Berdasarkan statistik, layanan pesan antar makanan di Indonesia diperkirakan akan memperoleh keuntungan sebesar $20.59 milyar pada tahun 2024. Pertumbuhan layanan pesan antar makanan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jumlah kelas menengah yang terus bertumbuh serta meningkatnya penetrasi konektivitas internet dan ponsel pintar di Indonesia.
Melihat peluang yang besar dari industri ini, banyak pemilik bisnis restoran sudah merevolusi sistem mereka, seperti menyediakan layanan pesan antar dan bekerja sama dengan aplikasi pengantaran pihak ketiga seperti Shopee Food, Grab Food, atau GoFood.
Para pebisnis yang ingin memanfaatkan peluang ini namun memiliki keterbatasan lahan untuk membuka restoran pun tak habis akal. Mereka mendirikan cloud kitchen untuk ikut bersaing dalam pasar. Tapi sebenarnya, apa itu cloud kitchen dan bagaimana cara menjalankannya?
Artikel ini akan membahas tentang cloud kitchen, seperti cara kerja, kelebihan dan kekurangan, serta langkah-langkah memulainya.
Apa itu Cloud Kitchen?
Cloud kitchen, juga biasa disebut ghost kitchen atau virtual kitchen (dapur virtual) adalah jenis fasilitas dapur yang didesain untuk brand makanan virtual. Brand makanan ini hanya beroperasi dalam model bisnis yang hanya menerima pesan antar.
Tidak seperti restoran tradisional, cloud kitchen tidak memiliki area untuk makan di tempat. Alih-alih mereka beroperasi sepenuhnya lewat platform daring, aplikasi, atau pemesanan ponsel.
Ada beberapa kelebihan yang cloud kitchen tawarkan, salah satunya adalah memungkinkan pebisnis untuk mendirikan restoran dengan modal yang relatif rendah. Dengan begitu, Anda bisa menghemat lebih banyak uang dan mengurangi limbah sisa makanan serta menjalankan beberapa brand makanan sekaligus menggunakan satu cloud kitchen saja.
Pertumbuhan cloud kitchen yang pesat ini bukan tanpa penjelasan. Sejak pandemi Covid-19 yang mengharuskan masyarakat untuk mendekam di rumah saja, layanan pesan antar menjadi semakin populer. Setelah pandemi berakhir pun, masyarakat masih banyak yang mengandalkan layanan pesan antar karena dinilai lebih praktis.
Karena perubahan dalam perilaku konsumen ini, banyak pengusaha dan pebisnis makanan yang beralih ke cloud kitchen sebagai investasi yang menjanjikan.
Baca Juga: 7 Ide Konsep Restoran dan Tips Memilihnya
Apa Kelebihan Cloud Kitchen?
Ada alasan mengapa cloud kitchen menjadi suatu opsi yang menarik bagi para pengusaha yang sedang mencari cara untuk memperluas bisnis atau ingin mendirikan brand sendiri. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
Biaya sewa, operasional, dan tenaga kerja yang murah
Cloud kitchen memangkas biaya pengeluaran dengan menghilangkan kebutuhan akan tempat makan fisik. Hal ini berarti Anda hanya perlu mengeluarkan biaya sewa, perabotan, dan pemeliharaan yang rendah.
Artinya, Anda bisa mengalihkan sebagian biaya-biaya di atas untuk keperluan pemasaran dan pembaruan resep, yang bisa meningkatkan peluang kesuksesan di tengah industri FnB yang serba kompetitif.
Selain itu, karena cloud kitchen hanya berfokus pada persiapan makanan dan pengantaran, Anda tidak memerlukan pelayan dan tidak perlu mengurus pekerjaan administrasi seperti pelatihan staff. Cloud kitchen pun dapat memanfaatkan tenaga kerja sesuai permintaan pembeli, kapan pun dibutuhkan.
Baca juga: 10 Tips Memilih Lokasi Strategis Restoran
Mengurangi limbah sisa makanan
Satu cloud kitchen sering menampung beberapa brand makanan virtual sekaligus. Model restoran bersama ini memungkinkan penggunaan peralatan dan bahan dapur secara efisien, mengurangi limbah sisa makanan, dan meningkatkan efisiensi.
