Ketika Anda belajar tentang cara membaca laporan keuangan, Anda mungkin tidak bisa memahami konsep “kapitalisasi biaya” ke neraca. Karena mungkin ada investor lain di luar sana yang mengalami kesulitan yang sama, kami akan mencoba menjelaskan hal ini.
Dalam kegiatan normal operasinya, sebuah perusahaan mengeluarkan beberapa biaya dan pengeluaran yang berbeda. (Biaya biasanya dianggap sebagai transaksi uang untuk suatu aset, sementara pengeluaran biasanya adalah uang yang keluar dari perusahaan untuk sesuatu yang siap dikonsumsi seperti sewa atau tagihan listrik.
Biaya yang dianggap memberikan manfaat jangka pendek bagi perusahaan diakui atau “dibebankan” dalam Laporan Laba Rugi dengan segera. Ini bisa berupa gaji, sewa, biaya transportasi, biaya iklan, biaya administrasi, dll.
Hal yang sama tidak terjadi ketika biaya-biaya tersebut dianggap memberikan manfaat masa depan atau jangka panjang bagi perusahaan. Contohnya adalah pabrik baru, mesin baru, dll. Dan oleh sebab itu kapitalisasi biaya diperlukan.
Pada artikel kali ini kami akan membahas apa itu kapitalisasi biaya beserta contoh kasusnya sehingga memudahkan Anda dalam memahaminya.
Memahami Kapitalisasi Biaya
Ketika bisnis melakukan kapitalisasi biaya, mereka hanya mengikuti prinsip akuntansi yang sesuai. Prinsip akuntansi ini berusaha untuk mengakui biaya pada periode yang sama dengan pendapatan terkait.
Sebagai hasilnya, tujuan dari setiap bisnis dalam kapitalisasi biaya adalah untuk mencocokkan biaya aset dengan periode penggunaannya saat aset tersebut menghasilkan pendapatan, bukan saat biaya awal dikeluarkan.
Praktik kapitalisasi biaya memenuhi persyaratan prinsip pencocokan (matching principle) di mana biaya diakui pada saat yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan oleh biaya tersebut.
Aset tetap seperti mesin, bangunan pabrik, dan tanah tidak menghasilkan pendapatan pada saat biaya-biaya tersebut dikeluarkan. Namun, aset-aset jangka panjang ini menghasilkan pendapatan selama masa manfaatnya.
Masuk akal untuk mengakui biaya-biaya ini selama masa manfaat aset melalui penyusutan atau amortisasi dalam jangka waktu yang panjang agar sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan dari aset tersebut.
Praktik kapitalisasi biaya melibatkan penyusutan atau amortisasi aset selama beberapa tahun, yang menyiratkan bahwa hal tersebut akan berdampak pada laba untuk beberapa periode pelaporan di masa depan.
Perlu dicatat bahwa dampak dari arus kas keluar dari pembelian aset tetap akan langsung terlihat jika dibayar dimuka. Namun, penyusutan atau amortisasi yang berkaitan dengan aset tersebut merupakan biaya non-tunai.
Akibatnya, kapitalisasi biaya akan menyebabkan variasi antara tingkat laba yang dilaporkan pada laporan laba rugi dan arus kas terkait yang dilaporkan pada laporan arus kas. Biaya yang dikapitalisasi dicatat dalam neraca sebesar biaya historisnya pada saat terjadinya.
Kas di neraca berkurang sebesar jumlah yang dikeluarkan, sementara bagian aset tetap bertambah dengan jumlah yang sama. Biaya historis adalah ukuran nilai yang mewakili suatu aset pada biaya aslinya di laporan neraca, namun tidak selalu mencerminkan nilai wajar aset tersebut saat ini.
Baca juga: COSO Framework: Pengertian, Pilar, Prinsip, dan Cara Implentasi
Contoh Kasus Kapitalisasi Biaya
Ambil contoh sederhana dari menjalankan coffee shop. Bisnis tersebut memutuskan untuk membeli mesin peracik kopi yang canggih. Mesin ini akan meningkatkan produksi kopi dan meningkatkan efisiensi bisnis secara keseluruhan.
Perusahaan akan mempertimbangkan biaya mesin sebagai biaya yang dikapitalisasi dalam pembukuannya. Hal ini karena memasukkan seluruh biaya ke dalam laporan laba rugi pada tahun terjadinya akan berdampak signifikan terhadap nilai laba bersih.
Selain itu, mesin tersebut akan digunakan selama beberapa tahun. Uang kas yang dikeluarkan untuk mesin kopi tidak keluar dari bisnis dengan pembelian ini, uang kas tersebut disimpan dalam peralatan sebagai aset bisnis atau investasi.
Kapitalisasi biaya memungkinkan perusahaan untuk mengakui biaya sebagai aset. Uang yang dihabiskan untuk mesin tidak hilang tetapi terkunci dalam investasi.
Biaya mesin dicatat di neraca sebagai aset pada biaya historisnya. Seperti setiap aset lainnya, nilainya akan berkurang seiring dengan waktu dan penggunaan.
Sebagai akibatnya, perusahaan harus memperhitungkan hal ini melalui penggunaan penyusutan pada laporan laba rugi. Dengan berlalunya waktu, mesin peracik kopi akan kehilangan nilainya.
Misalnya, jika bisnis menghabiskan 2.000.000 untuk mesin dengan masa manfaat 10 tahun dan nilai sisa 500.000 pada akhir periode tersebut.
Biaya penyusutan yang terkait dengan mesin peracik kopi adalah 150.000 [(biaya historis 2.000.000 – nilai sisa 500.000) / 10 tahun].
