Revenue dan profit adalah dua indikator terpenting untuk mengetahui kondisi keuangan bisnis Anda, apakah sehat atau tidak. Bagaimana bisa?
Bayangkan, penjualan Anda meningkat pesat. Ini pencapaian yang bagus. Namun, seiring dengan meningkatnya penjualan, biasanya akan ada lebih banyak pengeluaran.
Jika pengeluaran tersebut melebihi penjualan, bisnis Anda akan berakhir merugi, meskipun penjualan meningkat.
Inilah mengapa mengetahui perbedaan antara revenue dan profit sangat penting. Keduanya merupakan indikator penting yang sering dikira sama, padahal memiliki makna dan implikasi yang sangat berbeda.
Pada artikel ini, kami akan membahas perbedaan profit dan revenue, cara menghitung keduanya, serta faktor yang memengaruhinya.
Apa itu Revenue?
Revenue adalah pendapatan dari penjualan produk atau layanan sebelum dikurangi biaya apa pun.
Nama lain revenue adalah “top line” karena terletak di bagian atas laporan laba rugi.
Revenue secara langsung dipengaruhi oleh penjualan dan seberapa baik tim penjualan Anda dapat menjual di pasar.
Apa saja Faktor yang Memengaruhi Revenue?
1. Kesesuaian produk dengan pasar
Seberapa baik produk atau layanan Anda memenuhi kebutuhan target pasar? Semakin sesuai, biasanya semakin tinggi permintaan dan revenue Anda.
Contoh:
Bayangkan Anda menjual sebuah software produktivitas. Software Anda menarik bagi target pasar karena secara langsung mengatasi tantangan yang mereka hadapi.
Misalnya, seperti alur kerja yang tidak terorganisir, tenggat waktu yang terlewat, atau kesulitan kolaborasi tim.
Karena kesesuaian inilah, tingkat konversi Anda tinggi dan menghasilkan lebih banyak penjualan.
2. Keunggulan value proposition
Mengapa seseorang harus membeli produk atau layanan Anda? Inilah yang disebut value proposition.
Value proposition yang kuat menunjukkan bahwa produk atau layanan Anda lebih baik daripada milik kompetitor, sehingga meningkatkan revenue secara signifikan.
Contoh:
Bayangkan Anda menjual software akuntansi. Perusahaan lain menyediakan software akuntansi dasar, tetapi tidak menawarkan fitur otomatisasi tugas dan laporan instan hanya dengan satu klik seperti milik Anda.
Nah, dengan menonjolkan value proposition ini, Anda dapat menarik lebih banyak pelanggan dan meningkatkan penjualan.
Baca Juga: 15 Strategi Terbaik untuk Meningkatkan Keuntungan Bisnis
3. Keunggulan kompetitif

Posisi produk Anda di pasar sangat berpengaruh.
Jika produk Anda memiliki fitur unik atau kualitas lebih tinggi daripada pesaing, maka kemungkinan besar Anda akan menarik lebih banyak pelanggan dan meningkatkan revenue.
Contoh:
Jika Anda menjual software Customer Relationship Management (CRM), Brand X hanya menawarkan fitur manajemen kontak dasar.
Sementara itu, solusi Anda memiliki alat otomatisasi pemasaran, penilaian prospek, dan analitik pelanggan yang lebih mendalam.
Perbedaan ini memungkinkan Anda menargetkan pelanggan yang menghargai fitur-fitur canggih ini, sehingga Anda bisa menawarkan harga lebih tinggi dan meningkatkan nilai transaksi rata-rata.
4. Akses ke pasar
Revenue bergantung pada seberapa mudah pelanggan menemukan dan membeli produk Anda.
Strategi pemasaran yang efektif, saluran distribusi yang kuat, dan proses penjualan yang user-friendly membuat audiens lebih mudah mengakses produk atau layanan Anda.
Contoh:
Anda menjual sepeda dan memiliki toko online. Anda mengatur agar toko tersebut mudah dinavigasi, menampilkan informasi produk yang jelas, dan menerima berbagai metode pembayaran.
Selain itu, Anda juga menawarkan uji coba gratis, demo produk, atau tim penjualan yang responsif.
Kemudahan-kemudahan ini dapat mempercepat proses penjualan dan mengubah lebih banyak prospek menjadi pelanggan.
5. Akses ke sumber daya
Sumber daya seperti modal (aset atau uang tunai), tenaga kerja terampil, dan teknologi sangat penting dalam mengembangkan serta memasarkan produk atau layanan.
