Agency theory atau teori keagenan muncul sebagai respons terhadap kebutuhan akan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan perusahaan.
Dalam konteks ini, manajemen diharapkan untuk bertindak demi kepentingan pemilik, namun sering kali terdapat ketidakpastian informasi yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambil.
Hal ini menciptakan tantangan bagi pemilik untuk memastikan bahwa manajer bertindak sesuai dengan harapan mereka, yang menjadi inti dari masalah keagenan.
Dalam praktik akuntansi, penerapan agency theory sangat relevan. Kontrak kerja antara pemilik dan manajemen berfungsi sebagai alat untuk mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Dengan adanya kontrak yang adil, diharapkan dapat tercipta keseimbangan antara kepentingan pemilik dan manajemen, sehingga mengurangi potensi konflik yang mungkin muncul.
Hal ini juga membantu dalam menciptakan tata kelola perusahaan yang lebih baik dan lebih transparan.
Pemahaman yang mendalam tentang agency theory tidak hanya bermanfaat bagi akademisi dan praktisi akuntansi, tetapi juga bagi semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan.
Pada artikel kali ini kami akan membahas apa itu agency theory dalam akuntansi dan aplikasinya dalam pengelolaan operasi perusahaan yang lebih baik.
Mengetahui Konsep Agency Theory

Konsep agency theory mendasarkan pada hubungan antara principal sebagai pemilik atau pemegang saham, sedangkan manajemen sebagai agen.
Principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama principal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan.
Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal kepadanya.
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.
Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness (mencapai keadilan) yaitu mampu menyeimbangkan antara principal dan agen yang secara sistematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif imbalan khusus yang memuaskan dari principal ke agen.
Inti dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Baca juga: Mengenal Teori Hierarchy Of Effects dalam Proses Marketing
Agency Theory dalam Praktik Akuntansi
Teori keagenan memberikan peranan penting bagi akuntansi terutama dalam menyediakan informasi setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pasca keputusan.
Peranan ini sering diasosiasikan dengan peran pengurusan (stewardship) akuntansi, dimana seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian di masa lalu.
Inilah yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya, dimana nilai umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam menguatkan atau mengoreksi informasi sebelumnya.
Informasi mengenai hasil dari suatu keputusan seringkali merupakan masukan kunci dalam pengambilan keputusan berikutnya. Akuntansi idealnya menyediakan jasa yang sama bagi investor, dengan memungkinkan mereka untuk menyesuaikan strategi investasi mereka sepanjang waktu.
Dari model ini dan perluasannya dapat diambil beberapa pengertian. Perluasan ini sebagian besar berhubungan dengan cara kedua belah pihak tersebut berbagi risiko dan informasi.
Misalnya, para pemilik yang menghindari risiko diasumsikan menanggung risiko bisnis, sementara para manajer bertindak sebagai agen-agen yang netral terhadap risiko yang dimaksud.
Dengan menggunakan teori keagenan yang sama, jika manajemen bersikap tidak membedakan terhadap risiko sedangkan pemilik menghindari risiko, maka manajemenlah dan bukan pemilik yang akan menanggung risiko tersebut.
Ini merupakan keadaan saling mempengaruhi penghindaran risiko relatif antara manajer dan pemilik perusahaan yang menciptakan sebagian dari masalah-masalah yang paling menarik dalam teori keagenan untuk para akuntan.
Informasi yang dimaksud merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga memberi akuntan peran penting dalam pembagian risiko antara manajer dan pemilik perusahaan.
Asimetri informasi merupakan pembahasan terakhir dalam bidang teori keagenan yang memfokuskan pada masalah-masalah yang ditimbulkan oleh informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh masing- masing pihak yang bersangkutan.
Misalnya, pihak pemilik perusahaan mungkin tidak mengetahui preferensi manajer perusahaan sehingga tidak sulit bagi keduanya untuk melakukan kepentingan perhitungan yang telah disebutkan sebelumnya.
Satu contoh kasus yang menyangkut informasi yang tidak lengkap dalam teori keagenan, dapat terjadi apabila pihak pemilik perusahaan tidak dapat mengamati semua aksi pihak manajer perusahaan.
Situasi ini tentunya dapat menciptakan apa yang dikenal dengan istilah moral hazard. Salah satu solusi yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan cara pihak pemilik perusahaan menugaskan seorang auditor untuk melakukan pemeriksaan mengenai apa yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan tersebut.
Sedangkan solusi yang lainnya dapat dilakukan dengan cara memberikan pihak manajemen perusahaan suatu insentif, seperti misalnya, saham yang ada di perusahaan, untuk menyelesaikan preferensi manajemen perusahaan dengan preferensi pihak pemilik perusahaan.
Baca juga: Pengertian Teori Akuntansi, Jenis, Prinsip, dan Konsepnya
Aplikasi Agency Theory pada Pengelolaan Keuangan Perusahaan

