Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah order fiktif. Order fiktif adalah ketika seseorang yang tidak bertanggung jawab memesan suatu produk atau jasa tanpa berniat membayarnya.
Pemesan hanya bertujuan untuk menipu, merugikan, atau bahkan mempermainkan pemilik usaha maupun layanan pengantar.
Fenomena ini makin marak dengan berkembangnya bisnis online dan layanan antar, karena pelaku semakin leluasa bergerak dan merasa lebih aman karena melakukan perbuatannya secara anonim.
Jika dibiarkan saja, order fiktif bisa merugikan Anda secara waktu, tenaga, dan juga finansial.
Karena itu, Anda harus memahami ciri-ciri order fiktif dan juga upaya pencegahannya untuk mencegah kerugian lebih lanjut. Apa saja?
Beberapa Kasus Order Fiktif yang Meresahkan

Kasus order fiktif bisa dibilang cukup sering terjadi. Melansir detik.com, dua toko kue di Depok menjadi korban orderan fiktif dari seorang pemesan yang mengaku-ngaku anggota TNI.
Pelaku memesan melalui chat ke admin toko kue dan mengatakan bahwa kue tersebut untuk atasannya.
Ia berkali-kali menolak membayar DP dengan beralasan hanya bisa membayar di tempat dan menekan penjual untuk segera membuatkannya.
Namun ternyata, setelah toko kue itu mengantarkan pesanan ke Kodim, sudah ada orang dari toko kue lain yang mengantarkan kue juga, yang ternyata juga menjadi korban penipuan.
Selain kasus di atas, ada lagi kisah order fiktif lainnya dari seorang driver ojol dari Madiun. Ia menjadi korban penipuan dengan modus order kosmetik fiktif.
Pelaku memesan kosmetik melalui aplikasi online, dan tukang ojek online membayar pesanan dengan uangnya terlebih dahulu.
Namun, setelah mengantarkan pesanan, pelaku ternyata tidak berada di tempat. Menurut informasi dari warga juga, banyak ojol yang sudah tertipu oleh nama yang sama.
Baca Juga: Pengertian Order Management, Siklus, dan Contoh Softwarenya
Ciri-Ciri Order Fiktif
Biasanya, Anda bisa mengenali order fiktif dari pola pesanan, data pelanggan, dan perilaku saat proses transaksi. Berikut tanda-tanda yang umum menunjukkan order fiktif:
- Data pelanggan mencurigakan: Pelaku menggunakan identitas berbeda setiap memesan, dengan aama, alamat, atau nomor telepon yang tidak lengkap atau tidak valid. Nomor telepon juga tidak bisa dihubungi atau selalu tidak aktif.
- Alamat pengiriman tidak jelas: Pelaku memberikan alamat yang sulit dilacak di peta atau tidak sesuai dengan wilayah pengiriman. Mereka menggunakan alamat umum seperti gedung kosong, kantor palsu, atau rumah yang tidak ada penghuninya.
- Pesanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba: Pelanggan baru langsung memesan barang/jasa dalam jumlah besar.
- Perilaku pembayaran yang aneh: Menunda-nunda pembayaran atau memberi alasan untuk tidak membayar, bahkan meminta sistem pembayaran di luar prosedur resmi toko.
- Sulit dihubungi atau suka memburu-buru: Sulit dihubungi setelah melakukan pemesanan atau memburu-buru agar pesanan segera dibuatkan dan dikonfirmasi.
Baca Juga: 7 Tips Mengelola Purchase Order Management yang Efektif
Dampak Buruk Order Fiktif
Order fiktif dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi pelaku usaha. Dari sisi finansial, kerugian muncul karena biaya bahan baku, ongkos kirim, dan tenaga kerja sudah dikeluarkan tetapi tidak menghasilkan pemasukan.
Produk yang disiapkan untuk pesanan palsu berisiko menjadi stok menumpuk, kadaluarsa, atau rusak, sehingga mengganggu keseimbangan inventaris.
Secara operasional, order fiktif membuang waktu dan tenaga karyawan, mengacaukan alur kerja, serta membebani logistik.
Kerugian ini juga dapat menurunkan kepercayaan mitra seperti jasa ekspedisi, apalagi jika pengiriman gagal terjadi berulang kali.
Reputasi usaha pun bisa terdampak, misalnya turunnya peringkat toko di marketplace akibat banyaknya pesanan COD yang dibatalkan.
Tidak jarang, pelaku usaha merasa frustrasi dan stres karena harus mengurus masalah ini berulang kali, sehingga fokus pada pengembangan bisnis menjadi terganggu.
Baca Juga: Apa itu Open Order? + Istilah Jual Beli Online Lainnya
Pasal Hukum Order Fiktif

