Seorang pebisnis harus tahu mengenai metrik Weighted Average Cost of Capital (WACC), apalagi jika ia menangani hal-hal terkait keuangan dan investasi.
WACC merupakan metrik penting untuk mengevaluasi potensi keuntungan dan seberapa besar biaya yang perusahaan keluarkan untuk menjalankan operasinya.
Perusahaan menggunakan konsep ini untuk menilai apakah suatu investasi atau proyek layak dijalankan perusahaan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu Weighted Average Cost of Capital, bagaimana cara menghitung WACC, serta apa saja keterbatasannya dan tipsnya.
Apa itu WACC dan Apa Kegunaannya?
Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau rata-rata tertimbang biaya modal adalah tingkat pengembalian rata-rata yang diharapkan perusahaan harus bayarkan kepada semua penyandang dananya, baik pemegang saham (equity) maupun pemberi pinjaman (debt).
Gampangnya, WACC menunjukkan berapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh setiap rupiah dana yang digunakan untuk menjalankan bisnisnya.
Mengapa pebisnis harus mengetahui WACC? Ini 3 alasan utamanya:
1. Membantu menilai biaya pengembangan usaha
Memahami angka ini membantu investor dan analis untuk menilai seberapa besar biaya yang perusahaan butuhkan untuk mempertahankan dan mengembangkan kegiatan usahanya.
Semakin rendah nilai WACC, semakin murah biaya yang harus perusahaan keluarkan untuk membiayai operasional dan ekspansinya.
2. Valuasi bisnis dan penganggaran modal
WACC pada dasarnya dipakai untuk dua hal penting: menilai nilai bisnis (valuasi) dan membuat keputusan investasi (penganggaran modal).
Valuasi bisnis
Dalam valuasi bisnis, terutama jika menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF), WACC digunakan sebagai tingkat bunga atau tingkat pengembalian acuan untuk menghitung berapa nilai sebenarnya suatu perusahaan saat ini.
Misalnya, ketika perusahaan ingin membeli perusahaan lain (merger atau akuisisi), mereka menggunakan WACC untuk memperkirakan berapa harga yang pantas dibayar.
Penganggaran modal
Sementara dalam penganggaran modal (capital budgeting), WACC membantu perusahaan memilih proyek mana yang layak dijalankan.
Caranya, proyek yang dipilih harus punya tingkat keuntungan (return) lebih tinggi dari WACC. Jika lebih tinggi, artinya proyek tersebut bisa memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Nah, WACC ini juga bisa dijadikan batas minimal pengembalian investasi yang disebut hurdle rate.
Jadi, kalau proyek tidak bisa menghasilkan keuntungan di atas batas itu, proyek dianggap tidak cukup menguntungkan untuk dijalankan.
3. Sebagai indikator umum kesehatan keuangan
Nilai WACC yang rendah umumnya menunjukkan struktur modal yang efisien dan berisiko rendah, sehingga meningkatkan daya tarik perusahaan di mata investor.
Namun, definisi “WACC yang baik” bergantung pada sejumlah faktor, seperti industri, riwayat perusahaan, serta kondisi ekonomi secara umum.
Baca Juga: Cost of Capital Adalah Berikut Pengertian Lengkapnya
Cara Menghitung Weighted Average Cost of Capital
Rumus WACC:
WACC = [(E/V) x Re] + [(D/V) x Rd x (1 – T)]
Sekilas, rumus ini tampak kompleks, tetapi sebenarnya cukup sederhana jika Anda memahami setiap komponennya satu per satu.
Berikut penjelasannya:
- E = Nilai Pasar Ekuitas (Market Value of Equity): Total valuasi ekuitas perusahaan, biasanya diperoleh dengan mengalikan harga saham saat ini dengan jumlah saham yang beredar.
- E + D = Total Nilai Modal (Total Value of Capital): Jumlah antara nilai pasar ekuitas dan nilai pasar utang, yang menunjukkan total basis modal perusahaan yang digunakan untuk mendanai operasi dan pertumbuhannya.
