memastikan apa penyebab barang tersebut tidak laku.
Anda harus mencoba mengganti pengaturan rak atau lokasi stok di dalam toko Anda.
Cara lain untuk remerchandise adalah dengan menggunakan label kreatif. Anda juga bisa memasang plamfet yang menampilkan keunggulan produk agar menarik bagi pelanggan.
Jadikan sebagai hadiah gratis
Menawarkan hadiah adalah cara yang bagus untuk memberi pelanggan pengalaman membeli yang menyenangkan.
Dengan adanya hadiah gratis, konsumen akan antusias dan meningkatkan loyalitas mereka.
Ini merupakan pendekatan yang efektif untuk menghilangkan stok mati Anda. Anda dapat menawarkan stok mati sebagai hadiah gratis untuk pelanggan Anda.
Cari peluang kemitraan
Cara lain untuk mengubah inventaris mati agar bisa dijual adalah melalui kemitraan.
Jika Anda tidak dapat menjual stok mati, bekerjalah dengan bisnis ritel lainnya.
Di sinilah Anda dapat memanfaatkan hubungan yang ada dengan pengecer lain.
Anda dapat bekerja dengan mereka untuk merumuskan strategi untuk memindahkan stok mati dan menghasilkan keuntungan bersama.
Pengecer dapat mengubah stok mati menjadi inventaris yang menguntungkan dengan bermitra.
Anda dapat melakukannya dengan melakukan obral musiman yang disponsori bersama atau membuat bundel produk merek bersama.
Likuidasi
Likuidasi adalah strategi manajemen persediaan stok mati yang diikuti banyak bisnis.
Pengecer menjual stok mati mereka ke organisasi yang berspesialisasi dalam menjual barang-barang tersebut.
Mereka akan membeli produk dari Anda dengan harga lebih rendah dari biaya pembelian Anda. Meskipun cara ini tidak menghasilkan keuntngan finansial, tetapi ini dapat mengosongkan ruang inventaris.
Mengembalikan barang ke pemasok
Cara lain untuk memperbaiki stok mati Anda adalah mengembalikan produk ke pemasok.
Pemasok mungkin tertarik untuk mengambil kembali stok mati tetapi tidak setuju jika harus membeli dengan harga penuh. Selain itu, pemasok sering kali tidak mengambil kembali seluruh stok dari pengecer.
Ini bukan cara yang ideal untuk mengurangi stok mati tetapi Anda dapat menutupi beberapa kerugian.
Namun, ingatlah bahwa pemasok tidak akan mengembalikan apa yang telah Anda bayarkan kepada mereka.
Selain itu, Anda harus menanggung biaya pengiriman serta biaya penyetokan ulang.
Baca juga: Analisis ROI: Pengertian, Manfaat, dan Cara Melakukannya
Apa Perbedaan Dead Stock dan Slow Moving?
Dead stock dan slow moving adalah dua istilah yang sering digunakan dalam bisnis untuk menggambarkan kondisi stok barang.
Walaupun keduanya mengindikasikan adanya kesulitan dalam menjual stok barang, kedua istilah ini memiliki perbedaan yang signifikan.
Berikut adalah penjelasan perbedaan antara dead stock dan slow moving:
Pengertian
Dead stock mengacu pada barang yang sudah lama tersimpan di gudang atau toko namun belum terjual dalam waktu yang lama, bahkan hingga beberapa tahun.
Sedangkan slow moving adalah barang yang tidak laris atau tidak laku di pasar, tetapi masih bisa terjual dengan perlahan-lahan.
Tingkat permintaan pasar
Dead stock mengindikasikan bahwa barang tersebut tidak laku sama sekali dan tidak mungkin terjual.
Sementara itu, slow moving mengindikasikan bahwa barang tersebut memiliki permintaan pasar yang lemah, tetapi masih bisa terjual dalam jumlah kecil.
Pengaruh pada bisnis
Dead stock dapat berdampak buruk pada bisnis karena menyebabkan kerugian finansial dan meningkatkan biaya penyimpanan.
Di sisi lain, slow moving dapat menyebabkan penurunan keuntungan bisnis dan memerlukan strategi pemasaran yang tepat untuk mempercepat penjualan.
Tindakan yang diperlukan
Ketika bisnis memiliki dead stock, tindakan yang diperlukan adalah menghapus atau menjualnya secepat mungkin untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Sementara itu, ketika bisnis memiliki slow moving, tindakan yang diperlukan adalah membuat strategi pemasaran yang tepat dan mengevaluasi apakah masih layak untuk dipertahankan.
Potensi keuntungan
Dead stock tidak memiliki potensi keuntungan karena tidak memiliki permintaan pasar. Sementara slow moving masih memiliki potensi keuntungan meskipun dalam jumlah kecil.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Three Way Matching dalam Akuntansi
Kesimpulan
Dead stock merupakan masalah yang sering dialami oleh bisnis, terutama bisnis retail.
Kondisi ini dapat berdampak buruk pada bisnis karena menyebabkan kerugian finansial dan meningkatkan biaya penyimpanan.
Oleh karena itu, penting bagi bisnis untuk menghindari terjadinya dead stock dan mengambil tindakan yang tepat ketika terjadi.
Software akuntansi seperti Kledo dapat menjadi solusi yang tepat bagi bisnis untuk menghindari terjadinya dead stock dan mengelola stok barang dengan lebih efektif.
Dengan menggunakan Kledo, bisnis dapat memantau stok barang secara real time dan mengelola persediaan dengan lebih baik.
Dengan fitur yang lengkap, Kledo dapat membantu bisnis untuk melakukan perencanaan stok yang tepat, mengidentifikasi produk yang kurang laku, dan mengambil tindakan yang cepat untuk mengatasi masalah persediaan mati.
Tak hanya itu, Kledo dilengkapi dengan fitur pendukung bisnis lainnya seperti otomatisasi 30 jenis laporan keuangan, pajak, aplikasi invoice, dan masih banyak lagi.
Nah, tunggu apalagi? Yuk, gunakan Kledo sekarang juga gratis selama 14 hari bahkan selamanya melalui tautan ini.
- Cara Kelola Keuangan Bisnis dengan Corporate Card, Lebih Efisien! - 9 Desember 2024
- Contoh Laporan Neraca dan Download Template Gratisnya - 14 November 2024
- Tips Pembukuan Toko Sembako, Tantangan, dan Contoh Kasusnya - 11 November 2024