Rasio Likuiditas: Arti, Jenis, Rumus, dan Cara Hitungnya

rasio likuiditas

Dalam dunia keuangan, rasio likuiditas berperan penting dalam mengevaluasi kesehatan dan stabilitas keuangan jangka pendek suatu perusahaan.

Rasio-rasio ini memberikan wawasan berharga mengenai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya dan menilai posisi likuiditasnya secara keseluruhan.

Artikel ini bertujuan untuk memahami secara komprehensif rasio likuiditas, signifikansinya dalam analisis keuangan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan bagi investor, kreditor, dan para stakehoder.

Kami akan memberi tahu Anda dan mengeksplorasi berbagai jenis rasio likuiditas, rumusnya, interpretasinya, dan tolok ukur spesifik industri. Selain itu, kami akan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi rasio likuiditas dan strategi untuk memperbaikinya.

Apa itu Rasio Likuiditas?

rasio likuiditas

Rasio likuiditas adalah salah satu dari banyak rasio keuangan dan metrik keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mengubah asetnya menjadi kas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Penilaian ini menilai solvabilitas jangka pendek perusahaan dan kemampuan untuk menangani tantangan keuangan yang mendesak tanpa mengganggu operasinya atau menghadapi kesulitan keuangan.

Rasio likuiditas merupakan komponen kunci dalam analisis keuangan dan memberikan informasi berharga kepada investor dan kreditor mengenai kemampuan perusahaan dalam mengelola komitmen keuangannya.

Baca juga: Rasio Biaya Variabel: Pengertian, Cara Hitung, dan Contohnya

Pentingnya Rasio Likuiditas dalam Analisis Keuangan

Rasio likuiditas sangat penting dalam analisis keuangan karena beberapa alasan:

1. Menilai solvabilitas jangka pendek

Rasio likuiditas dengan jelas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya.

Kreditor, pemasok, dan investor menggunakan rasio ini untuk menentukan apakah suatu perusahaan memiliki cukup aset likuid untuk membayar utangnya dengan segera.

Posisi likuiditas yang kuat memastikan bahwa perusahaan dapat menangani komitmen keuangan sehari-harinya tanpa menghadapi kesulitan keuangan.

2. Mengevaluasi kesehatan keuangan

Rasio likuiditas merupakan hal mendasar dalam mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Rasio ini menawarkan wawasan tentang manajemen arus kas perusahaan, efisiensi dalam penggunaan aset, dan praktik manajemen risiko. Perusahaan dengan rasio likuiditas yang sehat umumnya dianggap stabil secara finansial dan kurang rentan terhadap risiko keuangan.

3. Pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor

Rasio likuiditas memainkan peran penting dalam keputusan investasi. Investor menggunakan rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan mengelola komitmen keuangannya.

Kreditor juga mengandalkan rasio likuiditas untuk menilai risiko kredit ketika memberikan pinjaman atau persyaratan kredit kepada suatu perusahaan.

Baca juga: Price to Earning (PE) Rasio: Pengertian, Cara Hitung, dan Manfaatnya

4. Indikator efisiensi operasional

Rasio likuiditas dapat menunjukkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Rasio likuiditas yang rendah mungkin menunjukkan kelebihan persediaan atau pergerakan piutang yang lambat, sedangkan rasio yang tinggi mungkin menunjukkan aset yang kurang dimanfaatkan.

Dengan memahami rasio likuiditas, bisnis dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dalam operasi dan manajemen arus kas mereka.

5. Sistem peringatan dini

Pemantauan rasio likuiditas dapat menjadi sistem peringatan dini terhadap potensi masalah keuangan.

Penurunan rasio likuiditas secara tiba-tiba mungkin menandakan adanya masalah arus kas atau krisis likuiditas yang akan terjadi, sehingga mendorong manajemen untuk mengambil tindakan korektif sebelum situasi menjadi lebih buruk.

6. Analisis komparatif

Rasio likuiditas memungkinkan perbandingan yang mudah antara berbagai perusahaan di industri yang sama atau lintas industri. Investor dan analis menggunakan rasio ini untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan sejenis dan standar industri.

