Faktor eksternal analisis SWOT berperan penting dalam menentukan arah strategi bisnis, terutama di tengah perubahan pasar yang serba cepat.
Peluang dan ancaman dari luar perusahaan bisa muncul kapan saja, sehingga pelaku usaha perlu sigap membaca situasi.
Kondisi ekonomi, regulasi pemerintah, hingga tren konsumen bisa menjadi pemicu perubahan yang berdampak besar.
Tanpa pemahaman yang kuat terhadap faktor eksternal, strategi bisnis akan mudah goyah dan kehilangan relevansi.
Melalui artikel ini, Anda akan memahami apa saja jenis faktor eksternal, contohnya, serta cara menganalisisnya secara praktis.
Pengertian Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT

Faktor eksternal dalam analisis SWOT merujuk pada segala hal di luar kendali internal perusahaan yang bisa memengaruhi perkembangan bisnis, baik secara positif maupun negatif.
Contoh faktor eksternal ini mencakup perubahan kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, teknologi baru, persaingan industri, hingga perubahan perilaku konsumen.
Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal bersumber dari lingkungan luar dan tidak bisa dikontrol langsung oleh manajemen.
Meskipun tidak bisa dikendalikan, faktor eksternal tetap perlu diperhatikan karena bisa membuka peluang baru atau justru memunculkan ancaman serius.
Dengan memahami faktor eksternal secara tepat, perusahaan dapat menyusun strategi yang adaptif dan lebih siap menghadapi dinamika pasar yang terus berubah.
Baca juga: Analisis SWOT: Pengertian, Unsur, dan Contohnya dalam Bisnis

Jenis-Jenis dan Contoh Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT
Analisis SWOT mengklasifikasikan faktor eksternal ke dalam dua kategori utama: peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Keduanya bersumber dari lingkungan di luar perusahaan, namun bisa berdampak besar terhadap arah, strategi, dan keberlangsungan bisnis.
Agar tidak salah langkah, penting untuk memahami apa saja bentuk nyata dari masing-masing kategori ini.
Peluang (Opportunities)
1. Tren Pasar yang Mendukung
Perubahan tren pasar bisa menjadi angin segar bagi bisnis yang jeli memanfaatkannya.
Misalnya, tren digitalisasi mendorong UKM untuk menggunakan software berbasis cloud, sehingga menjadi peluang besar bagi penyedia solusi digital.
Peluang semacam ini muncul seiring pergeseran gaya hidup, kemajuan teknologi, atau kebutuhan baru dari konsumen yang belum terpenuhi.
2. Inovasi Teknologi
Kemunculan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI), otomasi, atau integrasi sistem berbasis API, dapat menjadi peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
Bisnis yang mampu beradaptasi cepat dengan teknologi ini bisa unggul dibandingkan kompetitor yang lambat bergerak.
3. Perubahan Kebijakan Pemerintah yang Menguntungkan
Kebijakan yang mendukung digitalisasi, insentif pajak, atau kemudahan perizinan usaha bisa membuka jalan bagi pertumbuhan.
Contohnya, kebijakan e‑faktur dan e‑Bupot yang mewajibkan pelaporan pajak secara digital mendorong permintaan terhadap sistem akuntansi online.
Bisnis yang siap dengan solusi semacam ini dapat menangkap momentum lebih awal.
4. Perubahan Perilaku Konsumen
Perubahan cara konsumen berbelanja, bekerja, atau mengakses informasi menciptakan peluang baru.
Misalnya, meningkatnya preferensi terhadap layanan berbasis langganan (subscription) atau kebutuhan akan transaksi tanpa tatap muka membuka peluang untuk model bisnis berbasis SaaS.
Mengamati dan merespons perubahan perilaku ini bisa membantu bisnis menyesuaikan produk dan layanannya.
5. Kolaborasi atau Kemitraan Strategis
Kesempatan untuk berkolaborasi dengan pihak lain, seperti perusahaan teknologi, penyedia pembayaran, atau institusi pendidikan, juga termasuk peluang eksternal.
Kerja sama ini bisa memperluas jangkauan pasar, meningkatkan kredibilitas, atau menciptakan produk baru yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar.
Ancaman (Threats)
1. Persaingan yang Makin Ketat
Ketika pasar mulai jenuh atau kompetitor baru terus bermunculan dengan harga lebih murah, fitur lebih lengkap, atau strategi pemasaran yang lebih agresif, maka hal ini menjadi ancaman nyata.
Jika tidak diantisipasi, bisnis bisa kehilangan pelanggan, margin menurun, dan brand menjadi kurang relevan.