Penghematan uang dengan menggunakan model ini kemudian dapat Anda alihkan ke harga menu yang lebih murah, yang memberikan brand tersebut keunggulan kompetitif daripada restoran tradisional.
Mengambil keputusan dengan lebih baik
Cloud kitchen didesain untuk beroperasi secara digital. Karena sangat bergantung pada platform pesan antar, dapur virtual pun otomatis memiliki data penjualan lengkap yang bisa Anda gunakan untuk keperluan analisis. Misalnya, data pemesanan untuk analisis penjualan dan performa menu makanan.
Dengan begitu, restoran jadi bisa mengoptimalkan pemesanan, proses transaksi, dan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen. Akses terhadap data yang akurat dan jelas juga berarti cloud kitchen dapat mengubah menu atau jam operasional mereka sesuai kebutuhan bisnis.
Jangkauan pasar yang lebih luas
Cloud kitchen dapat beroperasi dan melayani lokasi premium dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan restoran tradisional yang masih memerlukan etalase dan ruang makan.
Brand makanan pun dapat meningkatkan jangkauan mereka secara signifikan hanya dengan memasak resep mereka di dekat tempat tinggal sebagian besar basis pelanggan. Jangkauan yang lebih luas ini dapat meningkatkan penjualan dan eksposur merek yang lebih baik.
Baca juga: Tips Mencari Supplier Bahan Makanan Terbaik untuk Restoran
Risiko dan halangan bisnis yang lebih rendah bagi para pebisnis
Memulai dapur virtual umumnya memerlukan investasi awal yang lebih sedikit daripada mendirikan restoran tradisional. Beban finansial yang lebih sedikit ini membuat dapur virtual jadi lebih mudah diakses oleh pebisnis dan koki yang ingin bergabung dalam industri FnB.
Dengan biaya overhead yang lebih rendah, konsep yang mudah beradaptasi, serta data-data yang lebih lengkap, dapur virtual berisiko jauh lebih rendah daripada restoran tradisional. Fleksibilitas inilah yang memungkinkan Anda untuk bereksperimen dengan lebih mudah.
Mampu berkembang dengan cepat
Konsep dapur virtual dapat berkembang secara cepat dengan meluncurkan restoran virtual tambahan di lokasi berbeda atau dengan bekerja sama dengan fasilitas dapur yang sudah ada. Kemampuannya ini membuat dapur virtual bisa bertumbuh dengan cepat dibanding membuka beberapa restoran fisik sekaligus.
Baca Juga: 15 Ide Usaha Makanan Kekinian yang Laris Manis
Apa Saja Tantangan dalam Cloud Kitchen?
Meski menawarkan berbagai keuntungan di atas, dapur virtual juga menghadapi berbagai tantangan yang harus Anda atasi agar sukses bersaing di industri ini.
Kompetisi online yang keras
Persaingan dapur virtual semakin ramai, dengan semakin banyaknya brand restoran virtual yang bersaing memperebutkan perhatian konsumen. Dan karena dapur virtual tidak terlihat secara fisik oleh publik, Anda berpotensi kehilangan pelanggan potensial yang lebih memilih restoran fisik di sekitar mereka.
Kompetisi yang keras dapat membuat restoran kesulitan untuk menjadi menonjol dan menarik basis konsumen yang konsisten. Hal ini juga menjadi alasan mengapa banyak dapur virtual yang menjalankan model bisnis berbasis diskon.
Untuk brand yang baru memulai dengan visibilitas rendah, Anda perlu menerapkan berbagai strategi pemasaran untuk membedakan diri mereka dari kompetitor. Karena itu, Anda perlu membangun loyalitas melalui media sosial dan periklanan daring.
Tidak ada interaksi konsumen atau umpan balik secara langsung
Dapur virtual memisahkan diri mereka dari bisnis hospitality lain. Di model dapur virtual, tidak terjadi interaksi manusia, yang artinya, dapur virtual tidak punya kesempatan untuk membangun loyalitas lewat pelayanan.
Karena itu, masih ada banyak masyarakat yang memilih untuk menyantap makanan di restoran tradisional favorit mereka. Sebab, di sana mereka adalah pelanggan reguler yang mendapat pelayanan yang ramah dan bisa menikmati suasana restoran.