Baca juga: Pengertian Rasio Efisiensi, Jenis, dan Cara Hitungnya

Mengenal Berbagai Jenis Rasio Likuiditas Beserta Rumusnya

rasio likuiditas

1. Rasio lancar atau current ratio

Rumus dan perhitungan

Rasio lancar dihitung dengan membagi aset perusahaan dengan kewajibannya. Rumusnya dapat diungkapkan sebagai berikut:

Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

Interpretasi dan signifikansi

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya, yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu satu tahun.

Rasio yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak aset lancar daripada kewajiban lancar, yang menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi yang baik untuk menutupi utang jangka pendeknya.

Hal ini berarti posisi keuangan yang lebih sehat dan solvabilitas jangka pendek yang lebih baik. Di sisi lain, rasio lancar yang kurang dari 1 dapat mengindikasikan potensi masalah likuiditas dan kebutuhan untuk meningkatkan pengelolaan arus kas.

Kisaran ideal untuk berbagai industri

Kisaran ideal untuk rasio lancar dapat bervariasi berdasarkan industri dan keadaan spesifik perusahaan. Secara umum, rasio lancar antara 1,5 dan 3 dianggap dapat diterima, yang menunjukkan keseimbangan yang sehat antara aset dan kewajiban lancar.

Namun, industri tertentu, seperti ritel atau barang konsumsi yang bergerak cepat, mungkin memiliki rasio lancar yang lebih rendah karena sifat perputaran persediaan yang tinggi.

Di sisi lain, industri padat modal mungkin memiliki rasio lancar yang lebih tinggi karena siklus konversi aset yang lebih panjang.

Contoh kasus menghitung rasio lancar

Misalnya, perusahaan A memiliki aktiva lancar sebesar Rp20.000.000 dan kewajiban jangka pendek sebesar Rp10.000.000. Jadi rasio lancar perusahaan A adalah:

20.000.000 : 10.000.000 = 2.

Nilai rasio lancar perusahaan A adalah 2. Artinya perusahaan A memiliki perbandingan aktiva lancar dua kali lipat dari kewajiban jangka pendeknya.

Nilai 2 memberikan informasi bahwa perusahaan A bisa melunasi semua kewajiban jangka pendeknya dengan menjual hanya separuh aktiva lancarnya. Perusahaan A memiliki status aman dalam hal ini.

Banner 1 kledo

2. Rasio cepat atau quick ratio

Rumus dan perhitungan

Rasio cepat, atau quick ratio, atau acid test ratio, dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aset lancar dan membagi hasilnya dengan kewajiban lancar. Rumusnya dapat diungkapkan sebagai berikut:

Rasio Cepat = (Aset Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar

Perbedaannya dengan current ratio

Perbedaan utama antara rasio cepat dan rasio lancar terletak pada perlakuan terhadap persediaan. Rasio lancar memperhitungkan seluruh aset lancar, termasuk persediaan, sedangkan rasio cepat tidak memperhitungkan persediaan.

Pengecualian ini karena persediaan mungkin tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai, dan pengecualian tersebut memberikan ukuran yang lebih konservatif mengenai kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek.

Keuntungan dan keterbatasan

Rasio cepat menawarkan penilaian yang lebih ketat terhadap posisi likuiditas perusahaan dibandingkan rasio lancar. Dengan mengecualikan inventaris, perusahaan ini berfokus pada aset perusahaan yang paling likuid, seperti kas dan surat berharga.

Hal ini menjadikan rasio cepat sebagai indikator yang lebih andal mengenai likuiditas jangka pendek suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Namun, ini mungkin tidak cocok untuk perusahaan yang sangat bergantung pada penjualan inventaris atau memiliki sebagian besar asetnya terikat pada inventaris.