Kurangnya sumber daya ini dapat menghambat pertumbuhan revenue.
Contoh:
Anda bekerja di startup software B2B yang kesulitan bersaing dengan perusahaan besar karena keterbatasan modal.
Karena keterbatasan ini, investasi dalam riset pun terhalang dan perusahaan kesulitan mengembangkan fitur baru yang pelanggan butuhkan.
Akibatnya, daya saing perusahaan menurun dan sulit menarik pelanggan baru.
6. Gangguan eksternal
Faktor eksternal seperti resesi atau inflasi dapat memengaruhi revenue bisnis Anda.
Meskipun tidak dapat mengendalikan semua faktor eksternal, Anda dapat mempersiapkan strategi untuk menghadapi tantangan tersebut.
Contoh:
Gangguan rantai pasokan dapat berdampak besar pada produsen mobil dan dealer. Mereka membutuhkan pasokan suku cadang seperti semikonduktor, baja, dan karet.
Jika terjadi kelangkaan, produksi bisa tertunda, sehingga jumlah mobil yang tersedia untuk dijual berkurang dan revenue menurun.
Baca Juga: Tips Manajemen Rantai Pasok dan Pengertian Lengkapnya
Jenis-Jenis Revenue dan Cara Menghitungnya
Dalam memahami perbedaan revenue dan profit, anggaplah Anda mengelola sebuah butik hotel. Pada laporan keuangan butik, Anda akan melihat beberapa istilah berikut ini:
Gross revenue
Yaitu total penjualan sebelum dikurangi diskon atau pengembalian dana.
Ini mencakup semua tamu yang memesan kamar, memesan layanan kamar, atau menggunakan fasilitas berbayar lainnya.
Rumus:
Gross revenue = total penjualan x harga jual per unit
Contoh:
Hotel Anda mendapat 150 pesanan dalam sebulan dengan tarif rata-rata Rp1.800.000 per malam.
150 malam x Rp1.800.000 = Rp270.000.000
Net revenue
Adalah gross revenue setelah dikurangi diskon atau pengembalian dana.
Rumus:
Net revenue = gross revenue – diskon dan pengembalian dana
Contoh:
Jika gross revenue hotel dalam sebulan adalah Rp1.500.000.000, tetapi 50 tamu mendapat diskon 50% dari tarif Rp1.800.000, maka:
50 tamu x Rp900.000 = Rp45.000.000
Net revenue = Rp1.500.000.000 – Rp45.000.000 = Rp1.455.000.000
Average revenue per unit (ARPU)
Pendapatan rata-rata per unit yang terjual. Dalam kasus hotel, ini berarti revenue rata-rata per kamar.
Rumus:
ARPU = total revenue / total unit terjual
Contoh:
Dengan net revenue Rp1.455.000.000 dan total kamar yang dipesan 150 malam:
Rp1.455.000.000 / 150 = Rp9.700.000 per malam
Monthly recurring revenue (MRR)
Pendapatan berulang yang diperoleh bisnis setiap bulan, seperti langganan bulanan untuk diskon layanan spa hotel.
Rumus:
MRR = harga langganan bulanan x jumlah pelanggan
Contoh:
Hotel menawarkan langganan layanan spa Rp300.000/bulan kepada 200 pelanggan:
Rp300.000 x 200 pelanggan = Rp60.000.000
Annual recurring revenue (ARR)
Pendapatan berulang tahunan, misalnya langganan keanggotaan hotel yang dibayar setiap tahun.
Rumus:
ARR = MRR x 12 bulan
Contoh:
Rp60.000.000 x 12 = Rp720.000.000
Memahami setiap jenis revenue dan mencatatnya secara konsisten akan membantu menilai kesehatan bisnis Anda dan apakah sumber daya digunakan secara efektif.
Baca Juga: Persentase Keuntungan dan Kerugian: Contoh dan Cara Hitung di Excel
Apa itu Profit?

Jika revenue menunjukkan seberapa baik Anda melayani pelanggan, profit menunjukkan seberapa efisien bisnis Anda dalam menghasilkan keuntungan.
Profit adalah uang yang tersisa dalam bisnis setelah mengurangi semua biaya dari revenue.
Saat kita membahas net revenue sebelumnya, kita hanya mengurangkan biaya yang terkait langsung dengan revenue seperti diskon, refund, dll.