Selain itu, pelanggan juga tidak bisa memberikan umpan balik secara langsung. Sebaliknya, dapur virtual harus pasrah pada sistem umpan balik lewat rating (bintang 1 sampai 5). Padahal, pelanggan sering kali enggan menyampaikan kritik membangun lewat aplikasi karena cenderung tidak sabar.
Baca Juga: 14 Tips Efektif Untuk Meningkatkan Keuntungan Restoran
Ketergantungan pada potongan komisi dari platform pesan antar
Banyak restoran virtual menggantungkan penjualan mereka pada platform pesan antar. Padahal, platform pesan antar bisa meminta komisi hingga mencapai 20% per item yang terjual. Karena itu, cloud kitchen harus mempertimbangkan biaya ini dalam perhitungan margin.
Dapur virtual juga hanya punya sedikit kontrol terhadap proses pengantaran makanan. Artinya, jika terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan seperti waktu pengantaran yang lama hingga menyebabkan makanan menjadi dingin, restoran mungkin harus ikut bertanggung jawab.
Satu-satunya cara untuk mengatasi ini adalah membangun sistem pesan antar sendiri. Akan tetapi, hal ini akan memerlukan investasi dalam pemasaran yang cukup besar, karena Anda perlu berkompetisi dengan platform layanan antar yang sudah jauh lebih terkenal.
Memerlukan kontrol kualitas yang solid
Menyajikan makanan lewat dapur virtual artinya Anda hanya bisa berfokus pada kelezatan masakan dan memproduksinya dengan konsistensi yang tinggi. Karena itu, Anda perlu menjaga efisiensi operasional, kontrol kualitas, persiapan, dan konsistensi untuk menghantarkan makanan dengan standar yang sama lagi.
Artinya, Anda harus mencoba berbagai metode pengemasan berbeda. Anda mungkin perlu berinvestasi pada pengemasan yang lebih premium yang akan menjaga makanan dengan lebih baik.
Meski tentunya akan lebih boros, tapi pengemasan yang lebih baik akan akan menjaga makanan tetap dalam suhu ruang dan mencegah makanan jadi lembek. Ingat, satu kesalahan pengemasan saja dapat membuat konsumen kecewa dan beralih pada kompetitor.
Baca Juga: 10 Ide Jualan Makanan Ringan Khas Indonesia yang Layak Dicoba
Langkah-Langkah Memulai Cloud Kitchen
Memulai bisnis dapur virtual memerlukan beberapa langkah kunci dan pertimbangan. Berikut ini adalah langkah-langkah mendirikan brand dapur virtual yang sukses:
1. Membuat konsep bisnis dan branding
Untuk membangun konsep restoran virtual dari nol, Anda perlu melakukan analisis pasar, mengidentifikasi celah pasar, dan memutuskan masakan dan konsep seperti apa yang bisa Anda luncurkan untuk mengisi celah itu.
Anda juga perlu membuat brand identity yang unik dan menarik, termasuk nama, logo, dan elemen visual yang akan beresonansi dengan target audiens.
2. Memilih lokasi
Pertimbangkan radius pesan antar, aksesibilitas ke driver pengantar pesanan, dan kedekatan dengan target konsumen. Pertimbangkan juga biaya menyewa dapur di berbagai lokasi berbeda.
3. Mengembangkan menu
Selain menciptakan menu yang sekiranya akan laris, Anda juga perlu memikirkan apakah menu tersebut dapat driver antarkan dengan mudah, dan tentunya, pengemasan yang perlu Anda berikan untuk memastikan masakan tersebut sampai di tangan pelanggan dalam kondisi sempurna.
Rancang menu Anda sedemikian rupa sehingga persentase keuntungan dari biaya makanan Anda akan mampu mendatangkan keuntungan bagi keseluruhan bisnis.
Baca Juga: 20 Ide Jualan Makanan Murah Untung Banyak, Pasti Laris!