Contoh kasus menghitung rasio cepat

Misalnya, perusahaan B memiliki aktiva lancar sebesar R15.000.000, persediaan sebesar Rp3.000.000, dan kewajiban jangka pendek sebesar Rp6.000.000. Maka rasio cepat perusahaan B adalah:

(Rp.15.000.000 – Rp.3.000.000) : Rp.6.000.000.000 = 2

Sama halnya dengan rasio lancar, rasio cepat yang nilainya lebih dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajibannya.

Baca juga: Pengertian dan Cara Menghitung Rasio DSCR dalam Bisnis

3. Rasio kas

Rumus dan perhitungan

Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancarnya hanya dengan kas dan setara kas. Rumusnya dapat diungkapkan sebagai berikut:

Rasio Kas = (Kas dan Setara Kas) / Kewajiban Lancar

Pengertian cadangan kas

Rasio kas berfokus secara eksklusif pada cadangan kas dan setara kas perusahaan, yang secara jelas menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa bergantung pada aset lancar lainnya.

Kegunaan kewajiban jangka pendek

Rasio kas adalah ukuran likuiditas yang sangat konservatif, karena menilai posisi likuiditas jangka pendek suatu perusahaan hanya berdasarkan kepemilikan kasnya.

Hal ini sangat berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menangani kewajiban keuangan yang tiba-tiba dan tidak terduga tanpa menjual aset lain atau mengandalkan sumber pendanaan eksternal.

Namun, rasio kas yang sangat tinggi juga dapat mengindikasikan kurangnya pemanfaatan cadangan kas, karena kepemilikan kas yang berlebihan mungkin tidak menghasilkan keuntungan yang cukup bagi perusahaan.

Contoh kasus menghitung rasio kas

Misalnya, perusahaan C memiliki kas dengan nilai Rp15.000.000, surat berharga dengan nilai Rp5.000.000 dan kewajiban jangka pendek dengan nilai Rp8.000.000. Maka rasio kas perusahaan C adalah:

(15.000.000 + 5.000.000) : 8.000.000.000 = 2,5

Nilai rasio kas lebih dari 1 berarti perusahan memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Tapi ingat, jika nilainya terlalu besar berarti perusahaan memiliki kas yang berlebih yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain.

Baca juga: Rumus dan Contoh Rasio Margin Kontribusi (Margin Contribution Ratio)

Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Rasio Likuiditas?

Pengetian analisis likuiditas

1. Manajemen persediaan

Manajemen persediaan yang efektif berdampak signifikan terhadap rasio likuiditas perusahaan. Tingkat persediaan yang dimiliki perusahaan dapat menghabiskan sebagian besar modal kerjanya, sehingga memengaruhi kemampuannya menghasilkan uang tunai dan memenuhi kewajiban jangka pendek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio likuiditas terkait pengelolaan persediaan antara lain:

  • Perputaran Persediaan: Perputaran persediaan atau inventory turnover yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menjual persediaannya secara efisien dan dengan cepat mengubahnya menjadi kas. Hal ini meningkatkan rasio likuiditas dengan mengurangi jumlah modal yang terikat dalam persediaan.
  • Persediaan yang kedaluwarsa: Menyimpan persediaan yang sudah usang atau perputarannya lambat dapat menghambat likuiditas, karena akan mengikat sumber daya tanpa menghasilkan arus kas. Penilaian dan likuidasi inventaris usang secara berkala sangat penting untuk menjaga likuiditas yang sehat.
  • Permintaan musiman: Perusahaan dengan bisnis musiman mungkin menghadapi fluktuasi rasio likuiditas sepanjang tahun. Mengelola tingkat inventaris agar sesuai dengan perubahan pola permintaan sangat penting untuk arus kas yang stabil.

Baca juga: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Rumusnya

2. Piutang dan Hutang

Pengelolaan piutang dan hutang juga mempunyai dampak yang signifikan terhadap rasio likuiditas suatu perusahaan.

