Fleksibilitas harga adalah strategi yang memungkinkan bisnis untuk mengubah harga mereka sebagai respon dari perubahan permintaan pasar atau negosiasi dengan pembeli.
Jenis penetapan harga ini bisa membantu bisnis memaksimalkan keuntungan, menghindari kerugian, dan bahkan bersaing dengan kompetitor secara lebih efektif, lho.
Ada banyak sekali cara penerapan strategi fleksibilitas harga atau harga fleksibel dalam bisnis.
Pada artikel ini, kami akan membahas pentingnya fleksibilitas harga, kelebihan dan kekurangannya bagi penjual maupun pembeli, dan cara penerapannya.
Mengapa Fleksibilitas Harga itu Penting?
Kebijakan harga yang fleksibel dapat membantu bisnis menjaga daya saing.
Ketika bisnis dapat menyesuaikan harga dengan strategis, mereka akan berada pada posisi yang lebih baik untuk:
- Merespons tindakan pesaing dengan cepat
- Menangkap nilai maksimum dari berbagai segmen pelanggan
- Mengoptimalkan pendapatan selama periode ramai dan sepi
- Menyesuaikan harga dengan nilai yang dirasakan pelanggan
Ada dua faktor utama yang mendorong kebutuhan akan fleksibilitas harga, yaitu perilaku konsumen dan kekuatan pasar/tren.
- Perilaku Konsumen: Pelanggan zaman sekarang melakukan riset mendalam sebelum membeli dan berharap barang yang mereka beli memberikan nilai yang sesuai.
- Kekuatan Pasar dan Tren: Misalnya, munculnya layanan berbasis langganan membuat banyak bisnis beralih ke struktur harga bertingkat. Misalnya, Kledo sendiri menawarkan harga bertingkat untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang berbeda-beda.
Baca Juga: Dynamic Pricing: Pengertian, Jenis, Contoh, Kelebihan, & Kekurangannya
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Fleksibilitas Harga
Strategi fleksibilitas harga ini semakin populer di kalangan bisnis, sebab ada banyak manfaat dari penerapan fleksibilitas harga.
Fleksibilitas harga memungkinkan bisnis untuk menyesuaikan harga dengan kesediaan pasar untuk membayar, daripada terpaku pada satu harga tetap saja.
Hal ini dapat membantu memaksimalkan penjualan dan keuntungan, sekaligus memastikan pelanggan mendapatkan nilai yang sepadan dengan uang yang mereka keluarkan.
Fleksibilitas harga juga membantu bisnis merespons perubahan pasar dengan cepat, seperti lonjakan atau penurunan permintaan secara tiba-tiba.
Dengan demikian, bisnis lebih mudah menjaga profitabilitas dan memastikan pelanggan tetap dapat mengakses produk atau layanan yang mereka butuhkan.
Mari kita lihat kelebihan dan kekurangan strategi penetapan harga ini bagi penjual dan pelanggan.
Keuntungan bagi penjual
Ada beberapa keuntungan dalam menerapkan strategi harga fleksibel bagi bisnis:
- Respon cepat terhadap kondisi pasar: Bisnis dapat menyesuaikan harga dengan cepat sesuai dengan permintaan atau kondisi pasar yang berubah.
- Meningkatkan permintaan: Harga yang kompetitif dapat membantu menstimulasi minat beli pelanggan.
- Mengelola stok dan pendapatan lebih efisien: Fleksibilitas harga membantu bisnis mengatur tingkat persediaan dengan lebih baik serta mengoptimalkan pendapatan.
- Membangun loyalitas pelanggan: Dengan memberi opsi kepada pelanggan untuk membeli produk pada harga yang lebih rendah jika mereka bersedia menunggu waktu tertentu, bisnis dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Keuntungan bagi pembeli
Manfaat utama fleksibilitas harga bagi pelanggan, terutama yang sensitif terhadap harga, adalah mereka dapat memaksimalkan nilai pembelian karena biaya menjadi lebih rendah atau mereka hanya membayar sesuai penggunaan.