4. Pilih penyedia dapur virtual
Untuk menjalankan cloud kitchen, Anda perlu memilih penyedia dapur virtual untuk menyediakan dapur yang bisa Anda sewa. Dalam memilih penyedia dapur, pertimbangkan beberapa faktor berikut ini:
- Lokasi: Dapur virtual biasanya terletak di lokasi strategis untuk menjangkau basis pelanggan yang luas. Pilihlah penyedia dapur virtual yang lokasinya paling dekat dengan basis pelanggan Anda.
- Fasilitas: Apakah biaya sewa nanti sudah termasuk jasa bersih-bersih, karyawan, atau peralatan di dalam kontrak.
- Rekam Jejak: Apakah mereka punya rekam jejak untuk mengikuti regulasi kesehatan dan kebersihan.
5. Berlangganan POS software
Model bisnis ini seluruhnya bergantung pada data, jadi penting bagi Anda untuk menggunakan aplikasi POS yang akan membantu dalam mengelola inventaris dengan efisien, memantau jumlah persediaan stok barang, serta memantau operasional Anda dengan mudah.
Tanpa software POS, akan sulit untuk memonitor transaksi, apalagi melihat performa menu Anda. Karena itu, pilihlah software POS dengan fitur yang lengkap untuk bisnis restoran.
6. Memilih mitra delivery
Anda bisa menyediakan layanan pesan antar sendiri atau bergabung dengan aplikasi agregat yang menyediakan pengantaran makanan seperti GoFood, Grab, dan ShopeeFood, atau keduanya.
Dengan bergabung dengan agregat pengantaran makanan, Anda tidak lagi perlu memikirkan proses logistik dan Anda bisa mengakses basis konsumen mereka yang besar. Meski agregat akan memotong sebagian keuntungan Anda, tapi keuntungan yang mereka tawarkan untuk Anda yang baru memulai bisnis cukup menggiurkan.
7. Mempromosikan bisnis
Jadikan bisnis Anda lebih eksis di dunia digital lebih awal melalui platform media sosial. Jalankan paid ad di aplikasi pengantaran makanan agar brand Anda bisa muncul di daftar teratas. Pertimbangkan untuk menarik pelanggan dengan menawarkan diskon dan promo.
Jika Anda memutuskan untuk tidak bergabung dengan aplikasi pengantaran makanan dan memilih untuk menjalankan pengantaran sendiri, Anda bisa menyebarkan pamflet terkait situs web atau kontak restoran Anda.
Pamflet adalah cara yang bagus untuk mempromosikan menu baru yang bisa pelanggan Anda temukan di aplikasi pemesanan favorit mereka.
Baca Juga: 10 Strategi Promosi Restoran yang Efektif untuk Anda Terapkan
Kesimpulan
Cloud kitchen bukan hanya sekadar tren saja, tapi juga sebuah revolusi dalam industri kuliner. Dapur virtual menawarkan biaya operasional yang jauh lebih hemat dan kebebasan untuk bereksperimen dengan menu.
Namun, bukan berarti cloud kitchen tidak memiliki kekurangan. Sebaliknya, kompetisi online yang intens dan ketergantungan pada platform pesan antar adalah tantangan terbesar dalam mengelola cloud kitchen.
Meski begitu, dapur virtual menjadi gerbang menuju industri FnB yang mudah dimasuki oleh para pebisnis karena segala kemudahan yang ditawarkannya.
Jika Anda tertarik untuk memulai bisnis FnB atau mengekspansi restoran namun memiliki keterbatasan modal, cloud kitchen bisa menjadi pilihan yang tepat.
Untuk menunjang bisnis cloud kitchen Anda, sebaiknya gunakan software POS seperti Kledo POS, aplikasi kasir dengan segudang fitur untuk restoran, seperti pencatatan transaksi, pemantauan produk, laporan penjualan, hingga pencatatan profil pelanggan.
Nah, tertarik untuk mendirikan cloud kitchen dengan Kledo POS? Yuk, gunakan tautan ini.
- Bisnis Dessert Box: Tips Memulai dan Modal yang Dibutuhkan - 1 Oktober 2024
- Cash Register: Pengertian dan Perbedaannya dengan POS - 27 September 2024
- Pentingnya Riset Pasar dalam Mengembangkan Bisnis Kuliner - 26 September 2024