Pengumpulan dan pembayaran yang tepat waktu dapat meningkatkan arus kas dan likuiditas, sementara penundaan dapat menimbulkan tantangan arus kas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio likuiditas terkait piutang dan hutang antara lain:

  • Days Sales Outstanding (DSO): DSO mengukur waktu rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutangnya. Mengurangi DSO akan meningkatkan likuiditas dengan mempercepat arus kas masuk.
  • Days Payable Outstanding (DPO): DPO mengukur waktu rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar pemasoknya. Memperpanjang jangka waktu pembayaran dapat meningkatkan likuiditas jangka pendek, namun hal ini harus diimbangi dengan menjaga hubungan baik dengan pemasok.

3. Kebijakan pengelolaan kas

Kebijakan pengelolaan kas yang diterapkan oleh suatu perusahaan secara langsung mempengaruhi rasio likuiditasnya. Kebijakan-kebijakan ini menentukan bagaimana uang tunai dikumpulkan, dicairkan, dan diinvestasikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio likuiditas terkait kebijakan pengelolaan kas antara lain:

  • Cadangan kas: Mempertahankan cadangan kas yang memadai sangat penting untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan pengeluaran tak terduga. Menyimpan terlalu banyak uang tunai dapat menyebabkan kurangnya pemanfaatan sumber daya, sementara terlalu sedikit uang tunai dapat menyebabkan masalah arus kas.
  • Investasi kelebihan kas: Menginvestasikan kelebihan kas pada instrumen jangka pendek, likuid, dan aman dapat memberikan keuntungan yang lebih baik sekaligus memastikan akses cepat terhadap uang tunai saat dibutuhkan.
  • Peramalan arus kas: Peramalan arus kas yang efektif memungkinkan perusahaan mengantisipasi kebutuhan kas dan merencanakan likuiditasnya dengan tepat. Hal ini membantu menghindari kekurangan uang tunai dan mengoptimalkan penggunaan uang kas.

Baca Juga: Pengertian Rasio Profitabilitas, Jenis, Rumus, dan Cara Meningkatkannya

Pertimbangan Khusus Industri dalam Menilai Rasio Likuiditas

Cara melakukan analisis likuiditas

1. Tolok ukur rasio likuiditas berdasarkan industri

Tolok ukur rasio likuiditas bervariasi antar industri karena sifat dan siklus operasional bisnis yang beragam. Sektor yang berbeda memiliki kebutuhan modal kerja, siklus penjualan, dan pola arus kas yang berbeda, sehingga memengaruhi rasio likuiditas idealnya.

Beberapa industri mungkin secara alami memiliki rasio likuiditas yang lebih tinggi, sementara industri lainnya mungkin memiliki rasio yang lebih rendah.

Faktor-faktor seperti perputaran persediaan, persyaratan kredit dengan pelanggan dan pemasok, dan tingkat kewajiban jangka pendek mempengaruhi tolok ukur likuiditas spesifik industri.

Misalnya:

  • Perusahaan teknologi dengan perputaran persediaan yang cepat dan siklus konversi kas yang pendek mungkin memiliki rasio lancar yang lebih rendah dibandingkan industri dengan perputaran persediaan yang lebih lambat, seperti manufaktur.
  • Industri berbasis jasa, yang mungkin memiliki persediaan minimal dan siklus kas lebih pendek, dapat menunjukkan rasio lancar yang lebih tinggi dibandingkan industri padat modal.

Saat mengevaluasi rasio likuiditas suatu perusahaan, penting untuk membandingkannya dengan tolok ukur industri untuk mendapatkan perspektif yang bermakna mengenai posisi likuiditasnya.

Penyimpangan dari norma industri mungkin memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk memahami faktor spesifik yang mempengaruhi likuiditas perusahaan.