Selain itu, model harga fleksibel sering kali disertai dengan keuntungan tambahan, seperti potongan harga atau bonus pembelian, yang semakin meningkatkan nilai yang diterima pelanggan.
Kekurangan bagi penjual
Model harga fleksibel juga memiliki beberapa kelemahan bagi penjual, di antaranya:
- Sulit memprediksi harga akhir: Hal ini membuat perencanaan anggaran dan proyeksi pendapatan menjadi lebih rumit.
- Risiko perang harga: Persaingan harga yang ketat antar penjual dapat menekan margin laba.
- Keraguan dari pembeli: Pembeli mungkin merasa ragu terhadap penjual yang sering mengubah harga, karena terlihat tidak konsisten.
- Masalah arus kas: Perubahan harga yang terlalu sering dapat menyulitkan pengelolaan arus kas bisnis.
Kekurangan bagi pelanggan
Bagi pelanggan, fleksibilitas harga juga dapat menimbulkan beberapa masalah:
- Sulit mengatur anggaran: Perubahan harga yang sering membuat pelanggan sulit memperkirakan biaya pembelian.
- Rasa dirugikan: Pelanggan mungkin merasa kecewa jika membeli produk saat harga tinggi, lalu melihat harga turun tidak lama kemudian.
- Harga yang terlalu fluktuatif dapat menurunkan minat beli: Ketidakstabilan harga bisa membuat pelanggan menunda atau bahkan batal membeli sampai harga turun.
Meskipun fleksibilitas harga memberi keuntungan bagi bisnis, seperti kemampuan merespons permintaan pasar atau memanfaatkan lonjakan minat sesaat, pada akhirnya pelangganlah yang menentukan apakah manfaatnya sepadan dengan risikonya.
Baca Juga: Jenis Strategi Penetapan Harga dan Mana yang Terbaik untuk Bisnis?
Jenis-Jenis Fleksibilitas Harga

1. Harga Hibrida (Hybrid Pricing)
Jenis yang pertama ini menggabungkan elemen dari beberapa model harga lainnya untuk memberikan solusi yang fleksibel sesuai kebutuhan pelanggan.
Misalnya, perusahaan dapat mengenakan harga dasar (fixed pricing) ditambah harga tambahan berdasarkan penggunaan (variable pricing).
Dengan cara ini, pelanggan hanya membayar sesuai kebutuhan mereka, sementara bisnis tetap memberikan struktur harga yang jelas dan transparan.
2. Harga Berdasarkan Penggunaan (Usage-Based Pricing)
Model ini membebankan biaya kepada pelanggan berdasarkan penggunaan aktual produk atau layanan.
Model ini umum digunakan di industri dengan permintaan yang berfluktuasi.
Contohnya, AWS menagih pelanggan berdasarkan jumlah data yang diproses atau disimpan, sehingga mereka hanya membayar sesuai penggunaan.
Fleksibilitas harga seperti ini membantu bisnis mengelola biaya dengan lebih efisien.
3. Harga Bertingkat (Tiered Pricing)
Dalam model ini, bisnis menawarkan beberapa paket dengan tingkat harga berbeda, masing-masing disesuaikan untuk segmen pelanggan tertentu.
Misalnya, sebuah perusahaan software dapat menyediakan paket dasar untuk startup, paket menengah untuk bisnis yang sedang berkembang, dan paket enterprise untuk perusahaan besar.
Dengan demikian, pelanggan dapat memilih paket yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran mereka.
4. Berdasarkan Volume (Volume-Based Pricing)
Model ini memberikan potongan harga ketika pelanggan membeli dalam jumlah besar.
Model ini sering digunakan oleh perusahaan SaaS yang menjual layanan digital atau solusi penyimpanan.
Sebagai contoh, platform email marketing dapat menurunkan biaya per email ketika volume pengiriman meningkat, sehingga memberikan harga yang lebih kompetitif bagi bisnis dengan kebutuhan pengiriman besar.
