Debt To EBITDA Ratio: Pengertian dan Cara Hitungnya

debt to ebitda ratio banner

Dalam dunia keuangan dan investasi, metrik adalah alat penting yang membantu investor dan analis menilai kesehatan dan stabilitas keuangan perusahaan. Salah satu metrik penting tersebut adalah debt to EBITDA ratio , yang memainkan peran penting dalam mengevaluasi leverage dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya.

Dalam artikel ini, kita akan mempelajari apa itu debt to EBITDA ratio, mengapa rasio ini penting, cara hitung, dan bagaimana menginterpretasikan signifikansinya.

Pengertian Debt to EBITDA Ratio

Debt to EBITDA ratio adalah metrik keuangan yang mengukur utang perusahaan relatif terhadap laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

EBITDA merepresentasikan kinerja operasional perusahaan dan merupakan ukuran umum profitabilitas sebelum memperhitungkan biaya non-operasional dan biaya pendanaan.

Debt to EBITDA ratio mengukur leverage keuangan perusahaan, yang mengindikasikan berapa kali EBITDA secara teoritis dapat menutupi total hutangnya.

Rasio ini memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan untuk mengelola dan membayar kewajiban utangnya.

Baca juga: Fungsi Bukti Potong Pajak, Jenis, dan Cara Membuatnya

Banner 2 kledo

Rumus dan Cara Menghitung Debt to EBITDA Ratio

Sekarang setelah Anda memahami apa yang dimaksud dengan rasio ini, mari kita lihat rumusnya.

Rumus rasio utang terhadap EBITDA cukup sederhana. Anda dapat menghitung rasio ini dengan mengambil total utang perusahaan dan kemudian membaginya dengan EBITDA.

Debt to EBITDA Ratio = Total utang / EBITDA

Data ini biasanya diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.

Total utang dapat ditemukan di neraca; EBITDA dapat dengan mudah dihitung dari laporan laba rugi, meskipun ini adalah ukuran standar yang dapat disajikan di suatu tempat di dalam laporan keuangan, seperti di catatan kaki.

Perhatikan bahwa total utang sama dengan utang jangka panjang (utang yang jatuh tempo dalam satu tahun atau lebih) ditambah dengan porsi utang jangka panjang saat ini (utang yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun).

Jumlah total ini dapat ditemukan di bagian kewajiban jangka panjang dan kewajiban lancar di neraca.

Baca juga: Hard Skill dan Soft Skill yang Harus Dimiliki Akuntan

Contoh Kasus dalam Menghitung Debt to EBITDA Ratio

debt to ebitda 2

Untuk melihat bagaimana cara kerja pengukuran rasio ini, mari kita lihat beberapa contoh nyata.

Contoh 1

Misalnya, Anda memiliki perusahaan retail bernama PT Alcoa. Setelah melakukan riset, Anda menemukan bahwa perusahaan ini memiliki total utang sebesar 1,45 miliar dan EBITDA-nya juga sebesar 1,45 miliar.

Dengan menggunakan rumus yang diberikan, kita akan sampai pada rasio Hutang / EBITDA sebesar 1,00

1,45/1,45 = 1

Ini adalah contoh yang tidak biasa karena total utang dan EBITDA kebetulan sama persis.

Baca juga: Net Debt: Pengertian, Cara Hitung, dan Pembahasan Lengkapnya

Contoh 2

Sekarang mari kita lihat contoh debt to EBITDA ratio yang lain. Kali ini kita akan menggunakan rasio ini untuk mengevaluasi beberapa perusahaan sehingga Anda dapat mempelajari cara menggunakan rasio ini secara efektif dalam situasi nyata.

Misalnya, Anda ingin mengevaluasi 3 perusahaan: PT ABC (X) yang industrinya sama dengan PT Alcoa milik Anda, PT XYZ dan PT LMN yang bergerak di bidang teknologi.