2. Memahami varians di berbagai sektor

Memahami perbedaan rasio likuiditas di berbagai sektor sangat penting untuk melakukan analisis keuangan yang efektif. Beberapa pertimbangan utama meliputi:

  • Persyaratan modal kerja: Perusahaan di industri dengan siklus konversi kas yang lebih panjang, seperti konstruksi atau alat berat, mungkin memiliki kebutuhan modal kerja yang lebih tinggi, yang mengakibatkan rasio likuiditas lebih rendah. Sebaliknya, industri dengan siklus yang lebih pendek, seperti pengembangan perangkat lunak, mungkin menunjukkan rasio likuiditas yang lebih tinggi.
  • Manajemen inventaris: Industri dengan inventaris yang mudah rusak atau bergerak cepat, seperti ritel, mungkin memiliki rasio likuiditas yang lebih rendah karena seringnya perputaran inventaris. Sebaliknya, industri dengan persediaan khusus atau pergerakannya lambat, seperti industri dirgantara, mungkin memiliki rasio yang lebih tinggi.
  • Sifat musiman: Bisnis musiman, seperti pariwisata atau pertanian, mungkin mengalami fluktuasi rasio likuiditas yang signifikan sepanjang tahun. Bisnis di industri ini harus mengelola arus kas mereka untuk menavigasi permintaan musiman secara efektif.
  • Intensitas modal: Industri padat modal, seperti manufaktur atau utilitas, mungkin memiliki aset jangka panjang yang besar, sehingga menghasilkan rasio likuiditas yang lebih rendah dibandingkan industri dengan kebutuhan modal yang lebih rendah.
  • Ketentuan kredit dan pembayaran: Perbedaan kebijakan kredit dengan pelanggan dan ketentuan pembayaran dengan pemasok dapat berdampak pada perputaran piutang dan hutang, yang menyebabkan variasi dalam rasio likuiditas.

Baca juga: Rasio Perputaran Piutang: Manfaat, Rumus, dan Cara Hitungnya

Bagaimana Strategi dalam Melakukan Peningkatan Likuiditas?

rasio likuiditas

1. Memilih opsi pembiayaan jangka pendek

Perusahaan dapat meningkatkan likuiditasnya dengan memanfaatkan opsi pembiayaan jangka pendek, seperti jalur kredit bank, kredit perdagangan, atau surat berharga.

Sumber-sumber ini memberikan akses cepat terhadap dana, membantu perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Namun, penting untuk mengelola utang jangka pendek secara bertanggung jawab dan memastikan bahwa biaya pinjaman masuk akal.

2. Optimasi persediaan

Mengoptimalkan tingkat persediaan sangat penting untuk meningkatkan likuiditas. Persediaan berlebih mengikat modal kerja dan mengurangi arus kas. Dengan menerapkan teknik manajemen inventaris yang efisien seperti sistem inventaris just-in-time (JIT), perkiraan permintaan, dan penilaian inventaris rutin, perusahaan dapat mengurangi biaya penyimpanan dan mengeluarkan uang tunai untuk keperluan lain.

3. Mengelola piutang dan hutang dengan efisien

Pengelolaan piutang dan hutang yang efisien dapat berdampak positif pada likuiditas. Mendorong pembayaran lebih awal dari pelanggan, menawarkan diskon untuk pembayaran cepat, dan memiliki kebijakan kredit yang jelas dapat mempercepat arus kas masuk.

Di sisi lain, mengelola hutang secara strategis dengan menegosiasikan persyaratan pembayaran yang menguntungkan dengan pemasok dapat memperpanjang periode pembayaran, sehingga meningkatkan arus kas jangka pendek.

Baca juga: Rasio Leverage: Definisi, Fungsi, Jenis, Rumus, Contoh, Risiko, dll

Kesimpulan

Rasio likuiditas adalah salah satu perhitungan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Perhitungan ini dapat dihitung dengan tiga cara yaitu rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas.

Nilai rasio yang aman adalah minimal 1 yang artinya perusahaan memiliki aktiva lancar yang bisa dicairkan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Namun, nilai rasio yang terlalu besar bisa menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengelola aktiva lancar dan kewajiban jangka pendeknya dengan baik.

Untuk memudahkan pembuatan laporan keuangan dan pengelolaan keuangan bisnis, Anda bisa menggunakan software akuntansi dari Kledo. Kledo merupakan software akuntansi yang dilengkapi berbagai fitur-fitur yang akan memudahkan pengelolaan keuangan.

Yuk daftar Kledo sekarang juga dan nikmati semua kemudahan pengelolaan keuangan secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 + 20 =