Bisa dibilang, social commerce merupakan revolusi dalam bisnis. Bagaimana tidak? Tahun 2021 kemarin, penjualan di social commerce di seluruh dunia mencapai $492 miliar, dan diperkirakan akan naik tiga kali lipat pada tahun 2025 menjadi $1.2 triliun.
Dengan jumlah pengguna media sosial yang teramat masif, mencapai 4.89 miliar, social commerce adalah media jitu untuk meningkatkan penjualan Anda.
Tapi, memastikan bahwa merek Anda menonjol di tengah kompetisi yang semakin meningkat bukanlah hal mudah.
Untuk melakukannya, Anda perlu pemahaman terhadap selera berbelanja target audiens dan bagaimana Anda bisa menggunakan social commerce untuk memberikan pengalaman pelanggan yang berkualitas.
Pada artikel ini, Anda akan mempelajari apa itu social commerce, perbedaannya dengan ecommerce, serta regulasinya di Indonesia.
Apa itu Social Commerce?
Social commerce adalah pembelian dan penjualan barang atau jasa yang terjadi langsung di platform media sosial.
Awalnya, orang-orang menggunakan media sosial hanya untuk mencari tahu referensi barang. Namun dengan platform ini, pengguna bisa menyelesaikan pembelian dalam satu platform saja.
Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Pinterest, dan TikTok sekarang mendedikasikan alat social commerce untuk para pebisnis retail. Dengan alat-alat ini, Anda bisa membuat toko digital langsung dalam platform.
Dengan begitu, orang-orang bisa mengunjungi toko ini untuk melihat dan membeli produk tanpa harus mengunjungi situs web lain.
Baca Juga: 26 Istilah Jual Beli Online yang Wajib Anda Ketahui
Perbedaan Social Commerce dan Ecommerce
Meski sama-sama eksis di dunia online, tapi dua commerce di atas merupakan metode penjualan yang berbeda. Apa saja bedanya?
Social commerce | Ecommerce | |
Platform | Dibangun di platform media sosial | Dibangun di platform ecommerce seperti Shopee atau Tokopedia |
Interaksi | Interaksi bisa terjadi melalui pesan pribadi, komentar, dan diskusi | Interaksi terbatas pada kolom ulasan dan pesan pribadi |
Algoritma | Menampilkan konten dan produk yang relevan dan menarik pengguna | Menampilkan produk yang paling relevan dengan permintaan pengguna |
Pengalaman berbelanja | Menggabungkan elemen sosial dengan belanja online. Pengalaman belanja lebih personal dan interaktif karena konten yang menarik. | Mengutamakan pengalaman berbelanja yang efisien dan mudah. Pengguna dapat mencari produk, membandingkan harga, membaca ulasan, dan menyelesaikan pembelian dalam beberapa klik. |
Baca Juga: 10 Strategi Online Branding Untuk Pemasaran Produk yang Efektif
Kelebihan Social Commerce untuk Berbisnis
1. Menjangkau audiens yang lebih besar
Jumlah pengguna media sosial semakin bertambah setiap harinya, dan di platform inilah pengguna menemukan merek dan produk baru.
Dengan terintegrasinya social commerce dengan aplikasi media sosial, mencari produk lewat unggahan teman atau orang lain menjadi hal yang normal.
Jika Anda bisa memanfaatkan platform ini, produk Anda bisa menjangkau audiens yang lebih besar, meningkatkan kemungkinan mendapatkan konsumen.
2. Mengonversi konsumen di mana saja dan menghapus hambatan
Social commerce memudahkan konversi pelanggan di mana pun mereka berada karena mereka dapat langsung melakukan pembelian di platform. Dengan begitu, pengunjung tidak perlu beralih ke aplikasi atau situs web lain.
Dengan demikian, hal ini menghilangkan hambatan dan hambatan untuk membeli dengan memperpendek customer journey.
3. Meningkatkan ulasan dan rekomendasi dari social proof
Jika bisnis Anda baru dalam hal penjualan daring, maka media sosial adalah tempat yang tepat untuk mulai membangun social proof.
Saat berbelanja daring, pembeli Anda tidak selalu dapat menguji atau mencoba produk Anda. Karena itu, mereka dapat mempertimbangkan keputusan pembelian mereka dengan membaca ulasan.
Social proof juga dapat menarik pengikut baru ke media sosial Anda. Mereka dapat membeli barang dan meninggalkan ulasan di lokasi terpusat. Begitu engagement Anda meningkat, akun Anda akan mengirim sinyal positif ke algoritma media sosial.