Setelah melihat laporan keuangan perusahaan-perusahaan ini, Anda menemukan informasi berikut:

PT AlcoaPT ABC (X)PT XYZ (1)PT LMN (2)
Total Debt1.45 Milyar3.03 Milyar03.94 Milyar
EBITDA1.45 Milyar616 Milyar16.36 Milyar31.21 Milyar
Debt / EBITDA1.004.920.000.13

Seperti yang Anda lihat, keempat perusahaan diatas memiliki rasio utang terhadap EBITDA yang sangat berbeda.

Alcoa dan PT ABC berada di segmen industri yang sama, tetapi Alcoa memiliki posisi cakupan utang yang jauh lebih baik, namun PT ABC berada di “zona bahaya”, karena nilai rasio yang tinggi.

Sebagai perbandingan, kita memiliki dua perusahaan teknologi; meskipun PT XYZ (1) memiliki sekitar setengah dari EBITDA PT LMN (2), PT XYZ (1) juga tidak memiliki utang.

Tetapi PT LMN (2) memiliki EBITDA yang kuat sehingga bahkan dengan utang hampir 4 miliar, rasionya hanya sebagian kecil saja, hal ini juga membawa kita pada pertimbangan yang penting dalam menganalisis rasio utang terhadap EBITDA bahwa segmen industri penting.

Membandingkan rasio perusahaan dalam industri yang berbeda tidaklah tepat mengingat perbedaan struktur modal antar sektor.

Dalam contoh di atas, sangat tepat untuk membandingkan PT Alcoa dengan PT ABC atau PT XYZ dengan PT LMN; akan sangat tidak tepat untuk membandingkan Alcoa dengan PT XYZ atau PT ABC dengan PT LMN.

Bisnis seperti Alcoa dan PT ABC yang beroperasi pada industri retail membutuhkan aset padat modal untuk beroperasi, sedangkan perusahaan teknologi tidak terlalu membutuhkan aset tetap.

Baca juga: Pembahasan Lengkap Capital Rationing atau Penjatahan Modal

Interpretasi & Analisis Debt To EBITDA Ratio

Secara umum, rasio debt to EBITDA hingga 3 masih dapat diterima; rasio 4 hingga 5 mengindikasikan risiko yang tinggi.

Dan rasio di atas 5 mengindikasikan kesulitan keuangan yang signifikan dan kemungkinan besar perusahaan tidak dapat meminjam dana tambahan.

Dari perspektif neraca, perusahaan padat modal seperti contoh perusahaan ritel PT Alcoa diatas, umumnya memiliki aset tetap yang mengimbangi utang yang ditanggungnya.

Dan jika, misalnya, perusahaan telah mengambil utang untuk memperluas kapasitas produksinya, masuk akal untuk mengharapkan bahwa pertumbuhan pendapatan (dan karenanya EBITDA) di masa depan mungkin akan menutupi peningkatan utang.

Namun, jika perusahaan tersebut menggunakan utang untuk menyediakan modal kerja, peningkatan utang tidak akan diimbangi dengan peningkatan aset tetap yang sesuai, sehingga menurunkan kondisi neraca.

Tentu saja, ini akan menjadi tanda bahaya yang signifikan bagi pemilik bisnis atau investor.

Karena perusahaan teknologi misalnya Facebook dan Alphabet memiliki kebutuhan aset tetap yang jauh lebih rendah, utang (jika ada) sering digunakan untuk akuisisi.

Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh kami diatas, PT XYZ tidak memiliki utang, sementara PT LMN, yang memiliki utang, terkenal karena mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang sudah ada.

Sebagai tambahan contoh industri lain, perusahaan farmasi memang membutuhkan fasilitas manufaktur, namun perusahaan-perusahaan ini juga harus berinvestasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan yang mungkin menghasilkan obat yang dapat dipasarkan atau tidak.

Misalnya, GlaxoSmithKline plc (GSK) memiliki rasio 2,51 (utang $23,76 miliar, EBITDA $9,45 miliar) dan pesaingnya, Eli Lilly and Company (LLY), memiliki rasio 1,82 (utang $10,25 miliar, EBITDA $5,64 miliar).

Baca juga: ROCE Ratio: Pengertian, Rumus, Contoh Kasus, dan Batasannya

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Debt to Ebitda Ratio

debt to ebitda 1

Singkatnya, penting untuk menggali laporan keuangan perusahaan dan informasi lainnya untuk menentukan dengan tepat apa tujuan hutangnya.