- Re = Biaya Ekuitas (Cost of Equity): Biaya ekuitas dihitung menggunakan model seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM), yang merepresentasikan tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas investasinya. Faktor yang memengaruhi antara lain risk-free rate, beta ekuitas, dan equity risk premium.
- D = Nilai Pasar Utang (Market Value of Debt): Total nilai utang perusahaan, mencakup seluruh kewajiban utang seperti obligasi, pinjaman, dan bentuk utang lainnya yang diterbitkan perusahaan.
- Rd = Biaya Utang (Cost of Debt): Tingkat bunga efektif yang dibayarkan perusahaan atas utang yang dimilikinya. Dalam perhitungan WACC digunakan biaya utang setelah pajak, karena bunga merupakan pengurang pajak (tax deductible).
- T = Tarif Pajak Perusahaan (Corporate Tax Rate): Tingkat pajak yang dikenakan atas laba perusahaan. Faktor ini penting karena memengaruhi biaya utang setelah pajak.
- Saham Preferen (jika ada): Jika perusahaan menerbitkan saham preferen, komponennya juga perlu dimasukkan dalam perhitungan WACC. Biaya saham preferen dihitung serupa dengan ekuitas dan utang, berdasarkan proporsinya dalam struktur modal serta tingkat dividen yang diharapkan.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa WACC sebenarnya hanya menghitung rata-rata tertimbang dari biaya setiap jenis modal berdasarkan proporsinya dalam keseluruhan struktur pendanaan perusahaan.
Baca Juga: Biaya Modal: Definisi, Fungsi, Rumus, dan Cara Hitungnya
Contoh Penghitungan Weighted Average Cost of Capital

Untuk memudahkan pemahaman, mari kita gunakan contoh perusahaan fiktif PT Maju Bersama dengan data keuangan berikut:
- Nilai pasar ekuitas: Rp700 miliar
- Nilai pasar utang: Rp300 miliar
- Tarif pajak perusahaan: 22%
- Biaya ekuitas (Cost of Equity): 10%
- Biaya utang (Cost of Debt): 6%
Langkah 1: Hitung total nilai modal
Total modal = Nilai ekuitas + Nilai utang
= Rp700 miliar + Rp300 miliar
= Rp1.000 miliar
Langkah 2: Hitung proporsi masing-masing sumber modal
Proporsi ekuitas = Rp700 miliar / Rp1.000 miliar = 0,7 (70%)
Proporsi utang = Rp300 miliar / Rp1.000 miliar = 0,3 (30%)
Langkah 3: Masukkan ke rumus WACC
WACC = (Proporsi ekuitas × Biaya ekuitas) + (Proporsi utang × Biaya utang × (1 – Tarif pajak))
WACC = (0,7 × 10%) + (0,3 × 6% × (1 – 22%))
Dengan begitu, WACC = 8,404%
Artinya, perusahaan perlu menghasilkan setidaknya 8,4% pengembalian dari setiap rupiah yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasionalnya agar dianggap efisien dan menguntungkan bagi pemegang saham.
Baca Juga: Pengertian EVA, Cara Menghitungnya dan Perbedaannya dengan ROI
Berapa Weighted Average Cost of Capital yang Terbilang “Baik”?

Menentukan angka Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang “baik” sangat bergantung pada jenis industri dan berbagai faktor lain.
Secara umum, semakin rendah WACC, semakin baik, karena ini menunjukkan risiko yang lebih rendah dan biaya modal yang lebih efisien.
Patokan industri (industry benchmark) sangat penting untuk menilai apakah suatu WACC tergolong baik atau tidak.
Misalnya, industri seperti utilitas (listrik, air, gas) biasanya memiliki WACC yang rendah karena arus kasnya stabil dan risikonya kecil.