Algoritma ini akan menilai konten Anda relevan bagi lebih banyak pengguna media sosial yang lain.
Baca Juga: 10 Tips Melakukan Social Media Marketing untuk Bisnis
4. Mengumpulkan data yang berguna tentang kebiasaan sosial pelanggan
Fitur social commerce memberi Anda akses langsung ke profil sosial pelanggan Anda. Ini memberi Anda data pelanggan yang dapat Anda gunakan untuk menyusun strategi pemasaran Anda.
Dari informasi ini, Anda bisa melakukan pengujian A/B, mengoptimalkan CTA, dan lainnya. Jadi, Anda dapat membuat dampak yang lebih besar dengan audiens target Anda.
5. Mendorong lebih banyak pendapatan daripada e-commerce
Menurut EMarketer, penjualan social commerce ritel di AS diperkirakan akan melampaui $100 miliar pada tahun 2025.
Jadi, ikut serta dalam tren ini adalah langkah yang bagus. Sebab, social commerce membuka jalan baru bagi bisnis Anda untuk mendorong penjualan dan memberi Anda peluang untuk mengembangkan pendapatan.
Baca Juga: 10 Jenis Pemasaran Ecommerce, Strategi, dan Tips Membuatnya
Contoh Platform Social Commerce
1. TikTok
TikTok merupakan pemain baru dalam dunia perdagangan, tapi pertumbuhannya yang begitu cepat tak jarang membuat orang mengira aplikasi ini sudah hadir sejak lama.
Statista memprediksi bahwa pengguna TikTok akan mencapai 48.8 juta pengguna di Amerika Serikat. Jumlah ini mengalahkan Instagram yang hanya akan naik ke 48.2 juta, meski platform ini unggul selama enam tahun.
Dengan akun bisnis TikTok, Anda bisa menggunakan TikTok Shopping, yang memungkinkan Anda membuat halaman belanja yang menunjukkan semua produk agar pengunjung bisa langsung mencari dari aplikasi.
Anda bahkan bisa mengaplikasikan tagar belanja untuk produk dalam video yang Anda buat, yang memandu pengunjung ke halaman belanja untuk menyelesaikan pembelian.
2. Facebook
Facebook adalah platform perdagangan sosial pilihan mayoritas (89%) pemasar yang menggunakannya untuk mendorong penjualan retail.
Konsumen juga merasakan popularitas Facebook. Menurut laporan Statista, sepertiga pengguna social commerce lebih suka membeli melalui Facebook.
Selain itu, menurut survei Insider Intelligence, sekitar 62% pembeli di Amerika Serikat mengatakan pembelian sosial terbaru mereka terjadi di Facebook, dengan fitur-fitur seperti Marketplace dan Shops yang memfasilitasi transaksi ini.
Bagi merek yang ingin mencoba perdagangan sosial, akan bagus untuk memulai dari halaman Facebook. Akun Facebook Business apa pun dapat membuat toko berupa etalase daring yang bisa Anda kustomisasi sepenuhnya. Anda dapat mengunggah katalog produk atau membuatnya dari awal.
Pengunjung Anda nantinya dapat melihat informasi produk yang tersedia, termasuk ukuran, variasi warna, dan spesifikasi. Mereka juga dapat mengajukan pertanyaan langsung melalui Facebook Messenger.
Setelah siap membeli barang, pembeli dapat menggunakan Facebook Checkout tanpa meninggalkan platform, atau Anda dapat mengarahkan mereka ke toko daring.
Baca Juga: Cara Berjualan Di Facebook yang Tepat Supaya Laris Manis
3. Instagram
Instagram adalah platform perdagangan sekaligus media sosial yang sangat populer. Platform ini menawarkan pengalaman berbelanja online yang menyenangkan serta tempat ideal bagi Anda yang ingin membangun brand awareness dan menjangkau audiens yang lebih besar.
Instagram Shops memungkinkan pengguna untuk membeli produk yang toko tampilkan dalam gambar dan video di seluruh aplikasi. Mirip dengan Facebook, akun Instagram Business dapat memamerkan produk melalui etalase virtual.
Setiap item dalam katalog Instagram Shop mendapatkan halaman produknya sendiri, termasuk harga, deskripsi terperinci, dan foto atau video yang menampilkannya.
Ada beberapa cara untuk menjual produk menggunakan Instagram Shops. Berikut adalah beberapa fitur utama platform ini:
- Tag Belanja: Fitur ini memungkinkan merek menandai produk di kiriman umpan dan story.
