Menghitung penyusutan dan memilih metode penyusutan adalah salah satu praktik akuntansi yang paling sulit untuk dilakukan dengan benar, namun jika Anda tidak melakukan penghitungan penyusutan, ini dapat menghabiskan uang Anda.
Inilah mengapa Anda perlu berbicara dengan akuntan tentang depresiasi dan metode penyusutan apa yang cocok untuk bisnis Anda.
Banyak pemilik bisnis yang merasa menghitung depresiasi terlalu rumit atau mengharuskan mereka membayar terlalu banyak untuk akuntan mempertimbangkan untuk tidak melakukan penghitungan depresiasi.
Ini adalah kesalahan yang dapat merugikan bisnis Anda jauh lebih banyak daripada penghematan apa pun dari prosedur akuntansi Anda.
Jadi, jika Anda ingin mengetahui apa itu metode penyusutan, jenis, cara menghitungnya dan metode apa yang cocok bagi bisnis, baca terus artikel ini sampai selesai.
Apa itu Depresiasi?
Depresiasi atau penyusutan adalah pengurangan nilai aset karena keausan.
Setiap aset dapat mengalami keausan dalam penggunaan biasa dan juga dengan berlalunya waktu. Biaya aset dialokasikan dari waktu ke waktu dan dianggap sebagai beban.
Ini diterapkan pada aset jangka panjang yang memberikan manfaat selama bertahun-tahun.
Misalnya pada pabrik & mesin, kendaraan, komputer, furnitur, bangunan dll. Tanah tidak dikenakan keausan dan dengan demikian penyusutan tidak dikenakan pada tanah tetapi berlaku pada bangunan.
Mempertimbangkan depresiasi sebagai biaya sangat diperlukan untuk manajemen keuangan yang sukses.
Misalnya, seorang pengemudi memberikan mobilnya untuk tujuan wisata, dia harus mempertimbangkan fakta bahwa mobil memiliki masa manfaat yang terbatas dan dia perlu menggantinya setelah beberapa tahun.
Untuk itu, dalam menghitung biaya operasinya, ia harus mempertimbangkan harga perolehan mobil, umurnya, nilai jual kembali setelah masa manfaat dan menambahkannya ke biaya-biaya lain untuk menghitung biaya total.
Penyusutan juga diperbolehkan sebagai beban sesuai dengan undang-undang pajak penghasilan dan juga sesuai dengan undang-undang perusahaan.
Apa saja Jenis Metode Penyusutan dan Bagaimana Cara Menghitungnya?
1. Metode Penyusutan Garis Lurus
Ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk menghitung penyusutan.
Ini juga dikenal sebagai metode cicilan tetap. Di bawah metode ini, jumlah yang sama dibebankan untuk penyusutan setiap aset tetap di setiap periode akuntansi.
Jumlah yang seragam ini dibebankan sampai aset berkurang menjadi nihil atau nilai sisa pada akhir taksiran masa manfaatnya.
Jadi, metode ini mendapatkan namanya dari grafik garis lurus. Grafik ini disimpulkan setelah memplot jumlah penyusutan yang sama untuk setiap periode akuntansi selama masa manfaat aset.
Dengan demikian, jumlah penyusutan dihitung dengan hanya membagi selisih antara harga perolehan atau nilai buku dari aset tetap dan nilai sisa dengan masa manfaat aset.
Rumus Penyusutan Garis Lurus
Rumus penyusutan tahunan dengan metode garis lurus adalah sebagai berikut:
Biaya Penyusutan Tahunan = (Biaya aset – Nilai Sisa)/Usia berguna aset
Dimana,
Biaya perolehan aset adalah harga beli atau biaya historis
Nilai sisa adalah nilai aset yang tersisa setelah masa manfaatnya
Masa manfaat aset adalah jumlah tahun di mana aset diharapkan akan digunakan oleh bisnis
2. Metode Saldo Berkurang
Metode ini juga dikenal sebagai metode saldo menurun, metode nilai yang diturunkan atau metode saldo menurun.
