Bisnis selalu memperbaiki strategi mereka agar bisa mengikuti lanskap industri yang terus berubah.
Namun, ada banyak strategi bisnis yang berakhir gagal karena kesalahan sederhana yang seharusnya bisa mereka hindari.
Menariknya, banyak bisnis dari industri dan ukuran yang berbeda-beda cenderung mengulang kesalahan yang sama berulang kali.
Karena itu, artikel ini akan membahas 10 kesalahan yang perlu Anda hindari saat menyusun strategi bisnis dan contoh kesalahan yang bisa Anda pelajari.
10 Kesalahan Dalam Menyusun Strategi Bisnis
1. Mengulang rencana tahun lalu
Meskipun tahun lalu berjalan dengan baik dan bisnis terlihat berkembang, bukan berarti Anda bisa menggunakan strategi yang sama begitu saja.
Walaupun tujuan utama Anda tetap sama persis, Anda tetap perlu menilai kembali hal tersebut dalam konteks yang lebih luas terkait apa yang sedang terjadi di sekitar bisnis Anda.
Pikirkan rencana Anda dengan matang, karena ini untuk memastikan perusahaan Anda tidak berisiko tertinggal.
2. Tidak membuat rencana tetap singkat dan sederhana
Banyak perusahaan yang justru ingin membuat rencana bisnis mereka serumit mungkin, karena merasa lebih rumit itu “lebih baik”.
Namun kenyataannya, hal tersebut justru sangat keliru. Strategi bisnis tidak perlu rumit, yang penting adalah efektif.
Lalu, sebaiknya jaga agar strategi bisnis tidak terlalu panjang. Bahkan, akan lebih baik jika strategi itu bisa dituangkan hanya dalam satu halaman.
Dengan begitu, semakin banyak orang di perusahaan yang bisa membaca, memahami, dan menjalankannya.
3. Tidak menentukan pelanggan dan kebutuhan mereka

Kunci dari strategi bisnis yang baik adalah mengetahui pelanggan dan kebutuhan mereka.
Coba pikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini:
- Siapa target pasar Anda?
- Apakah Anda berencana untuk menyasar segmen tertentu?
- Apakah Anda menargetkan wilayah geografis atau demografi tertentu?
- Jika iya, apa yang sudah dan belum Anda ketahui tentang calon pelanggan tersebut untuk meningkatkan peluang keberhasilan?
Setelah itu, pikirkan kebutuhan mereka yang sekiranya berhubungan dengan value proposition Anda: kebutuhan apa yang belum terpenuhi dan bisa Anda bantu penuhi? Masalah apa yang bisa Anda selesaikan?
Bagaimana Anda bisa membuat kebutuhan mereka terpenuhi dengan lebih baik, lebih mudah, lebih enak, lebih mewah, lebih cepat, dan sebagainya?
Baca Juga: 10 Strategi Bisnis Untuk Raih Keuntungan Maksimal
4. Tidak memikirkan pesaing dan tren pasar
Setelah mendefinisikan pelanggan dan kebutuhan mereka, Anda harus mempertimbangkan pesaing dan tren pasar.
Seperti poin sebelumnya, coba pikirkan jawaban dari pertanyaan ini:
- Siapa pesaing utama Anda?
- Siapa yang masuk ke industri ini dalam setahun terakhir?
- Bagaimana penawaran mereka berbeda dari Anda? Apa yang mereka lakukan lebih baik dari Anda?
- Bagaimana kompetitor berinteraksi dengan pelanggan mereka (misalnya di media sosial)?
Selain itu, menganalisis tren pasar yang lebih luas akan membantu Anda menemukan tema utama, perubahan ekspektasi, serta peluang baru.
5. Tidak mendapatkan dukungan dari pihak lain
Bagaimana Anda bisa berharap orang lain di perusahaan mendukung strategi bisnis Anda jika mereka sama sekali tidak terlibat dalam penyusunannya?
Pada kenyataannya, banyak rencana yang dikembangkan hanya oleh satu orang (terkadang bahkan konsultan eksternal), tanpa melibatkan pemangku kepentingan penting lain di perusahaan, lalu hanya “diturunkan” dari tim manajemen seperti sebuah perintah.
Saat menyusun rencana, mintalah masukan dari departemen penting seperti penjualan, pemasaran, keuangan, dan sebagainya.