Gross profit dan net profit lebih rumit karena mengurangi revenue dengan semua biaya produksi (COGS) dan biaya operasional lainnya.
Faktor apa Saja yang Memengaruhi Profit?
Profit Anda berasal dari revenue Anda. Semua faktor yang memengaruhi revenue juga akan berdampak pada profit.
Namun, ada beberapa faktor khusus yang secara langsung memengaruhi profit.
1. Ekonomi skala
Prinsip ini menyatakan bahwa seiring bisnis bertumbuh dan volume produksi meningkat, biaya rata-rata per unit produksi menurun. Hal ini berarti margin profit yang lebih tinggi.
Contoh:
Sebuah produsen sepeda menegosiasikan diskon pembelian bahan baku dalam jumlah besar (seperti baja) karena mereka memproduksi lebih banyak sepeda.
Penurunan biaya per unit ini memungkinkan mereka mempertahankan harga jual sambil meningkatkan profit pada setiap sepeda yang terjual.
2. Efisiensi dan efektivitas
Operasi yang lebih efisien dan karyawan yang terlatih dengan baik berkontribusi pada penurunan biaya dan peningkatan produktivitas. Ini juga berarti profit yang lebih tinggi.
Hal ini sering terlihat ketika sebuah perusahaan mengurangi biaya operasional sehingga dapat meningkatkan profit tanpa harus menjual lebih banyak produk.
Contoh:
Sebuah perusahaan software berinvestasi dalam pelatihan tim customer service agar dapat menyelesaikan masalah pelanggan dengan lebih cepat dan efisien.
Ini mengurangi rata-rata waktu yang dihabiskan per panggilan, memungkinkan tim menangani lebih banyak kasus dan berpotensi mengurangi kebutuhan akan staf tambahan.
3. Model bisnis
Strategi bisnis yang baik serta model bisnis yang kuat yang mengoptimalkan revenue serta manajemen biaya dapat menghasilkan profit maksimal.
Contoh:
Sebuah startup yang berspesialisasi dalam niche otomatisasi pemasaran beroperasi dengan tim kecil yang sangat terampil dan menggunakan saluran pemasaran online untuk menarik klien.
Fokus mereka pada otomatisasi dan operasi yang efisien memungkinkan mereka menjaga biaya tetap rendah, yang berpotensi menghasilkan margin profit lebih tinggi per klien.
Model bisnis mereka berfokus pada efisiensi. Struktur yang ramping memungkinkan mereka menawarkan harga yang kompetitif dan waktu implementasi yang lebih singkat.
Anda, sebagai tenaga penjualan, dapat memanfaatkan ini saat bernegosiasi dengan calon pelanggan dan menyoroti efektivitas biaya dari solusi yang Anda tawarkan.
Baca Juga: Penyebab Keuntungan Bisnis Menurun dan Cara Mengatasinya
Jenis-Jenis Profit dan Cara Menghitungnya
Sekarang, mari kita bahas jenis-jenis profit dan cara menghitungnya.
Ada dua jenis profit: gross profit dan net profit (terkadang disebut operating profit). Keduanya terkait dengan perhitungan revenue Anda.
Sekarang, mari kita lihat kembali laporan laba rugi butik Anda.
Gross profit
Uang yang tersisa setelah Anda mengurangi COGS, atau berapa banyak uang yang Anda keluarkan untuk membuat atau memproduksi produk atau layanan Anda.
Rumus:
Gross profit = net revenue – COGS
Contoh:
Dalam contoh hotel butik, net revenue-nya adalah Rp1.455.000.000.
Sekarang, Anda perlu menghitung total COGS atau biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyediakan kamar bagi tamu selama satu malam.
Misal asumsi COGS per malam adalah Rp450.000.
Rp450.000/malam x 150 malam = Rp67.500.000 (total COGS)
Sekarang, terapkan ke dalam rumus gross profit.
Rp1.455.000.000 (net revenue) – Rp67.500.000 (total COGS) = Rp1.387.500.000
Net profit atau operating profit
Profit yang Anda dapatkan setelah mengambil gross profit dan mengurangi semua biaya tetap dan variabel seperti gaji karyawan, utilitas, dll.
Net profit = gross profit – biaya operasional (kurangi bunga dan pajak jika perlu)
Contoh:
Kita tahu bahwa gross profit Anda adalah Rp1.387.500.000.