5. Harga per Pengguna (Per-User Pricing)
Model ini membebankan biaya berdasarkan jumlah pengguna (user) atau akun yang mengakses layanan.
Model ini sederhana dan umum digunakan oleh alat kolaborasi dan software CRM.
Perusahaan seperti Slack dan Salesforce menerapkan model ini, sehingga memudahkan tim untuk menambah pengguna seiring pertumbuhan bisnis tanpa perlu mengubah struktur harga secara keseluruhan.
Baca Juga: Mengenal Price Mix Sebagai Strategi Penjualan Bisnis
Contoh Penerapan Fleksibilitas Harga dalam Bisnis
1. Dropbox

Dropbox menerapkan strategi harga bertingkat yang menyesuaikan kebutuhan berbagai jenis pengguna.
Mereka menawarkan paket untuk penggunaan pribadi, tim kecil, dan bisnis besar, dengan fitur yang meningkat sesuai tingkat paket yang dipilih.
Sebagai contoh, paket “Plus” cocok bagi pengguna perseorangan yang membutuhkan kapasitas penyimpanan lebih besar daripada versi gratis, tetapi tidak memerlukan fitur kolaborasi lanjutan.
Sementara itu, paket “Business Advanced” menyediakan kapasitas penyimpanan besar, alat manajemen pengguna, serta fitur keamanan lengkap, sehingga ideal bagi tim dan perusahaan besar.
Dengan pendekatan ini, Dropbox dapat memenuhi kebutuhan berbagai segmen pelanggan tanpa memaksa mereka membayar fitur yang tidak diperlukan.
2. Spotify
Spotify menggabungkan model freemium dengan paket premium bertingkat. Pengguna dapat menikmati versi gratis dengan fitur terbatas, seperti iklan antar lagu dan batasan dalam melewati trek.
Namun, jika ingin pengalaman tanpa iklan, mendengarkan secara offline, atau menikmati kualitas audio lebih tinggi, mereka dapat beralih ke paket premium.
Paket premium Spotify terdiri dari beberapa opsi, seperti untuk individu, keluarga, dan pelajar, masing-masing dengan harga dan fitur berbeda.
Model ini tidak hanya mendorong pengguna untuk mencoba layanan secara gratis, tetapi juga memudahkan mereka untuk meningkatkan ke paket berbayar sesuai kebutuhan.
Pendekatan fleksibel ini membantu Spotify menjangkau berbagai segmen, mulai dari pendengar kasual hingga keluarga yang ingin berbagi akun dalam satu langganan.
3. HubSpot

Strategi harga HubSpot merupakan contoh lain dari fleksibilitas harga yang efektif.
Mereka menawarkan harga bundel untuk berbagai “hub” perangkat lunak—Marketing, Sales, Service, dan Operations—yang dapat dibeli secara terpisah atau sebagai satu paket lengkap.
Setiap hub memiliki paket bertingkat dengan fitur dan harga yang meningkat, sehingga perusahaan dapat memulai dari skala kecil dan menambahkan alat tambahan sesuai kebutuhan.
Misalnya, bisnis kecil dapat memulai dengan paket “Starter” pada hub Marketing, yang mencakup alat dasar seperti kampanye email dan pengelolaan prospek.
Saat bisnis berkembang, mereka dapat meningkatkan ke paket “Professional” atau “Enterprise,” yang menyediakan fitur lanjutan seperti otomatisasi pemasaran dan analitik.
Baca Juga: Strategi Harga Coret: Manfaat, Risiko, dan Alternatifnya
Cara Menerapkan Strategi Harga yang Fleksibel
Ada strategi yang bisa Anda terapkan jika ingin menetapkan harga fleksibel.
Strategi ini bisa membantu agar harga Anda bisa diterima dengan baik dan lebih sukses dalam menarik pelanggan dan mendatangkan keuntungan.