Penting juga untuk mengevaluasi bagaimana rasio debt to EBITDA berubah seiring waktu.

Jika perusahaan telah menggunakan utang untuk meningkatkan pertumbuhan, rasio tersebut akan menurun seiring berjalannya waktu seiring dengan pelunasan utang, peningkatan pendapatan, atau keduanya.

Jika utang telah digunakan untuk menyediakan modal operasional, atau inisiatif pertumbuhan perusahaan tidak berhasil, rasio tersebut kemungkinan akan terus meningkat—sebuah pertanda buruk.

Rasio yang tetap stabil belum tentu negatif; hal ini mungkin menunjukkan bahwa manajemen perusahaan menggunakan leverage untuk mendorong pertumbuhan sekaligus menjaga utang pada tingkat yang terkendali.

Singkatnya, rasio utang terhadap EBITDA atau debt to EBITDA merupakan ukuran penting kesehatan keuangan perusahaan.

Namun, seperti halnya rasio keuangan lainnya, hasil dari rasion ini hanya memberikan informasi yang terbatas.

Penting untuk selalu mengevaluasi beberapa rasio dan kemudian melihat cerita di balik rasio-rasio tersebut untuk menilai kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.

Baca juga: Rumus dan Contoh Rasio Margin Kontribusi (Margin Contribution Ratio)

Mengapa Debt to EBITDA Ratio itu Penting

Rasio hutang terhadap EBITDA merupakan metrik penting karena beberapa alasan:

Penilaian risiko

Rasio ini membantu menilai tingkat risiko keuangan yang ditanggung perusahaan karena beban hutangnya.

Rasio yang lebih tinggi berarti risiko keuangan yang lebih besar, karena ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak hutang dibandingkan dengan pendapatannya.

Perspektif pemberi pinjaman dan investor

Pemberi pinjaman dan investor menggunakan rasio ini untuk mengevaluasi kelayakan kredit perusahaan.

Rasio yang lebih rendah seringkali lebih disukai karena menunjukkan posisi keuangan yang lebih sehat dan risiko kredit yang lebih rendah.

Baca juga: Debt Management Plan: Cara Melakukan dan Manfaatnya

Analisis komparatif

Rasio ini memungkinkan perbandingan antara perusahaan-perusahaan di industri atau sektor yang sama, memberikan wawasan mengenai kesehatan dan leverage keuangan relatif.

Pengambilan keputusan strategis

Perusahaan dapat menggunakan rasio hutang terhadap EBITDA sebagai bagian dari perencanaan keuangan dan proses pengambilan keputusan. Ini mempengaruhi pilihan terkait struktur modal, penerbitan utang, dan strategi merger dan akuisisi.

Baca juga: Asset Turnover Ratio: Arti, Manfaat, Rumus, dan Contoh Perhitungannya

Kesimpulan

Debt to EBITDA ratio adalah metrik fundamental dalam analisis keuangan, yang memberikan wawasan berharga mengenai kesehatan keuangan, profil risiko, dan leverage perusahaan.

Investor, pemberi pinjaman, dan manajemen perusahaan semuanya mengandalkan rasio ini untuk membuat keputusan mengenai investasi, pinjaman, dan perencanaan strategis.

Ketika digunakan bersama metrik keuangan dan tolok ukur industri lainnya, debt to EBITDA ratio menjadi alat yang ampuh untuk menilai dan mengelola risiko keuangan di dunia keuangan dan bisnis yang terus berkembang.

Jika Anda kesulitan melakukan analisis keuangan karena proses pembukuan masih manual, Anda bisa beralih menggunakan software akuntansi Kledo yang mudah digunakan dan memiliki fitur terlengkap.

Dengan menggunakan Kledo Anda akan mendapatkan banyak penghitungan rasio keuangan yang otomatis di dashboard Anda.

Tidak hanya pembukuan, dengan menggunakan Kledo Anda bisa dengan mudah melakukan manajemen persediaan, aset, sampai penghitungan perpajakan secara praktis.

Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four + 9 =