Order fiktif termasuk pelanggaran hukum karena pelaku membuat pesanan dengan berpura-pura menjadi orang lain.
Menurut DNTLawyers, pelaku orderan fiktif dapat terancam hukuman pidana penjara paling lama 12 tahun dan/atau denda paling banyak Rp12 miliar rupiah.
Hal ini sesuai yang tertuang di Pasal 35 UU ITE yang berbunyi:
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah – olah data yang otentik.”
Baca Juga: Tips Menghadapi Peak Order untuk Keuntungan Maksimal
Tips Mencegah dan Menghindari Order Fiktif
Untuk mencegah dan menghindari order fiktif, baik sebagai pelaku usaha maupun penyedia layanan antar, Anda bisa menerapkan beberapa tips berikut ini:
1. Verifikasi pelanggan dan alamat
Hal pertama yang harus Anda lakukan setelah menerima pesanan yang terlihat mencurigakan adalah verifikasi identitas pelanggan.
Jika Anda menggunakan aplikasi, pastikan untuk mengecek data pelanggan terlebih dahulu.
Waspadalah jika mereka tidak menggunakan nama yang cenderung aneh dan memiliki rating buruk.
Selanjutnya, periksa alamat pelanggan atau lokasi pengiriman. Terkadang, pelaku order fiktif menggunakan alamat palsu.
Maka, pastikan keaslian alamat tersebut di Google Maps, atau mintalah pemesan membagikan lokasi terkini mereka.
2. Minta uang DP untuk transaksi bernilai tinggi
Jika menerima pesanan bernilai tinggi, mintalah down payment atau uang DP dengan jumlah maksimal 50% dari total transaksi.
Selain berfungsi sebagai penutup biaya awal, DP juga menunjukkan keseriusan pelanggan. Karena itu, jika pelanggan menolak membayar DP untuk transaksi bernilai besar, Anda perlu waspada.
Catat pembayaran DP menggunakan invoice dan kirimkan balik ke pelanggan agar terjalin rasa percaya dari dua arah.
Jangan mengirim barang sebelum menerima pembayaran, kecuali untuk pelanggan yang sudah terpercaya.
Baca Juga: Sales Taking Order: Pengertian, Contoh, dan Tugas
3. Minta bukti pembayaran

Selalu minta bukti pembayaran kepada pembeli. Jangan langsung percaya jika mereka berkata sudah mentransfer uang tapi belum mengirim bukti.
Setelah menerima bukti transfer pun, jangan lengah dulu. Segera cek keaslian bukti transfer tersebut karena banyak modus di mana pelaku mengirim bukti palsu yang diedit dengan Photoshop atau AI.
Segera cek mutasi rekening Anda dan periksa notifikasi yang ada. Pastikan uang tersebut benar-benar sudah masuk ke rekening Anda, dengan nama pengirim yang sama.
4. Gunakan sistem pencatatan dan integrasi kasir
Dengan POS (Point of Sale) yang terhubung ke inventaris dan riwayat pelanggan, penjual dapat melacak perilaku pembelian dan mengidentifikasi pesanan tidak wajar lebih cepat.
Selain itu, simpan data pelanggan yang pernah melakukan order fiktif, termasuk nomor HP, email, dan alamat di aplikasi kasir Anda.
Jika Anda tidak tahu aplikasi kasir apa yang bisa Anda gunakan, Anda bisa menggunakan Kledo POS, aplikasi kasir yang terintegrasi dengan software akuntansi.
Kledo POS memiliki fitur pencatatan riwayat pelanggan, sehingga Anda bisa memasukkan profil pelanggan dan riwayat pembelian mereka.
Dengan begitu, Anda jadi bisa menerapkan sistem blacklist dengan lebih optimal.
5. Edukasi tim penjualan dan kurir
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah melatih karyawan untuk mengenali tanda-tanda order fiktif.
Berikan instruksi ke kurir untuk tidak menyerahkan barang jika pembeli menolak membayar atau alamatnya mencurigakan.
Baca Juga: Mengenal Fraud Dalam Keuangan dan Cara Mengatasinya
Kesimpulan
Memahami ciri-ciri order fiktif dan menerapkan langkah pencegahan yang tepat adalah cara efektif untuk melindungi bisnis dari kerugian.
Dengan mengenali tanda-tandanya sejak awal, pelaku usaha dapat mengambil langkah cepat sebelum pesanan diproses, sehingga stok tetap aman, biaya operasional terkendali, dan waktu kerja tidak terbuang sia-sia.
Pencegahan yang konsisten juga membantu menjaga reputasi usaha serta memastikan layanan yang diberikan hanya kepada pelanggan yang benar-benar serius membeli.
Dukungan teknologi seperti Kledo POS akan semakin mempermudah proses ini, karena setiap transaksi, riwayat pelanggan, dan data inventaris tercatat secara real-time.
Tertarik menggunakan Kledo POS? Gunakan secara gratis lewat tautan ini!
- Ciri-Ciri Order Fiktif dan Cara Mencegahnya - 13 Agustus 2025
- Cycle Stock: Pengertian, Tantangan, dan Strategi Manajemennya - 13 Agustus 2025
- Retail Shrinkage: Jenis, Dampak, dan Cara Mencegahnya - 12 Agustus 2025