Selain membuat rencana yang lebih menyeluruh, Anda juga akan mendapatkan dukungan mereka sejak awal, sehingga implementasinya akan jauh lebih mudah di kemudian hari.
6. Tidak merencanakan bagaimana strategi akan dijalankan
Kesalahan strategi bisnis selanjutnya adalah tidak merencanakan bagaimana Anda nanti akan menjalankan strategi tersebut.
Artinya, Anda harus melihat ke dalam bisnis dan menilai keterampilan serta kemampuan yang dimiliki, sekaligus mengidentifikasi mana yang masih kurang.
Setelah itu, pikirkan bagaimana cara menutup kekurangan tersebut.
- Apakah akan sulit atau mudah mengisi kekosongan itu?
- Apakah Anda perlu merekrut talenta baru?
- Apakah sebaiknya Anda bermitra dengan pihak lain?
- Apakah Anda perlu membangun atau memperkuat hubungan, misalnya dengan pemasok, mitra, atau distributor?
7. Tidak memahami kondisi keuangan

Ketika melakukan perencanaan strategis, Anda benar-benar harus memahami kondisi keuangan bisnis sejak awal.
Petakan tujuan Anda untuk pendapatan dan keuntungan serta pastikan ada arus kas yang cukup untuk menutup biaya operasional yang sedang berjalan.
Pastikan Anda memiliki rencana untuk mendanai bisnis dan menarik modal yang memungkinkan pertumbuhan, entah itu lewat modal ventura atau pinjaman.
Aspek penting lain adalah memastikan bahwa Anda memiliki anggaran atau pendanaan untuk menjalankan rencana tersebut, termasuk merekrut talenta baru dan berinvestasi pada sistem baru.
Tentunya, Anda tidak ingin rencana harus berakhir setengah jalan karena kehabisan dana, bukan?
Baca Juga: Strategi Pengembangan Bisnis: Pengertian Lengkap dan Tahapannya
8. Tidak mengembangkan KPI untuk memantau kemajuan
Setiap strategi bisnis membutuhkan tujuan dan tonggak yang jelas, yang diukur dengan metrik dan data nyata.
Tanpa KPI, Anda seperti mengemudikan kapal tanpa tahu posisi Anda. Karena itu, Anda harus meluangkan waktu untuk mendefinisikan indikator kinerja utama (KPI) dan menyiapkan sistem, dasbor, serta proses untuk memantaunya secara rutin.
Sebenarnya, perusahaan yang memiliki strategi bisnis ‘yang baik’ semuanya sama. Mereka mengetahui dan memperhatikan angka-angka yang tepat.
Tanpa itu, bagaimana Anda bisa tahu apakah Anda berada di jalur yang benar?
9. Tidak menggunakan data untuk memandu strategi
Sekarang kita hidup di era big data, di mana lebih banyak data tersedia dibandingkan sebelumnya, namun banyak bisnis gagal memanfaatkannya saat membuat rencana.
Anda perlu membangun strategi berdasarkan fakta sebanyak mungkin, bukan hanya asumsi atau firasat.
Jika baru memulai, Anda bisa menggunakan alat gratis seperti Google Trends atau data publik yang tersedia.
Namun, perusahaan yang lebih mapan sebaiknya berinvestasi pada alat dan mekanisme untuk memperoleh serta menganalisis data terbaik bagi mereka, lalu menggunakan wawasan dari data tersebut untuk membentuk rencana.
10. Tidak memiliki siklus tinjauan dan pembelajaran untuk mengubah arah strategi
Perusahaan yang paling sukses belajar untuk beradaptasi dengan cepat dan tidak terlalu terikat pada satu ide saja.
Karena itu, Anda perlu menyiapkan proses yang memungkinkan Anda belajar dan gagal dengan cepat.
Saat meluncurkan strategi baru, penting untuk memantau perkembangannya, mendengarkan umpan balik, dan memperhatikan apa yang dikatakan data.
Jika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari tahu alasannya dan ubah dengan cepat.
Misalnya, Anda bisa bereksperimen dengan fitur produk atau layanan baru, lalu fokus pada hal-hal yang dihargai pelanggan, serta segera menghilangkan hal-hal yang tidak mereka inginkan.
Ingat, jika sebuah ide tidak bekerja untuk bisnis Anda, seberapa pun Anda menyukainya, hal itu tetap tidak akan berhasil.