2. Krisis Ekonomi
Gejolak ekonomi seperti inflasi tinggi, pelemahan daya beli, atau naiknya suku bunga bisa memengaruhi perilaku konsumen dan memicu penurunan pendapatan.
Bahkan, bisnis yang sebelumnya stabil bisa terdampak karena perubahan mendadak dalam pola pengeluaran konsumen.
3. Perubahan Regulasi yang Memberatkan
Tidak semua kebijakan pemerintah bersifat mendukung. Ada kalanya peraturan baru justru menambah beban administrasi, biaya kepatuhan, atau bahkan membatasi ruang gerak usaha.
Contohnya, regulasi yang mengatur ketat perlindungan data konsumen bisa menjadi tantangan serius bagi bisnis yang belum memiliki sistem keamanan yang memadai.
4. Perubahan Sosial atau Budaya
Nilai-nilai sosial dan kebiasaan masyarakat yang berubah juga bisa menjadi ancaman jika bisnis tidak cepat beradaptasi.
Misalnya, masyarakat yang semakin sadar lingkungan bisa meninggalkan produk atau jasa yang dianggap tidak ramah lingkungan, meskipun sebelumnya sangat laris.
5. Risiko Keamanan Digital
Semakin tergantungnya bisnis pada sistem digital juga membuka risiko tersendiri, seperti serangan siber, kebocoran data, atau gangguan sistem.
Selain merugikan secara teknis, ancaman ini juga bisa menurunkan kepercayaan pelanggan jika tidak ditangani dengan baik.
Baca juga: Mengetahui Faktor Internal dalam Analisis SWOT
Framework untuk Menganalisis Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT

Dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, bisnis tidak cukup hanya memahami kondisi internal.
Mereka juga perlu mengenali dan menganalisis faktor eksternal yang bisa membuka peluang atau justru menjadi ancaman serius.
Untuk itu, ada dua kerangka analisis yang sering digunakan: PESTLE dan Porter’s Five Forces.
Keduanya menawarkan pendekatan sistematis untuk memahami bagaimana lingkungan luar memengaruhi strategi bisnis.
Analisis PESTLE
PESTLE merupakan akronim dari Political, Economic, Social, Technological, Legal, dan Environmental.
Framework ini membantu bisnis mengamati faktor-faktor makroekonomi yang berasal dari luar organisasi tapi punya dampak besar terhadap operasional, pertumbuhan, hingga reputasi.
Faktor | Penjelasan | Contoh Pengaruh |
---|---|---|
Politik | Meliputi kebijakan pemerintah, stabilitas politik, hubungan antarnegara, dan regulasi fiskal. | Perang dagang, subsidi pajak, atau kebijakan ekspor-impor. |
Ekonomi | Kondisi ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan daya beli masyarakat. | Penurunan daya beli saat inflasi tinggi. |
Sosial | Nilai-nilai budaya, gaya hidup, demografi, dan kesadaran masyarakat. | Tren konsumsi berkelanjutan atau gaya hidup digital. |
Teknologi | Perkembangan teknologi baru, adopsi digital, dan otomatisasi proses. | Munculnya AI atau platform cloud. |
Hukum | Undang-undang, regulasi industri, serta kewajiban hukum lain yang harus dipatuhi bisnis. | UU perlindungan data pribadi atau standar audit keuangan. |
Lingkungan | Isu lingkungan, perubahan iklim, dan kebijakan terkait keberlanjutan. | Kewajiban pengelolaan limbah atau efisiensi energi. |
PESTLE bersifat makro, artinya kerangka ini lebih fokus pada lanskap besar yang menciptakan kondisi pasar.
Dengan melakukan analisis ini secara berkala (misalnya setiap 6 bulan), bisnis bisa menyusun strategi jangka panjang yang adaptif terhadap situasi eksternal.
Porter’s Five Forces
Sementara PESTLE membahas pengaruh dari luar industri, Porter’s Five Forces digunakan untuk menganalisis daya saing di dalam industri itu sendiri.
Model ini dikembangkan oleh Michael Porter dari Harvard dan berfungsi untuk membantu bisnis memahami seberapa kuat tekanan yang mereka hadapi dari berbagai pihak dalam ekosistem bisnis.
Kelima kekuatan tersebut meliputi:
Kekuatan Kompetitif | Penjelasan |
---|---|
Persaingan Internal | Seberapa banyak dan agresif kompetitor dalam industri yang sama. |
Ancaman Pendatang Baru | Kemudahan bagi pemain baru untuk masuk ke pasar dan menambah persaingan. |
Kekuatan Tawar Pemasok | Seberapa besar pemasok bisa memengaruhi harga atau ketersediaan bahan baku. |
Kekuatan Tawar Konsumen | Seberapa besar konsumen bisa menekan harga atau menuntut layanan lebih baik. |
Ancaman Produk Substitusi | Kemudahan konsumen untuk beralih ke produk alternatif yang serupa. |
Dengan memahami kelima kekuatan ini, bisnis bisa lebih realistis dalam menilai potensi keuntungan, mengidentifikasi risiko, dan menyusun strategi bersaing yang lebih efektif.