Persentase penyusutan tetap dibebankan pada setiap periode akuntansi ke saldo bersih aset tetap menurut metode ini.
Saldo bersih ini tidak lain adalah nilai aset yang tersisa setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
Dengan demikian, ini berarti bahwa tarif penyusutan dibebankan pada saldo pengurang aset. Aset ini adalah yang tercermin dalam pembukuan pada awal periode akuntansi. Jadi, nilai buku aset tersebut diturunkan untuk menguranginya ke nilai sisa.
Sekarang, karena nilai buku aset berkurang setiap tahun, demikian juga jumlah penyusutan. Dengan demikian, jumlah penyusutan yang lebih tinggi dibebankan selama tahun-tahun awal aset dibandingkan dengan tahap selanjutnya.
Dengan demikian, metode ini didasarkan pada asumsi bahwa lebih banyak jumlah penyusutan harus dibebankan pada tahun-tahun awal aset.
Ini karena biaya perbaikan rendah yang dikeluarkan pada tahun-tahun tersebut. Sebagai aset terjun ke tahap selanjutnya dari masa manfaatnya, biaya perbaikan dan pemeliharaan aset tersebut meningkat.
Oleh karena itu, lebih sedikit jumlah penyusutan yang perlu disediakan selama tahun-tahun tersebut.
Rumus Metode Saldo Menurun
Beban Penyusutan = (Nilai buku aset pada awal tahun x Tingkat Penyusutan)/100
Keterangan | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 | Tahun 4 | Tahun 5 |
Nilai aset saat pada tahun pertama | 100.000 | 90.000 | 81.000 | 72.900 | 65.610 |
Nilai penyusutan (10% dari masa penggunaan selama 5 tahun) | 10.000 | 9000 | 8100 | 7290 |
3. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode penyusutan lainnya adalah Metode Jumlah Angka Tahun. Metode ini mengakui penyusutan pada tingkat yang dipercepat.
Dengan demikian, jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dibebankan ke sebagian kecil selama periode akuntansi yang berbeda dengan metode ini.
Pecahan ini adalah rasio antara sisa masa manfaat aset dalam periode tertentu dan jumlah digit tahun.
Dengan demikian, pecahan ini menunjukkan bahwa modal yang diblokir atau keuntungan yang diperoleh dari aset adalah yang tertinggi pada tahun pertama.
Jadi, saat aset bergerak menuju akhir masa manfaatnya, manfaat yang diperoleh dari aset tersebut menurun. Artinya, jumlah depresiasi tertinggi dialokasikan pada tahun pertama karena tidak ada jumlah modal yang dipulihkan sampai saat itu.
Dengan demikian, jumlah penyusutan paling sedikit harus dibebankan pada tahun terakhir karena sebagian besar modal yang diinvestasikan telah dipulihkan.
Rumus Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Berikut ini adalah rumus untuk metode jumlah angka tahun.
Beban Penyusutan = Biaya yang Dapat Disusutkan x (Sisa masa manfaat aset/Jumlah Digit Tahun
Dimana biaya yang dapat didepresiasi = Biaya aset – Nilai sisa
Jumlah digit tahun = (n(n+1))/2 (di mana n = masa manfaat aset)
4. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode ini merupakan campuran dari metode garis lurus dan metode saldo menurun. Dengan demikian, penyusutan dibebankan pada nilai yang dikurangi dari aset tetap pada awal tahun dengan metode ini.
Ini seperti metode saldo yang semakin berkurang. Namun, tingkat penyusutan tetap diterapkan seperti dalam kasus metode garis lurus. Tarif penyusutan ini dua kali tarif yang dibebankan dengan metode garis lurus.
Dengan demikian, metode ini menyebabkan aset yang disusutkan lebih pada akhir masa manfaatnya dibandingkan dengan nilai sisa yang diantisipasi.