Sebaliknya, perusahaan di sektor teknologi atau bioteknologi cenderung memiliki WACC yang lebih tinggi karena pendapatannya lebih fluktuatif dan risikonya lebih besar.
Beberapa faktor utama yang memengaruhi besar kecilnya WACC antara lain:
- Kondisi ekonomi: Situasi ekonomi, seperti tingkat suku bunga dan volatilitas pasar, dapat memengaruhi biaya utang dan biaya ekuitas. Ketika suku bunga rendah, biaya utang ikut turun sehingga WACC juga cenderung menurun.
- Faktor spesifik perusahaan: Model bisnis, prospek pertumbuhan, dan tingkat utang perusahaan memengaruhi WACC secara langsung. Perusahaan dengan pendapatan yang stabil dan tingkat utang rendah biasanya memiliki WACC yang lebih rendah.
- Risiko industri: Setiap industri memiliki tingkat risiko yang berbeda. Sektor dengan risiko bisnis lebih tinggi akan memiliki WACC yang lebih tinggi karena investor mengharapkan imbal hasil lebih besar untuk menanggung risiko tersebut.
Kesimpulannya, tidak ada angka WACC yang “baik” secara universal. Angka tersebut harus dievaluasi berdasarkan konteks industri, kondisi ekonomi, dan karakteristik perusahaan.
Cara terbaik untuk menilai efisiensi biaya modal adalah dengan membandingkan WACC perusahaan dengan rata-rata industrinya dan tren historis perusahaan itu sendiri.
Baca Juga: Cara Hitung Hamada Equation dalam Analisa Risiko Finansial
4 Keterbatasan Weighted Average Cost of Capital
Walaupun WACC sering digunakan untuk menghitung biaya modal dan menilai proyek investasi, konsep ini tidak selalu sempurna.
Berikut adalah keterbatasan WACC:
1. Sulit diterapkan pada perusahaan privat
Untuk perusahaan privat, menghitung WACC lebih rumit karena tidak ada data pasar saham yang bisa digunakan untuk menghitung cost of equity.
Cara umum untuk mengatasinya adalah dengan melihat perusahaan lain yang mirip dan memakai data mereka sebagai pembanding.
Sementara itu untuk cost of debt, bisa diperkirakan dari perusahaan dengan peringkat kredit serupa.
2. Sulit diukur secara akurat
Beberapa data yang dibutuhkan untuk menghitung WACC tidak mudah diperoleh dan sering bergantung pada perkiraan analis.
Misalnya, untuk menghitung beta (ukuran risiko saham), analis harus mencari perusahaan lain yang mirip untuk dijadikan pembanding.
Jika perusahaan pembanding tidak cocok, hasilnya bisa meleset.
3. Tidak selalu cocok untuk proyek tertentu
Biasanya, WACC dihitung untuk seluruh perusahaan, bukan untuk proyek satu per satu.
Padahal, setiap proyek punya risiko yang berbeda. Misalnya, proyek baru di luar negeri mungkin lebih berisiko dibanding proyek rutin di dalam negeri.
Karena itu, perusahaan sering menambahkan margin tambahan atau penyesuaian risiko agar WACC lebih sesuai untuk proyek tertentu.
4. Bergantung pada data historis
Penilaian (valuasi) bersifat berorientasi ke masa depan, sedangkan banyak komponen WACC berasal dari data masa lalu.
Contohnya, equity risk premium dan beta biasanya dihitung berdasarkan data historis.
Akibatnya, WACC secara tidak langsung mengasumsikan bahwa kondisi masa lalu akan berlanjut di masa depan, padahal hal itu tidak selalu benar.
Baca Juga: Pengertian Struktur Keuangan, Komponen, dan Strategi Kelolanya
6 Tips Memaksimalkan Interpretasi Weighted Average Cost of Capital

Berikut beberapa tips untuk meningkatkan interpretasi WACC agar lebih akurat dan bermakna:
1. Bandingkan dengan rata-rata industri
WACC tidak bisa berdiri sendiri. Nilainya baru berarti jika dibandingkan dengan rata-rata industri atau pesaing.