Misalnya, jika ancaman pendatang baru tinggi, maka perusahaan bisa fokus pada keunggulan layanan atau memperkuat basis pelanggan untuk mempertahankan posisi.
Kapan Sebaiknya Menggunakan SWOT dan PESTLE Bersamaan?
SWOT dan PESTLE adalah dua alat analisis yang paling bermanfaat saat Anda berada di tahap awal perencanaan, baik untuk memulai bisnis, mengembangkan produk baru, maupun menguji kelayakan sebuah ide.
Pada tahap inilah Anda perlu memahami betul situasi internal dan eksternal sebelum membuat keputusan strategis.
Analisis SWOT sebaiknya digunakan terlebih dahulu karena memberikan gambaran menyeluruh mengenai apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Anda secara internal, serta peluang dan ancaman dari luar.
Ketika sampai pada bagian peluang dan ancaman, di situlah analisis PESTLE bisa masuk untuk memperdalam pemahaman.
Setiap peluang dan ancaman dalam SWOT bisa Anda kategorikan lebih detail menggunakan kerangka PESTLE.
Dengan cara ini, Anda bisa mengetahui sumber sebenarnya dari sebuah peluang misalnya tren sosial, perubahan teknologi, atau kebijakan baru. Begitu pula untuk mengidentifikasi ancaman potensial sejak dini.
Terkadang, Anda mungkin merasa ide bisnis yang sedang dikembangkan cukup “mandiri” dan tidak terlalu dipengaruhi faktor eksternal.
Namun, PESTLE tetap penting untuk memastikan asumsi tersebut benar. Bisa jadi ada risiko tersembunyi yang selama ini luput dari perhatian Anda.
Menggabungkan SWOT dan PESTLE akan memperkuat proses perencanaan strategis.
Anda bukan hanya tahu di mana posisi bisnis Anda saat ini, tetapi juga siap menghadapi dinamika eksternal yang cepat berubah dengan strategi yang lebih matang dan berbasis data.
Baca juga: Porter Five Forces: Pengertian, Analisis, dan Contohnya pada Bisnis
Cara Mengidentifikasi dan Mengelola Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT
Salah satu tantangan terbesar dalam melakukan analisis SWOT adalah memahami faktor eksternal.
Berbeda dengan faktor internal yang bisa dikendalikan, faktor eksternal berada di luar kendali langsung perusahaan.
Namun justru karena tidak bisa dikendalikan, faktor eksternal perlu diantisipasi dengan strategi yang tepat agar bisnis tetap relevan dan mampu beradaptasi terhadap perubahan.
Dalam konteks SWOT, faktor eksternal meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Keduanya dapat memengaruhi arah strategi, daya saing, dan keberlangsungan usaha.
Maka, penting bagi pelaku usaha untuk mampu mengenali dan mengelola faktor-faktor ini secara cermat.
Mengamati Perkembangan Lingkungan Eksternal
Langkah pertama dalam mengidentifikasi faktor eksternal adalah dengan mencermati kondisi di luar organisasi.
Hal ini mencakup tren industri, perubahan sosial, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah, hingga dinamika ekonomi global.
Bahkan hal-hal yang tampak kecil seperti perubahan pola konsumsi atau preferensi pelanggan dapat menjadi indikator penting.
Beberapa contoh faktor eksternal yang perlu diperhatikan:
- Tren industri dan budaya konsumen: Misalnya, pergeseran minat masyarakat ke produk ramah lingkungan.
- Kondisi ekonomi makro: Seperti inflasi, suku bunga, dan daya beli masyarakat.
- Perubahan demografis: Termasuk perubahan usia dominan konsumen atau pola migrasi penduduk.
- Aspek geografis dan infrastruktur : Lokasi bisnis dan konektivitas logistik juga bisa berdampak signifikan terhadap pertumbuhan.
Melibatkan Perspektif Beragam

Faktor eksternal tidak selalu terlihat dari dalam organisasi.
Oleh karena itu, proses identifikasi sebaiknya melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari tim internal, mitra usaha, hingga pelanggan.
Setiap pihak memiliki sudut pandang yang berbeda, dan informasi yang diperoleh dari luar organisasi sering kali memberikan gambaran yang lebih akurat terhadap ancaman atau peluang yang sedang berkembang.