Oleh karena itu, perusahaan mengadopsi berbagai pendekatan untuk mengatasi tantangan tersebut. Pertama, jumlah depresiasi yang dibebankan untuk tahun terakhir disesuaikan.
Hal ini dilakukan untuk membuat nilai sisa sama dengan nilai sisa yang diantisipasi. Kedua, banyak perusahaan memilih untuk menggunakan metode penyusutan garis lurus pada tahun lalu untuk menyesuaikan nilai sisa yang disusutkan.
Rumus Saldo Menurun Ganda
Beban Penyusutan Tahunan = 2 x (Biaya aset – Nilai Sisa)/Usia berguna aset
Atau
Beban Penyusutan = 2 x Biaya aset x tingkat penyusutan
Contoh Perhitungan Penyusutan dan Bentuk Jurnalnya
PT Maju Jaya membeli sebuah mesin produksi pada tanggal 1 Januari 2024 dengan rincian sebagai berikut:
- Harga pembelian: Rp500.000.000
- Biaya pengiriman: Rp10.000.000
- Biaya instalasi: Rp15.000.000
- Nilai residu: Rp50.000.000
- Masa manfaat ekonomis: 5 tahun
- Metode penyusutan: Garis lurus
PT Maju Jaya ingin mencatat penyusutan aset pada akhir tahun 2024.
1. Perhitungan Penyusutan
Langkah 1: Tentukan harga perolehan aset
Harga perolehan aset dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang terkait:
Harga Perolehan= Harga Pembelian + Biaya Pengiriman + Biaya Instalasi
Harga Perolehan= Rp500.000.000 + Rp10.000.000 +Rp15.000.000 =Rp525.000.000
Langkah 2: Hitung nilai yang akan disusutkan
Nilai yang disusutkan adalah selisih antara harga perolehan dan nilai residu:
Nilai yang Disusutkan = Harga Perolehan − Nilai Residu
Nilai yang Disusutkan= Rp525.000.000 − Rp50.000.000 = Rp475.000.000
Langkah 3: Hitung penyusutan tahunan dengan metode garis lurus
Penyusutan tahunan dihitung dengan membagi nilai yang disusutkan dengan masa manfaat:
Penyusutan Tahunan = Nilai yang Disusutkan : Masa Manfaat
Penyusutan Tahunan = Rp475.000.000: 5=Rp95.000.000
Jadi, penyusutan untuk tahun 2024 adalah Rp95.000.000.
2. Jurnal Penyusutan
Jurnal pada Akhir Tahun 2024
Pada tanggal 31 Desember 2024, PT Maju Jaya mencatat beban penyusutan dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal | Akun | Debit (Rp) | Kredit (Rp) |
---|---|---|---|
31 Desember 2024 | Beban Penyusutan | 95.000.000 | |
Akumulasi Penyusutan | 95.000.000 |
Penjelasan:
- Beban Penyusutan dicatat sebagai biaya operasional pada laporan laba rugi.
- Akumulasi Penyusutan adalah akun kontra-aset yang mengurangi nilai buku aset tetap di neraca.
3. Nilai Buku Aset Setelah Penyusutan
Nilai buku aset setelah satu tahun penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai Buku Aset = Harga Perolehan − Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Aset= Rp525.000.000 − Rp95.000.000 = Rp430.000.000
Pada akhir tahun 2024, nilai buku mesin produksi adalah Rp430.000.000.
Pelaporan penyusutan aset tetap biasanya disajikan sebagai bagian dari catatan atas laporan keuangan untuk memberikan rincian lebih lanjut.
PT Maju Jaya
Laporan Penyusutan Aset Tetap
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2024
Keterangan | Harga Perolehan | Akumulasi Penyusutan Awal | Penyusutan Tahun Ini | Akumulasi Penyusutan Akhir | Nilai Buku Akhir |
---|---|---|---|---|---|
Mesin Produksi | Rp525.000.000 | Rp0 | Rp95.000.000 | Rp95.000.000 | Rp430.000.000 |
Jika Anda kesulitan dalam melakukan penghitungan metode penyusutan pada bisnis secara manual, Anda bisa menggunakan software akuntansi seperti Kledo yang memiliki fitur manajemen aset.