Agency theory diaplikasikan dalam akuntansi untuk memahami dan memprediksi tindakan manajer dalam perusahaan, terutama terkait dengan pilihan metode akuntansi dan manajemen laba, serta untuk mengidentifikasi dan meminimalkan konflik kepentingan antara pemegang saham (prinsipal) dan manajemen (agen).
Konsep pemisahan antara kepemilikan (ownership) para pemegang saham dan pengelolaan (management) para agen atau manajer dalam perusahaan merupakan contoh mudah dalam memamhami agency theory dalam akuntansi.
Manajemen perusahaan publik yang besar biasanya bukan pemilik. Bahkan sebagaian besar manajemen puncak (top mangement) hanya memiliki saham nominal dalam perusahaan yang mereka kelola.
Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), menyatakan bahwa teori keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham.
Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham.
Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara prinsipal dan agen.
Baca juga: Mengetahui Customer Journey Map dengan Model Marketing Hourglass
Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.
Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu :
- Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi.
- Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit.
Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal.
Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati.
Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya atau sering disebut disfunctional behaviour, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
Baca juga: Gordon Growth Model: Pengertian, Rumus, dan Contohnya
Cara Menghadapi Masalah Keagenan

Ada dua posisi kunci untuk menghadapi konflik-konflik agency pemegang saham dan manager.
Pada keadaan ekstrim, manajer perusahaan bertindak sepenuhnya berdasarkan perubahan harga saham. Dalam hal ini, biaya agen akan rendah karena manajer memiliki insentif besar untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, hal tersebut tentu akan sangat sulit.
Oleh karena itu, dalam keadaan tersebut menyewa manajer berbakat di bawah ikatan kontrak perusahaan akan dipengaruhi oleh peristiwa ekonomi yang tidak berada di bawah kendali manajerial.
Pada keadaan ekstrim lainnya, pemegang saham dapat memonitor setiap tindakan manajerial, tapi ini akan sangat mahal dan tidak efisien.
Solusi optimal terletak di antara ekstrim, di mana kompensasi eksekutif terkait dengan kinerja, tetapi beberapa pemantauan juga dilakukan.
Sebagian besar perusahaan publik kini memberlakukan kinerja saham, dimana saham yang diberikan kepada eksekutif berdasarkan kinerja seperti yang didefinisikan oleh tindakan keuangan seperti laba per saham, imbal hasil aset, imbal hasil ekuitas, dan perubahan harga saham.
Jika kinerja perusahaan berada di atas target kinerja, manajer perusahaan mendapatkan lebih banyak saham. Jika kinerja di bawah target, mereka menerima lebih sedikit dari 100 persen saham.
Rencana kompensasi insentif berbasis kinerja seperti saham, dirancang untuk memenuhi dua tujuan.
Pertama, mereka menawarkan insentif eksekutif untuk mengambil tindakan yang akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Kedua, rencana ini membantu perusahaan menarik dan mempertahankan manajer yang memiliki kepercayaan diri untuk risiko masa depan keuangan mereka pada kemampuan mereka sendiri yang harus mengarah pada kinerja yang lebih baik.
Baca juga: Pengertian Altman Z-Score Analysis, Rumus, Contoh, dan Interpretasinya
Pada Intinya…
Agency theory dalam akuntansi menekankan bahwa teori ini merupakan kerangka kerja yang penting untuk memahami hubungan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agen).
Teori ini menunjukkan bahwa sering kali terdapat konflik kepentingan antara kedua belah pihak, yang dapat mempengaruhi keputusan dan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penerapan prinsip-prinsip agency theory sangat diperlukan untuk mengelola hubungan ini dengan baik.
Penerapan agency theory dalam akuntansi mencakup penggunaan kontrak kerja yang jelas dan adil, yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan principal dan agen, serta mengurangi potensi konflik yang mungkin muncul.
Selain itu, transparansi informasi keuangan dan akuntabilitas manajemen juga menjadi aspek penting dalam penerapan teori ini, di mana manajemen diharapkan untuk memberikan laporan yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik.
Jika Anda membutuhkan alat untuk menghadirkan transparansi keuangan bisnis yang lebih baik, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi seperti Kledo.
Kledo adalah software akuntansi onlina buatan Indonesia yang sudah digunakan oleh lebih dari 70 ribu pengguna dalam memudahkan dan menghadirkan transparansi keuangan bisnis di Indonesia.
Dengan fitur pembukuan terlengkap dan kepastian keamanan, Anda akan mendapatkan kemudahan dan transparansi keuangan dalam satu platform.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.
- Mengetahui Apa Itu Agency Theory dalam Akuntansi - 19 Maret 2025
- Aset Bergerak: Pengertian, Contoh, dan Cara Pencatatannya - 18 Maret 2025
- Mengetahui Faktor Internal dalam Analisis SWOT - 17 Maret 2025