Dengan menghindari kesalahan umum ini, Anda dapat menciptakan strategi bisnis yang sederhana, efektif, dan bernilai, sesuatu yang dapat dipahami semua orang di perusahaan dan menjadi tujuan bersama.
Baca Juga: 5 Jenis Strategi Penyusunan Anggaran Bisnis Beserta Contohnya
3 Kesalahan Strategi Bisnis dari Brand Besar
Meskipun membuat kesalahan adalah bagian dari perjalanan bisnis, ada banyak pelajaran berharga yang bisa Anda petik dari kesalahan bisnis lain.
Bagaimanapun, pencegahan lebih baik daripada pengobatan, bukan?
Di sini kita akan melihat beberapa kesalahan strategi terkenal dari merek-merek besar, serta pelajaran yang bisa dipetik oleh pemilik bisnis kecil.
1. New Coke
Kesalahan strategi: Terlalu fokus pada kompetitor
Pada tahun 1985, uji rasa buta menunjukkan konsumen lebih menyukai rasa manis dari pesaing Coca-Cola, yaitu Pepsi.
Sebagai respons, Coca-Cola mengubah resepnya untuk pertama kalinya dalam 99 tahun dan meluncurkan produk baru yang diberi nama New Coke.
Tujuannya adalah untuk menghidupkan kembali brand, menunjukkan bahwa mereka mengikuti selera konsumen, serta mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar minuman cola.
Namun, uji rasa tersebut tidak menunjukkan ikatan emosional yang kuat yang dimiliki konsumen dengan brand Coca-Cola yang asli.
Hasilnya? Reaksi negatif dari banyak orang, terutama di wilayah selatan Amerika Serikat, di mana Coca-Cola dianggap sebagai bagian dari identitas regional.
Perusahaan menerima lebih dari 40.000 panggilan telepon dan surat berisi kemarahan atau kekecewaan.
Kelompok protes mulai bermunculan dan penggemar setia bahkan menimbun Coca-Cola resep asli di ruang bawah tanah mereka.
Pada tahun yang sama, 1985, resep asli Coca-Cola kembali ke rak-rak toko, menjadi berita utama di berbagai media besar.
Meski ini dianggap sebagai salah satu kesalahan pemasaran terbesar dalam sejarah, brand Coca-Cola tetap kuat dan sejak itu terus meraih kesuksesan besar di industri minuman.
Pelajaran:
- Jangan mengutak-atik brand yang sudah mapan dan sukses
- Luangkan waktu untuk memahami apa yang dihargai pelanggan dari brand Anda
- Hindari mengambil keputusan reaktif secara terburu-buru
- Jangan terlalu berlebihan membandingkan produk Anda dengan kompetitor
- Jangan meremehkan ikatan emosional konsumen dengan produk asli
2. Apple (tanpa Steve Jobs)

Kesalahan strategi: Terlalu banyak lini produk.
Saat Steve Jobs kembali ke Apple pada tahun 1997, ia menemukan raksasa teknologi tersebut dalam kondisi berantakan. Laba anjlok dan perusahaan berada dalam krisis.
Respon Jobs? Memangkas lini produk menjadi hanya beberapa item inti (saat itu Apple memproduksi 350 produk berbeda!), dengan tujuan membuat produk tersebut menjadi “sangat luar biasa.”
Jumlah produk dipangkas menjadi hanya 10, dan fokus dialihkan kembali ke iMac, PowerBook, kemudian iPod, iPhone, dan iPad. Fokus ini secara langsung berkontribusi pada kebangkitan Apple.
Meskipun Apple yang kita kenal saat ini jauh dari kondisi kritis seperti 25 tahun lalu, ada pendapat bahwa raksasa teknologi ini mulai kehilangan fokus produknya.
Ambil contoh lini iPad Apple – iPad Pro, iPad Air, iPad generasi ke-10, iPad generasi ke-9, iPad mini… Meski pilihan yang beragam bisa menguntungkan konsumen, ada risiko menciptakan kebingungan dengan mencoba menarik semua orang.
Sebagai salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia, Apple menghadapi tekanan untuk terus menghasilkan kesuksesan finansial setiap tahunnya, dan dalam upaya itu, mereka mungkin mengejar pasar yang sebenarnya kurang tepat.