Berikut adalah 5 caranya:
1. Komunikasikan harga secara jelas
Pastikan struktur harga mudah dipahami oleh pelanggan. Jika harga Anda transparan dan mereka paham bagaimana perhitungan biaya Anda, maka mereka cenderung menghargai Anda.
Hal ini sangat penting terutama jika Anda menggunakan harga variabel. Intinya, pastikan pelanggan dapat dengan mudah melihat tingkat penggunaan mereka dan biaya yang sesuai.
2. Pahami kebutuhan pelanggan dan permintaan pasar
Sebelum menentukan strategi harga fleksibel, lakukan riset pasar yang mendalam. Identifikasi segmen pelanggan dan preferensi harga mereka.
Misalnya, jika target pasar Anda adalah startup, pertimbangkan untuk menawarkan paket dasar dengan biaya terjangkau yang memungkinkan mereka berkembang.
Sebaliknya, jika Anda menargetkan perusahaan besar, pastikan tersedia opsi yang memungkinkan skalabilitas dan fitur-fitur yang lebih canggih.
3. Pilih model harga yang tepat
Setelah memahami pasar Anda, pilih model harga yang paling sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Misalnya, jika permintaan pelanggan berfluktuasi secara musiman, model harga berbasis penggunaan (usage-based pricing) dapat memberikan nilai terbaik bagi mereka.
Uji beberapa model dan pantau model mana yang memberikan tingkat konversi dan retensi pelanggan paling tinggi.
4. Otomatisasi proses penagihan dan pembayaran
Menerapkan harga fleksibel bisa menjadi kompleks, tetapi Anda bisa menggunakan alat otomatisasi yang dapat menyederhanakan proses tersebut.
Gunakan software yang mampu menangani pelacakan data secara real-time, perhitungan tagihan otomatis, dan pembuatan invoice otomatis.
Nah, jika Anda menginginkan software yang memiliki fitur-fitur ini, software akuntansi Kledo bisa menjadi pilihan yang tepat.
Dengan Kledo, Anda bahkan bisa menerapkan aturan harga terhadap produk atau layanan Anda, sehingga membantu Anda dalam menerapkan harga yang fleksibel.
Untuk lengkapnya, Anda bisa cek video di bawah ini:
5. Sesuaikan harga secara berkala berdasarkan kinerja
Fleksibilitas berarti kemampuan untuk menyesuaikan model harga berdasarkan hasil yang diperoleh.
Tinjau data penjualan dan umpan balik pelanggan secara rutin untuk memperbaiki strategi harga Anda.
Contohnya, jika banyak pelanggan mencapai batas penggunaan pada paket rendah, pertimbangkan untuk menambahkan paket menengah guna menangkap peluang pendapatan tambahan tanpa membuat pelanggan harus langsung naik ke paket tertinggi.
Baca Juga: Psychological Pricing: Definisi, Jenis, Contoh, Kelebihan & Kekurangannya
Kesimpulan
Fleksibilitas harga adalah strategi untuk meningkatkan penjualan sekaligus sebagai langkah aman bisnis untuk beradaptasi dengan dinamika pasar dan kebutuhan pelanggan yang terus berubah.
Namun, keberhasilan strategi ini bergantung pada pemahaman mendalam terhadap perilaku pelanggan, penggunaan data secara efektif, serta komunikasi harga yang transparan.
Selain itu, penerapan strategi ini akan lebih efektif jika bisnis Anda memiliki pengelolaan keuangan yang baik, transparan, dan akurat.
Gunakan software akuntansi Kledo untuk membantu pengelolaan keuangan bisnis Anda menjadi lebih baik. Yuk, coba sekarang lewat tautan ini.
- Mengenal Pentingnya Fleksibilitas Harga dan Cara Penerapannya - 15 Oktober 2025
- Berapa Modal Awal Bisnis Retail? Ini Perkiraan dan Rinciannya - 14 Oktober 2025
- 10 Aplikasi Apotek Terbaik untuk Kelola Penjualan dan Stok Obat - 13 Oktober 2025