Bisnis yang berkembang biasanya akan membutuhkan lebih banyak dana, entah itu untuk meng-upgrade teknologi, menambah stok, atau membuka lokasi baru.
Debt financing adalah salah satu opsi untuk untuk memperoleh uang tambahan tanpa menyerahkan kepemilikan bisnis Anda.
Metode ini memang fleksibel, tapi ada risiko yang harus Anda pertimbangkan juga.
Memahami kelebihan dan kekurangan debt financing akan membantu Anda membuat keputusan pendanaan yang lebih tepat untuk bisnis Anda.
Apa itu Debt Financing?
Debt financing adalah metode pendanaan dengan cara meminjam uang dari pemberi pinjaman untuk mendapatkan modal, yang kemudian akan Anda kembalikan (beserta bunga) dalam jangka waktu tertentu.
Ini merupakan cara untuk mendapatkan dana bagi bisnis tanpa harus mengurangi kepemilikan atau menyerahkan kendali perusahaan.
Dalam debt financing, Anda membuat perjanjian resmi dengan pemberi pinjaman, baik itu bank, credit union, lender online, atau investor obligasi.
Debt financing adalah keputusan strategis untuk memanfaatkan dana milik pihak lain guna mengembangkan bisnis, sekaligus mempertahankan ekuitas bagi diri Anda dan para pemegang saham yang sudah ada.
Pinjaman, obligasi, line of credit, dan invoice factoring merupakan contoh dari debt financing.
Gambaran debt financing
Untuk memahami debt financing dengan lebih baik, berikut penjelasan lebih lengkapnya:
Sandra memiliki bisnis toko butik. Bisnisnya stabil sejak lima tahun lalu, tetapi dalam beberapa bulan terakhir pertumbuhannya meningkat pesat.
Belakangan, ia ingin membuka cabang baru untuk memenuhi permintaan yang meningkat sekaligus memperluas jangkauan pelanggan.
Sarah memiliki arus kas yang kuat serta dana tabungan untuk berinvestasi pada lokasi barunya, tetapi ia memperkirakan membutuhkan setidaknya Rp60.000.000 untuk menutup biaya dasar agar cabang tersebut dapat beroperasi.
Ia memutuskan pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman bisnis dengan jaminan tunai.
Hasilnya, ia mendapatkan pinjaman sekaligus (lump-sum) sebesar Rp50.000.000 dengan tenor lima tahun dan suku bunga tetap 6,2%.
Baca Juga: Strategi Pembiayaan UMKM untuk Bisnis Lebih Baik
Kelebihan dan Kekurangan Debt Financing
Sebelum mengajukan pinjaman, ada baiknya Anda memahami kelebihan dan kekurangan dari debt financing.
Kelebihan debt financing adalah menjaga kepemilikan, biayanya bisa diprediksi, dan ada pengurangan pajak, sementara kekurangan debt financing adalah adanya tekanan pada arus kas, persyaratan jaminan, dan potensi gagal bayar.
Penjelasan selanjutnya bisa Anda simak di bawah ini:
Kelebihan dari Debt Financing
Debt financing menawarkan sejumlah manfaat yang membuatnya menarik bagi bisnis yang membutuhkan modal untuk berkembang tanpa harus melepas kendali kepemilikan:
1. Kepemilikan tetap terjaga
Dengan menggunakan debt financing, Anda tetap memegang 100% kepemilikan dan kontrol atas perusahaan.
Pemberi pinjaman tidak memiliki hak dalam pengambilan keputusan bisnis, rekrutmen, atau operasional harian. Mereka hanya mengharapkan pembayaran yang tepat waktu.
Jika suatu saat Anda membutuhkan pendanaan dari investor atau ingin menjual bisnis, Anda tidak mengalami dilusi kepemilikan akibat pendanaan sebelumnya.
2. Biaya yang dapat diprediksi
Debt financing memberikan pinjaman dengan bunga yang tetap, sehingga jumlah yang harus Anda bayar sudah pasti. Dengan begitu, perencanaan arus kas menjadi lebih mudah.
Kepastian ini membantu Anda membuat keputusan keuangan lainnya dengan lebih percaya diri.
Mungkin ada pinjaman dengan bunga variabel yang tidak seprediktif bunga tetap, namun biasanya ada batas maksimum (cap), sehingga Anda dapat membatasi risiko.
Bahkan ketika suku bunga berfluktuasi, Anda tetap mengetahui jumlah pembayaran maksimal yang dapat terjadi, sehingga perencanaan tetap lebih terarah.
3. Ada pengurangan pajak
Salah satu kelebihan lain dari debt financing adalah adanya pengurangan pajak dalam pembayaran bunga.