Dengan menambah lebih banyak kategori produk untuk menarik lebih banyak konsumen, ada risiko kualitas keseluruhan produk bisa menurun.
Meski hal itu belum terjadi saat ini, kekhawatiran ini cukup nyata di kalangan penggemar Apple.
Pelajaran: Lebih sedikit bisa berarti lebih baik.
Baca Juga: 10 Strategi untuk Memenangkan Persaingan Bisnis
3. Tie Rack
Kesalahan strategi: Gagal memahami perilaku belanja pria, tidak mampu mengalahkan pesaing, serta kurang berinovasi.
Pria cenderung membeli dasi di tempat mereka membeli kemeja. Namun, Tie Rack tidak menawarkan sesuatu yang unik untuk mendorong pelanggan berpaling dari kebiasaan tersebut.
Tie Rack juga menghadapi banyak persaingan. Bisnis lain menjual kemeja sekaligus dasi, dan bahkan menjualnya sepasang, sehingga pelanggan tidak perlu lagi memikirkan gaya berpakaian.
Hal ini membuat keberadaan toko khusus dasi seperti Tie Rack menjadi tidak terlalu dibutuhkan.
Selain itu, ketika tempat kerja mulai tidak mewajibkan pemakaian dasi, Tie Rack yang tidak cukup lincah untuk merespon perubaha tren ini pun semakin kesulitan.
Basis pelanggan mulai menyusut, penjualan merosot, dan Tie Rack mulai mengalami kerugian besar.
Tie Rack merugi hingga £6,9 juta dan pada 2013, perusahaan pun menutup empat puluh tokonya dan berhenti beroperasi di Inggris untuk mencegah kerugian lebih lanjut.
Padahal, dulunya perusahaan di Inggris ini berkembang pesat sejak tahun 1980-an dan berjaya di tahun 1990-an ketika dasi masih menjadi barang wajib.
Tetapi, ketidakmampuan untuk beradaptasi dan berinovasi akhirnya menyebabkan kejatuhannya.
Pelajaran:
- Pahami target audiens Anda, ketahui jika kebiasaan belanja, selera, dan perilaku mereka berubah.
- Pertimbangkan target audiens tambahan. Apakah ada segmen baru yang belum Anda layani?
- Selalu punya rencana. Banyak bisnis gagal karena kurangnya perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Ke mana arah bisnis Anda dalam 1 bulan? 1 tahun? 5 tahun?
- Bersikaplah gesit. Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan bisa sangat merugikan bisnis Anda
- Berpikir kreatif. Adakah cara yang lebih baik untuk memasarkan produk/layanan agar selaras dengan perubahan perilaku konsumen?
- Miliki strategi pertumbuhan bisnis
- Bersiaplah untuk berputar arah (pivot). Pertimbangkan bagaimana perubahan perilaku konsumen dapat memengaruhi penawaran Anda. Apakah Anda punya rencana B?
Baca Juga: Pengertian Rencana Strategis dan Bedanya dengan Rencana Bisnis
Kesimpulan
Kesalahan strategi bisnis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada brand besar dunia seperti Coca-Cola, Apple, maupun Tie Rack.
Namun, dari setiap kegagalan selalu ada pelajaran penting yang bisa membantu pelaku usaha untuk tetap relevan, berinovasi, serta mengambil keputusan yang tepat.
Bagi pemilik bisnis kecil dan menengah, kunci utama dalam menghindari kesalahan strategi ada pada pemahaman pelanggan, kemampuan membaca tren, pengelolaan data, serta perencanaan keuangan yang matang.
Untuk membantu bisnis Anda, gunakan tool modern seperti Kledo POS yang terintegrasi dengan software akuntansi.
Dengan aplikasi kasir Kledo POS, Anda bisa mencatat penjualan secara real-time, mengetahui produk terlaris, mengelola stok dengan lebih efisien, hingga mendapat laporan penjualan.
Jika Anda tertarik, Anda bisa mencoba Kledo POS melalui tautan ini.
- 10 Kesalahan Menyusun Strategi Bisnis yang Harus Dihindari - 21 Agustus 2025
- Pembahasan PSAK 106 Tentang Akuntansi Musyarakah - 21 Agustus 2025
- 7 Rekomendasi Software Invoice Terbaik di Indonesia - 21 Agustus 2025