- Jika WACC perusahaan lebih rendah dari rata-rata industri, artinya biaya pendanaannya efisien dan risikonya relatif kecil.
- Sebaliknya, jika lebih tinggi dari rata-rata industri, perusahaan mungkin dianggap lebih berisiko atau struktur modalnya kurang optimal.
2. Analisis tren dari waktu ke waktu
Jangan hanya melihat WACC di satu periode.
Tapi, perhatikan bagaimana WACC berubah dari tahun ke tahun untuk memahami arah perkembangan perusahaan.
- WACC menurun bisa menandakan perusahaan makin efisien atau punya reputasi finansial yang membaik.
- WACC meningkat bisa menjadi tanda risiko naik, utang bertambah, atau biaya modal ekuitas meningkat.
3. Sesuaikan dengan tingkat risiko proyek
Setiap proyek investasi memiliki tingkat risiko berbeda. Gunakan WACC yang disesuaikan (adjusted WACC) untuk proyek tertentu — terutama jika risikonya tidak sama dengan risiko keseluruhan perusahaan.
Misalnya: proyek ekspansi ke pasar baru biasanya punya WACC lebih tinggi daripada proyek peningkatan kapasitas di pasar lama.
4. Gunakan data terkini dan realistis
Agar interpretasi WACC akurat, pastikan data yang digunakan (seperti suku bunga, beta, atau market risk premium) diperbarui secara berkala.
Jangan hanya mengandalkan data historis karena kondisi pasar dan ekonomi bisa berubah dengan cepat.
5. Perhatikan struktur modal perusahaan
WACC dipengaruhi oleh komposisi utang dan ekuitas. Terlalu banyak utang bisa meningkatkan risiko dan membuat WACC naik.
Namun, terlalu sedikit utang juga tidak efisien karena perusahaan kehilangan manfaat pajak dari bunga (tax shield).
Interpretasi yang baik harus mempertimbangkan apakah struktur modal sudah seimbang antara risiko dan efisiensi biaya modal.
6. Gunakan WACC sebagai panduan, bukan angka mutlak
Sebaiknya, anggap WACC sebagai alat bantu pengambilan keputusan, bukan angka yang absolut.
Untuk menilai kelayakan proyek atau investasi secara menyeluruh, gunakan WACC bersama metrik lain seperti:
Baca Juga: Terminal Value: Pengertian, Cara Hitung, dan Manfaatnya
Kesimpulan
Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah alat penting bagi perusahaan untuk menilai efisiensi biaya modal, kelayakan investasi, dan nilai bisnis secara keseluruhan.
Dengan memahami WACC, manajemen dapat mengambil keputusan yang lebih bijak tentang pendanaan, ekspansi, dan strategi pertumbuhan.
Namun, menghitung dan menganalisis WACC memerlukan data keuangan yang akurat, seperti nilai ekuitas, utang, bunga pinjaman, serta laporan laba rugi yang terkelola dengan baik.
Software akuntansi seperti Kledo dapat membantu Anda memantau posisi keuangan dan arus kas secara real-time, serta menyediakan laporan keuangan yang rapi dan terstandar untuk analisis biaya modal.
Selain itu, fitur-fitur lainnya seperti invoicing, purchasing, manajemen persediaan, dan penghitungan aset tetap akan sangat membantu bisnis Anda.
Yuk, coba Kledo sekarang juga lewat tautan ini!
- Ikuti 8 Cara Ini Untuk Menyederhanakan Proses Akuntansi - 24 Oktober 2025
- 8 Strategi Efektif Untuk Manajemen Pendapatan Restoran - 23 Oktober 2025
- 10 Rekomendasi Software Gratis untuk Kelola Stok Barang - 23 Oktober 2025