- Tab Belanja: Di sini, pengguna Instagram dapat menelusuri, menyimpan, dan membeli produk yang merek tampilkan atau ditandai oleh influencer.
- Iklan: Bisnis juga dapat membuat Iklan Instagram dengan penempatan tab Belanja. Iklan akan muncul dengan label Bersponsor dan memungkinkan pengguna membuka etalase atau deskripsi produk lengkap.
- Berbelanja melalui DM: Pelanggan dapat membeli melalui DM Instagram. Mereka dapat mengajukan pertanyaan, melakukan pembelian, dan melacak pesanan.
4. Pinterest
Pinterest adalah gabungan mesin pencari dan platform media sosial untuk gambar. Lebih dari 465 juta orang menggunakan platform ini setiap bulan untuk menemukan inspirasi dan mencari produk-produk baru.
Di Pinterest, Anda bisa membuat akun bisnis dan menyinkronkan produk ke platform ini. Lalu, Anda bisa menunjukkan koleksi produk, membuat dan mengorganisir board, dan menyematkan pin untuk menghubungkan pengunjung ke toko online Anda.
Karena Pinterest merupakan mesin pencari, penting untuk memperhatikan dasar-dasar optimasi mesin pencari dan menambahkan detail pada gambar Anda sehingga pengguna dapat menemukan produk Anda.
Selain menggunakan foto yang menarik perhatian, jangan lupa untuk menambahkan deskripsi produk yang terperinci, judul gambar, dan teks alt yang menyertakan kata kunci yang relevan dengan produk Anda.
5. YouTube
Platform video ini merupakan pilihan utama untuk masyarakat untuk mencari hiburan, informasi, dan tentu saja berjualan.
Banyak bisnis membuat konten video yang menarik bagi audiens target mereka seperti saran, cara, demonstrasi produk, atau kisah pengguna yang dapat menjadi cara efektif untuk memasarkan produk.
Seperti platform sosial lainnya, membagikan konten Anda, bekerja sama dengan influencer, dan melibatkan audiens Anda dapat meningkatkan jumlah penayangan YouTube Anda.
Baca Juga: Visual Marketing: Definisi, Manfaat, Jenis, & Tips Menggunakannya
Bagaimana Regulasi Social Commerce di Indonesia?
Melalui revisi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50 Tahun 2020, pemerintah melarang seluruh social commerce untuk berjualan. Menurut pemerintah, platform ini hanya dieprbolehkan untuk mempromosikan barang layaknya iklan pada televisi dan media sosial.
Peraturan ini muncul ketika pengguna social commerce semakin masif, terutama di TikTok shop. Di TikTok shop, pengguna bisa menelusuri, berbelanja, dan melakukan transaksi secara langsung melalui “Keranjang Kuning”.
Fitur di TikTok shop ini berbeda dari Facebook, WhatsApp Business, dan Instagram yang masih membutuhkan platform ketiga untuk melakukan transaksi pembayaran. Contohnya, untuk membeli barang di Instagram shop, Anda masih perlu membayar di situs resmi toko.
Penyebabnya adalah karena fitur pembayaran Facebook Pay yang berlum beroperasi di Indonesia. Namun jika fitur ini sudah mendapat izin, maka kedua toko ini akan menjadi social commerce utuh seperti TikTok shop juga.
Baca Juga: Cara Berjualan di Instagram dan Membangun Engagement Bisnis Anda
Kesimpulan
Social commerce sudah merevolusi cara bisnis dan konsumen berinteraksi. Meskipun diblokir di Indonesia, akan tetapi Anda masih tetap bisa memanfaatkan media sosial untuk memfasilitasi penjualan Anda.
Jangan lupa juga untuk mencatat transaksi penjualan Anda, mengelola inventaris, dan menggalakkan promosi seperti diskon, karena hal-hal inilah yang bisa mendorong kesuksesan bisnis Anda.
Gunakan aplikasi kasir seperti Kledo POS untuk mempermudah pengelolaan bisnis Anda dalam melakukan hal-hal di atas. Kledo POS juga terintegrasi dengan berbagai macam sistem pembayaran dan memiliki antarmuka intuitif dan sederhana.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, coba Kledo POS melalui tautan ini!
- Social Commerce: Pengertian dan Regulasinya - 19 Desember 2024
- Apa itu Stock Out? Pengertian dan Cara Mencegahnya - 17 Desember 2024
- 100+ Ide Kata-Kata Jualan Online untuk Menarik Pembeli - 17 Desember 2024