Karena bunga yang dibayarkan atas pinjaman bisnis umumnya dapat dikurangkan dari pajak, hal ini dapat secara signifikan menurunkan penghasilan kena pajak Anda dan membantu menghemat biaya dalam jangka panjang.
Misalnya, sebuah proyek memberikan imbal hasil 12% per tahun. Jika Anda mendanainya dengan pinjaman berbunga 8% dan tarif pajak Anda 25%, biaya utang setelah pajak hanya 6%.
Selisih keuntungan Anda meningkat dari 4% menjadi 6%.
Baca Juga: Pengertian Arus Kas Pendanaan, Cara Hitung, dan Contohnya
Kekurangan dan Risiko Debt Financing

Meskipun debt financing menjaga kepemilikan Anda, metode ini juga membawa kewajiban dan risiko yang dapat mengancam bisnis jika tidak dikelola dengan hati-hati:
1. Tekanan pada arus kas
Pembayaran utang harus dilakukan terlepas dari pendapatan atau laba.
Meski bulan itu penjualan sedang sepi, Anda masih harus tetap membayar cicilan pinjaman.
Ketidakfleksibelan ini dapat memaksa Anda membuat keputusan sulit saat kondisi bisnis menurun.
Anda mungkin harus menunda perekrutan, mengurangi anggaran marketing, atau menunda perawatan peralatan untuk memenuhi kewajiban pembayaran.
Keputusan jangka pendek ini berpotensi menghambat pertumbuhan jangka panjang.
2. Persyaratan jaminan (collateral)
Jika Anda gagal membayar, maka pinjaman dengan jaminan menempatkan aset bisnis Anda dalam risiko.
Misalnya, jika Anda menggunakan peralatan sebagai jaminan untuk pinjaman ekspansi dan kemudian gagal membayar, pemberi pinjaman berhak menyita aset tersebut, yang dapat melumpuhkan operasional.
Jaminan pribadi (personal guarantee) juga menempatkan aset pribadi seperti rumah, mobil, atau tabungan dalam risiko.
Bahkan pinjaman tanpa jaminan sering kali menggunakan lien atas seluruh aset bisnis, yang tetap memberi kreditur hak klaim jika terjadi gagal bayar.
3. Potensi gagal bayar
Keterlambatan pembayaran membawa konsekuensi serius. Selain denda, skor kredit bisnis Anda menurun, sehingga pendanaan di masa depan menjadi lebih sulit atau lebih mahal.
Covenant pinjaman juga dapat menjadi sumber risiko tambahan. Melanggar rasio keuangan atau ketentuan operasional tertentu dapat memicu “technical default,” yang membuat seluruh sisa pinjaman langsung jatuh tempo.
Gagal bayar dapat memaksa bisnis memasuki proses kebangkrutan atau likuidasi.
Bahkan jika tidak sampai ke tahap itu, reputasi bisnis di mata pemasok, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya dapat rusak dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.
Baca Juga: Pendanaan Jangka Panjang dan Pendek: Pengertian, Perbedaan, dan Contohnya
Jenis-Jenis Debt Financing

Bisnis dapat mengakses berbagai jenis debt financing, dan masing-masing cocok untuk kebutuhan yang berbeda.
Memahami pilihan ini membantu Anda memilih sumber pendanaan yang paling tepat untuk situasi bisnis Anda.
1. Term loan (pinjaman berjangka)
Pinjaman berjangka adalah pinjaman dengan jumlah dana tertentu yang diberikan di awal, kemudian Anda membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu dengan bunga tetap atau mengambang.
Pinjaman ini biasanya tersedia dari bank, koperasi, atau lembaga pembiayaan online.
Tenor pinjaman bisa 1–10 tahun untuk modal kerja, dan bisa lebih panjang (hingga 25 tahun) untuk pembelian properti.
Anda biasanya perlu menunjukkan riwayat kredit yang baik, arus kas stabil, dan terkadang jaminan agar mendapatkan bunga terbaik.
Pinjaman ini cocok untuk kebutuhan dengan tujuan jelas, seperti membeli mesin atau properti.
2. Lines of credit (kredit bergulir)
Kredit bergulir memberi Anda akses fleksibel ke dana sampai batas tertentu. Anda hanya membayar bunga atas dana yang dipakai.
Jika sudah dilunasi, Anda bisa menggunakannya lagi tanpa harus mengajukan ulang.
Ada dua tipe utama:
- Revolving line of credit: bisa digunakan berulang kali setelah dilunasi.
- Non-revolving: hanya dapat digunakan sekali.
Suku bunganya biasanya lebih tinggi dan bersifat variabel, tetapi karena fleksibel, jenis pembiayaan ini cocok untuk menutup kekurangan arus kas atau kebutuhan mendadak.