Total biaya operasional untuk menjalankan hotel dapat mencakup gaji, pajak properti, sewa, pemasaran, pembayaran vendor, utilitas, dll.
Misalnya, total biaya operasional adalah Rp900.000.000. Maka net profit Anda adalah:
Rp1.387.500.000 (gross profit) – Rp900.000.000 (biaya operasional) = Rp487.500.000
Net profit adalah metrik penting untuk kesehatan bisnis karena menunjukkan berapa banyak yang bisa benar-benar Anda simpan setelah menutupi semua biaya operasional.
Baca Juga: 22 Cara Meningkatkan Keuntungan dalam Bisnis, Berani Coba?
Perbedaan Antara Revenue dan Profit

Revenue dan profit memiliki hubungan yang erat, tetapi keduanya memberikan informasi yang berbeda kepada perusahaan.
Posisi di laporan keuangan
Perbedaan yang paling jelas adalah posisi revenue dan profit dalam laporan laba rugi, yaitu revenue yang berada di bagian atas, sedangkan profit di bagian bawah.
Penempatan ini mencerminkan alur logis dari aktivitas bisnis. Pertama, Anda melihat berapa banyak uang yang Anda hasilkan dari penjualan (revenue).
Kemudian, Anda mengurangkan biaya operasional yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Akhirnya, Anda mendapatkan profit atau pendapatan yang tersisa.
Alur ini membantu menggambarkan kondisi keuangan bisnis dalam periode tertentu, melacak sumber pendapatan, alokasi uang, dan berapa yang tersisa.
Forecasting dan investasi
Revenue membantu tim penjualan memperkirakan jumlah barang atau layanan yang perlu disediakan untuk memenuhi permintaan pasar di masa depan.
Misalnya, Anda menjual software manajemen proyek. Tanpa pemahaman yang jelas tentang tren revenue, sulit untuk memprediksi berapa banyak pelanggan baru yang perlu Anda tarik dalam beberapa bulan ke depan.
Jika perkiraan permintaan lebih besar dari kenyataan, bisa terjadi skenario yang membuat frustrasi.
Pelanggan ingin berlangganan, tetapi Anda tidak dapat mengakomodasi mereka karena kapasitas server terbatas atau jumlah staf dukungan pelanggan yang tidak mencukupi.
Namun, melebih-lebihkan permintaan juga bukan langkah yang baik. Anda bisa jadi akan berinvestasi terlalu besar dalam server tambahan dan merekrut lebih banyak staf dukungan, tetapi semuanya tidak terpakai secara maksimal.
Forecasting juga membantu menentukan bagaimana dan di mana Anda dapat menginvestasikan dana surplus.
Jika prediksi bahwa kuartal depan menguntungkan, Anda mungkin bisa berinvestasi pada teknologi baru, menambah jumlah karyawan, atau memberikan bonus dan promosi kepada tim.
Namun, jika memprediksi profit yang rendah atau bahkan tidak ada, maka bisnis akan mengambil langkah finansial yang lebih konservatif.
Baca Juga: Cara Menghitung Keuntungan Bisnis dengan Analisis Profitabilitas
Kesimpulan
Dalam menjalankan bisnis, memahami perbedaan antara revenue dan profit sangatlah penting.
Revenue mencerminkan total pendapatan dari penjualan produk atau layanan, sedangkan profit menunjukkan keuntungan bersih setelah dikurangi semua biaya operasional.
Keduanya memiliki peran krusial dalam menilai kesehatan keuangan bisnis dan membantu dalam pengambilan keputusan strategis, seperti perencanaan investasi, pengelolaan biaya, dan pengembangan bisnis.
Untuk memastikan bisnis berjalan dengan efisien, pencatatan keuangan yang akurat sangat dibutuhkan. Karena itu, gunakan aplikasi kasir Kledo POS untuk mencatat transaksi penjualan Anda dan membuat laporan keuangan yang detail.
Dengan fitur manajemen stok, penerapan promo dan diskon, serta integrasi dengan software akuntansi, Kledo POS memudahkan Anda memantau kinerja usaha secara menyeluruh.
Tertarik menggunakan Kledo POS? Yuk, coba sekarang lewat tautan ini!
- Apa Perbedaan Revenue dan Profit? + Cara Menghitungnya - 12 Maret 2025
- Perbedaan dan Contoh Brosur, Pamflet, dan Leaflet - 12 Maret 2025
- Daftar Harga Aplikasi Kasir Lengkap di Indonesia - 11 Maret 2025