Sebagai contoh, tim pemasaran biasanya lebih cepat mendeteksi perubahan perilaku konsumen, sementara tim keuangan mungkin lebih sensitif terhadap fluktuasi ekonomi.
Melibatkan perspektif lintas fungsi akan memperkuat analisis dan mencegah bias internal.
Baca juga: Analisis Peluang Usaha: Pengertian, Tahapan, dan Contohnya
Menyusun Temuan dari PESTLE dan Porter Menjadi Wawasan yang Relevan
Setelah mengumpulkan berbagai faktor eksternal menggunakan pendekatan PESTLE dan Porter’s Five Forces, langkah berikutnya adalah menyusun hasil analisis tersebut menjadi wawasan strategis yang benar-benar relevan dengan kondisi bisnis.
Misalnya:
- Bila analisis PESTLE menunjukkan adanya perubahan regulasi perpajakan, penting untuk menelusuri seberapa besar dampaknya terhadap struktur biaya perusahaan.
- Jika dari Porter’s Five Forces diketahui bahwa ancaman kompetitor baru tinggi, maka perlu dicari tahu apakah pasar masih punya potensi diferensiasi yang bisa dimanfaatkan.
Pendekatan ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya mencatat faktor eksternal, tetapi juga memahami hubungan antar elemen dan dampaknya terhadap strategi bisnis secara keseluruhan.
Dengan begitu, hasil analisis tidak berhenti di tataran deskriptif, tetapi benar-benar bisa diubah menjadi rencana aksi yang aplikatif.
Mengidentifikasi Risiko dan Potensi Sejak Dini
Pendekatan proaktif menjadi kunci dalam menghadapi faktor eksternal.
Daripada menunggu sampai tantangan muncul, jauh lebih baik mengidentifikasi potensi risiko dan peluang sejak dini.
Beberapa pertanyaan yang bisa digunakan:
- Apakah tren ini bersifat jangka panjang atau hanya sesaat?
- Apakah ada regulasi baru yang berpotensi menghambat kegiatan usaha?
- Apakah peluang yang ada juga sedang diincar oleh kompetitor?
Dengan analisis semacam ini, perusahaan dapat menyusun rencana mitigasi atau strategi antisipatif yang lebih matang.
Mengelola Faktor Eksternal dengan Strategi yang Terarah
Identifikasi saja tidak cukup. Faktor eksternal harus dikelola melalui strategi yang konkret dan terukur.
Misalnya, jika digitalisasi dianggap sebagai peluang, maka perlu ada roadmap transformasi digital yang jelas.
Jika ancaman kompetitor meningkat, maka perusahaan perlu menyusun strategi diferensiasi produk atau inovasi layanan.
Kunci utamanya adalah bersikap adaptif, bukan reaktif.
Perusahaan yang mampu membaca perubahan lebih awal akan lebih siap dalam menyusun kebijakan dan mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif.
Baca juga: Tips Manajemen Strategis, Tahapan dan Pengertiannya Pada Bisnis
Kesimpulan
Memahami faktor eksternal dalam analisis SWOT menjadi fondasi penting dalam menyusun strategi bisnis jangka panjang.
Dinamika pasar, perubahan regulasi, hingga perkembangan teknologi merupakan realitas yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, namun tetap harus diantisipasi secara cermat.
Kunci keberhasilan bukan terletak pada kemampuan mengubah faktor eksternal, melainkan pada kejelian dalam membaca situasi dan menyesuaikan strategi secara adaptif.
Semakin cepat bisnis merespons perubahan lingkungan eksternal, semakin besar peluang untuk bertahan dan berkembang.
Oleh karena itu, penting bagi pelaku bisnis untuk memiliki sistem yang tidak hanya mencatat aktivitas keuangan, tetapi juga mendukung pengambilan keputusan strategis berbasis data.
Dengan software akuntansi seperti Kledo, Anda dapat memantau kondisi keuangan secara real time, menyusun laporan yang akurat, dan melihat tren bisnis Anda dalam satu platform yang terintegrasi.
Semua ini akan membantu Anda lebih siap menghadapi peluang dan ancaman yang muncul dari luar bisnis Anda.
Jadi, tunggu apalagi? Yuk gunakan Kledo gratis selama 14 hari atau selamanya melalui tautan ini.
- Apa Saja Faktor Eksternal dalam Analisis SWOT? - 31 Juli 2025
- Penjualan Bersih (Net Sales): Pembahasan dan Cara Menghitungnya - 29 Juli 2025
- Pengaruh Pemangkasan Suku Bunga bagi Bisnis - 24 Juli 2025