3. Bonds dan notes (obligasi dan surat utang)
Obligasi adalah surat utang yang dijual kepada investor, biasanya untuk kebutuhan pendanaan dalam jumlah besar.
Jangka waktu pelunasan bisa 10, 20, hingga 30 tahun.
Perusahaan akan membayar bunga secara berkala kepada investor, dan pokok utang dibayar saat jatuh tempo.
Perusahaan dengan rating kredit bagus akan mendapat bunga lebih rendah, sedangkan perusahaan berisiko tinggi harus menawarkan bunga lebih besar (sering disebut high-yield atau junk bond).
Menerbitkan obligasi publik membutuhkan persyaratan dan laporan regulasi yang ketat, meskipun penawaran terbatas (private placement) bisa lebih fleksibel.
4. Asset-based lending (pembiayaan berbasis aset)
Jenis pinjaman ini menggunakan aset perusahaan (misalnya persediaan, piutang usaha, peralatan, atau properti) sebagai jaminan.
Peminjam biasanya memberikan 70–85% dari nilai piutang atau sekitar 50% dari nilai persediaan.
Pembiayaan ini cocok untuk perusahaan yang memiliki banyak aset fisik tetapi arus kasnya tidak selalu stabil.
Bunga biasanya lebih rendah daripada pinjaman tanpa jaminan karena peminjam bisa mengambil aset jika terjadi gagal bayar.
Namun, perusahaan harus rutin memberikan laporan dan menjalani audit untuk memastikan nilai aset, sehingga ada beban administrasi tambahan.
5. Invoice financing
Dengan pembiayaan piutang, Anda bisa mendapatkan dana segera tanpa menunggu pelanggan membayar tagihan yang jatuh tempo 30, 60, atau 90 hari.
Perusahaan pembiayaan akan membeli tagihan Anda dengan harga diskon, misalnya 80–90% dari nilai tagihan, dan mereka yang akan menagih ke pelanggan.
Jenis pembiayaan ini membantu bisnis yang siklus pembayarannya panjang agar tetap memiliki arus kas yang sehat.
Biayanya bergantung pada kelayakan kredit pelanggan Anda, sehingga tetap bisa diakses meski kredit bisnis Anda kurang baik.
Namun, biaya factoring bisa cukup tinggi (1–5% dari nilai invoice), dan pelanggan dapat mengetahui bahwa Anda menggunakan layanan ini, yang kadang memengaruhi hubungan bisnis.
Baca Juga: Pendanaan Jangka Panjang dan Pendek: Pengertian, Perbedaan, dan Contohnya
Apa Saja Alternatif Debt Financing?

Kebutuhan setiap bisnis berbeda, sehingga jenis pendanaan yang diperlukan juga tidak sama.
Belum tentu debt financing adalah opsi yang paling tepat untuk Anda. Karena itu, di sini kami akan menjelaskan tiga alternatifnya:
1. Merchant Cash Advance (MCA)
Merchant cash advance adalah pendanaan di mana bisnis menerima modal kerja di muka, lalu membayarnya kembali menggunakan persentase dari penjualan di masa depan.
Jumlah yang harus dibayar kembali sudah mencakup dana yang diterima dan biaya tetap, sehingga tidak dipengaruhi perubahan suku bunga.
Dalam MCA, Anda menerima dana di awal, lalu mengembalikannya dengan memberikan sebagian dari pendapatan penjualan harian, ditambah biaya tetap.
Pendanaan ini sering digunakan oleh bisnis yang membutuhkan dana cepat. Namun, biaya tetapnya bisa lebih tinggi daripada bunga pinjaman biasa, sehingga sebagian bisnis merasa opsi ini kurang menguntungkan.
2. Equity Financing
Pada equity financing, bisnis memperoleh modal dengan menjual sebagian kepemilikan (equity) kepada investor.
Sebagai gantinya, investor menerima saham, baik saham biasa maupun saham preferen.
Berbeda dengan debt financing, bisnis tidak perlu membayar kembali dana tersebut dengan bunga.
Sebagai gantinya, investor menjadi pemilik sebagian perusahaan dan berhak atas keuntungan maupun kerugian bisnis.
Meski dapat membantu pertumbuhan, opsi ini sering dihindari oleh bisnis yang ingin tetap mempertahankan kontrol penuh atas perusahaan.
3. Government Grants (Hibah Pemerintah)
Government grant adalah pendanaan yang diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau lembaga pemberi dana lainnya untuk tujuan tertentu.
Misalnya, untuk mendukung bisnis dari kelompok yang kurang terwakili atau mendanai kegiatan penelitian.
Karena hibah tidak perlu dikembalikan, persaingannya sangat ketat. Bisnis harus memenuhi persyaratan tertentu, serta memiliki rencana bisnis dan alasan yang kuat untuk mendapatkan hibah tersebut.