Nilai penyusutan sebesar 150.000 akan diakui pada laporan laba rugi bisnis. Kas di neraca akan berkurang sebesar 2.000.000, dan nilai mesin akan meningkat sebesar 2.000.000.
Baca juga: Pelaporan Segmen dalam Laporan Keuangan: Contoh, Jenis, Dan Cara Analisis
Pentingnya dan Kelemahan Kapitalisasi Biaya
Tujuan utama kapitalisasi biaya adalah untuk meratakan pengeluaran selama beberapa periode.
Jika sebuah perusahaan menggunakan akuntansi berbasis kas dan memperoleh sebuah peralatan, maka perusahaan tersebut akan mengakui biaya yang besar pada tahun akuisisi dan oleh karena itu akan menurunkan laba pada tahun tersebut.
Namun, perusahaan akan menerima manfaat dari peralatan tersebut pada tahun-tahun berikutnya tetapi tidak ada biaya terkait yang tercermin dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak akan mencerminkan aktivitas bisnis yang sebenarnya.
Kapitalisasi biaya memungkinkan perusahaan untuk meratakan pengeluaran selama masa manfaat aset. Dengan menggunakan akuntansi berbasis akrual, tidak ada arus kas keluar yang besar di tahun pertama, dan perusahaan akan dapat menyajikan laba yang lebih tinggi daripada yang seharusnya jika perusahaan membebankan biaya secara penuh.
Perusahaan akan mengakui aset yang terdepresiasi selama masa pakai peralatan dan mencocokkan biaya-biaya ini dengan pendapatan yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Kapitalisasi biaya dan penyusutan bergantung pada berbagai estimasi dan asumsi. Hal ini dapat menyesatkan investor mengenai margin keuntungan bisnis.
Manajemen perusahaan dapat memilih untuk mengkapitalisasi lebih banyak biaya untuk memanipulasi laporan keuangan dengan cara menyajikan informasi yang menyesatkan tentang angka-angka perusahaan. Ini adalah kelemahan nyata dari kapitalisasi biaya.
Baca juga: Melakukan Pengendalian Kas Bisnis dengan COSO Framework
Mengetahui pengurangan
Karena biaya pada akhirnya merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, mekipun tersebar dalam jangka waktu yang lama untuk mengurangi efek negatifnya, maka perlu untuk mengidentifikasi cara dan sarana untuk menguranginya atau tetap terkendali sehingga alokasi sumber daya keuangan dilakukan dengan cara yang optimal di berbagai bidang bisnis.
Dalam hal meminjam, peminjam harus membayar uang muka yang mengurangi jumlah total yang dibutuhkan sebagai pinjaman.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengurangi biaya kapitalisasi pembelian aset seperti real estat dengan mengambil pinjaman adalah dengan melakukan pembayaran uang muka semaksimal mungkin.
Biaya pembiayaan secara keseluruhan akan berkurang karena jumlah pinjaman yang lebih sedikit dan pembayaran bunga yang lebih sedikit.
Barang-barang berat seperti kendaraan, mesin sering kali disewakan daripada membelinya secara langsung. Sewa guna usaha membutuhkan lebih sedikit pembiayaan karena mirip dengan menyewa, yang cocok untuk peminjam dengan anggaran terbatas. Dalam sewa guna usaha, penyusutan hanya dibebankan selama jumlah tahun sewa.
Anda juga perlu melakukan negosiasi saat membeli aset yang akan dikapitalisasi. Banyak lembaga keuangan menawarkan potongan harga atau tunjangan tukar tambah atau semacam insentif dan diskon kepada pelanggan. Hal ini dapat menurunkan biaya secara signifikan.
Dengan demikian, di atas adalah beberapa cara di mana biaya kapitalisasi dapat dikontrol atau dikurangi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.
Baca juga: Cara Menghitung Tingkat Realisasi Pendapatan dalam Bisnis
Pada Intinya…
Kapitalisasi biaya dapat digunakan untuk aset berwujud dan tidak berwujud. Hal ini memungkinkan bisnis untuk mengakui biaya yang signifikan sebagai aset di neraca.
Namun, aset tersebut akan kehilangan nilainya seiring berjalannya waktu, dan dengan demikian, perusahaan harus menggunakan biaya non-tunai seperti penyusutan atau amortisasi untuk memperhitungkan hilangnya nilai tersebut.
Hal ini membantu perusahaan meratakan biaya selama beberapa periode dan memberikan laporan keuangan yang lebih informatif.
Di sisi lain, karena kapitalisasi biaya dan penyusutan bergantung pada estimasi dan asumsi, manajemen yang burukl dapat menggunakannya untuk memengaruhi angka dan profitabilitas bisnis agar terlihat lebih menarik bagi investor.
Kesulitan membuat laporan keuangan secara manual? Anda bisa mencoba menggunakan sistem akutnansi modern seperti software akuntansi Kledo sehingga memudahkan Anda memantau seluruh biaya dan pendapatan dalam bisnis.
Kledo memiliki fitur terlengkap dengan harga yang terjangkau. Dengan menggunakan Kledo Anda akan mendapatkan solusi akuntansi yang terintegrasi dengan sistem manajemen persediaan, manajemen aset, sistem POS, HR dan payroll.
Jika Anda tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.
- Rumus Biaya Variabel dan Kalkulator Biaya Variabel Gratis - 20 Desember 2024
- Cara Menggunakan Aplikasi SIAPIK dari BI dan Download PPTnya - 19 Desember 2024
- Monthly Recurring Revenue (MRR): Rumus dan Cara Menghitungnya - 19 Desember 2024