Baca Juga: Ingin Mengajukan Pinjaman Usaha Bunga Kecil? Yuk Coba Ini!
Contoh dan Penggunaan Debt Financing
Setiap bisnis memiliki kebutuhan pendanaan yang berbeda. Tapi, ada beberapa situasi di mana debt financing menjadi pilihan yang paling efektif:
1. Saat ingin membeli peralatan

Membiayai pembelian mesin, perangkat teknologi, atau peralatan lain dengan menjadikannya sebagai jaminan adalah salah satu penggunaan debt financing yang paling umum.
Misalnya, Anda memiliki bengkel mesin dan ingin membeli mesin CNC senilai 200.000.000 yang dapat digunakan selama 10 tahun.
Dengan mengambil pinjaman jangka panjang yang disesuaikan dengan umur manfaat mesin tersebut, biaya cicilan menjadi lebih seimbang dengan manfaat yang diterima.
Karena peralatan dijadikan agunan, suku bunga biasanya lebih rendah dibanding pinjaman tanpa jaminan.
Jika terjadi gagal bayar, peminjam dapat menarik dan menjual peralatan tersebut untuk menutup kerugiannya.
Selain itu, pendapatan yang mesin hasilkan biasanya cukup stabil, sehingga akan lebih mudah mengelola cicilan pinjaman.
Misalnya, mesin menghasilkan 1.000 unit per bulan dengan keuntungan 50.000 per unit. Profit tersebut dapat menutupi cicilan 3.000.000 per bulan dan tetap memberi arus kas positif.
2. Saat ingin ekspansi ke pasar baru
Menggunakan utang untuk memperluas bisnis tanpa mengurangi kepemilikan sering menjadi pilihan terbaik ketika model bisnis Anda sudah terbukti kuat.
Contohnya, sebuah restoran yang sukses mungkin mengambil pinjaman untuk membuka tiga cabang baru karena mereka sudah mengetahui perkiraan pendapatan berdasarkan performa outlet utamanya.
Cicilan utang bisa ditutup oleh pendapatan cabang baru, sementara pemilik tetap mempertahankan kepemilikan penuh.
Pendekatan ini paling efektif jika bisnis Anda sudah memiliki arus kas yang stabil sehingga dapat menanggung cicilan selama masa awal ekspansi yang biasanya belum menghasilkan keuntungan maksimal.
3. Menutup kekosongan arus kas musiman
Bisnis dengan pendapatan musiman sering menggunakan pembiayaan jangka pendek untuk menjaga operasional tetap berjalan di masa sepi.
Misalnya, perusahaan landscaping bisa memakai line of credit untuk membayar gaji karyawan dan biaya operasional selama musim dingin, lalu melunasinya saat pendapatan meningkat di musim semi dan musim panas.
Perusahaan B2B dengan siklus pembayaran yang panjang juga bisa memanfaatkan invoice financing.
Jika pelanggan membayar dalam 60–90 hari, tetapi pemasok meminta pembayaran dalam 30 hari, pendanaan berbasis invoice dapat memberikan cash flow cepat tanpa harus mengambil pinjaman tradisional.
Jenis pendanaan jangka pendek ini biasanya memiliki biaya lebih tinggi, tetapi juga sangat fleksibel.
Yang terpenting adalah menyesuaikan tenor pembiayaan dengan siklus arus kas agar bisnis dapat membayar kembali utangnya tepat waktu ketika pendapatan kembali masuk.
Baca Juga: Ekuitas Pemegang Saham: Arti, Komponen, Contoh, dan Laporannya
Kesimpulan
Jadi, itulah penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan debt financing.
Debt financing dapat menjadi strategi pendanaan yang efektif untuk mendorong pertumbuhan bisnis, terutama jika Anda ingin melakukan pembelian aset atau ekspansi usaha.
Namun, setiap keputusan pendanaan harus dilakukan dengan perhitungan yang matang. Pahami risiko, kewajiban pembayaran, serta dampaknya terhadap cash flow, agar utang tidak menjadi tekanan finansial baru.
Dukung finansial bisnis Anda dengan software akuntansi Kledo. Dengan fitur pencatatan utang otomatis, laporan arus kas real time, manajemen aset, hingga monitoring stok, Anda bisa melihat kondisi dan kemampuan finansial Anda sekarang sebelum mengajukan pinjaman.
Yuk, jadikan pengelolaan keuangan Anda menjadi lebih baik dengan Kledo. Coba sekarang lewat tautan ini!
- 14 Cara Agar Bisnis Menonjol dari Pesaing - 26 November 2025
- Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Debt Financing - 26 November 2025
- Tips Mencari Karyawan Toko Retail & Membuat Tim yang Sukses - 21 November 2025