Untuk mengetahui cara menggunakan fitur ini, Anda dapat mempelajarinya di sini. Selain itu, Anda juga bisa mempelajari cara penyusutan aset di Kledo pada video di bawah ini.
Kledo adalah software akuntansi online buatan Indonesia yang telah dipercaya oleh lebih dari 10 ribu pengguna untuk berbagai jenis dan skala jenis.
Anda juga bisa mencoba Kledo secara gratis melalui tautan ini.
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan aset tetap adalah salah satu elemen penting dalam pengelolaan akuntansi perusahaan. Penyusutan mencerminkan pengurangan nilai ekonomis aset selama masa manfaatnya. Untuk menghitung biaya penyusutan dengan tepat, perlu dipahami faktor-faktor utama yang memengaruhi perhitungan ini. Berikut penjelasan lengkap tentang faktor-faktor tersebut:
1. Harga Perolehan Aset
Harga perolehan aset adalah total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh aset hingga aset tersebut siap digunakan. Harga perolehan ini menjadi dasar utama dalam menentukan besarnya nilai yang akan disusutkan. Komponen harga perolehan meliputi:
- Harga pembelian: Nilai transaksi pembelian aset yang disepakati antara penjual dan pembeli.
- Biaya tambahan: Seperti ongkos pengangkutan, instalasi, uji coba, dan penyesuaian aset agar dapat berfungsi dengan optimal.
- Pajak atau bea masuk: Pajak yang dibayar saat pembelian aset, seperti PPN atau bea cukai, jika aset diimpor.
Contoh: Jika sebuah mesin dibeli seharga Rp500 juta dengan biaya instalasi Rp50 juta dan ongkos pengiriman Rp20 juta, maka harga perolehan mesin tersebut adalah Rp570 juta.
2. Nilai Residu (Salvage Value)
Nilai residu adalah estimasi nilai jual atau nilai akhir aset pada akhir masa manfaatnya, setelah dikurangi biaya penjualan atau pembuangan. Nilai ini berguna untuk menentukan nilai penyusutan yang harus dialokasikan selama masa manfaat aset.
Semakin tinggi nilai residu yang ditentukan, semakin kecil beban penyusutan yang dicatat setiap tahun. Sebaliknya, jika nilai residu rendah atau bahkan nol, maka seluruh harga perolehan aset akan dialokasikan sebagai biaya penyusutan.
Contoh: Jika sebuah kendaraan dinilai memiliki harga perolehan Rp300 juta dan diperkirakan akan bernilai Rp50 juta setelah 5 tahun, maka nilai yang disusutkan adalah Rp250 juta.
3. Masa Manfaat Ekonomis Aset
Masa manfaat adalah periode di mana aset dianggap mampu memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan. Penentuan masa manfaat ekonomis biasanya dipengaruhi oleh:
- Jenis aset: Aset seperti bangunan biasanya memiliki masa manfaat yang lebih lama dibandingkan mesin atau kendaraan.
- Kualitas aset: Aset berkualitas tinggi cenderung memiliki masa manfaat lebih panjang.
- Pemakaian aset: Semakin sering aset digunakan, semakin cepat masa manfaat ekonomisnya berakhir.
- Kebijakan akuntansi perusahaan: Beberapa perusahaan mungkin memiliki standar masa manfaat yang disesuaikan dengan industri atau regulasi.
Contoh: Mesin produksi yang digunakan setiap hari selama 12 jam cenderung memiliki masa manfaat yang lebih pendek dibandingkan mesin yang hanya digunakan 8 jam sehari.
4. Metode Penyusutan yang Digunakan
Pemilihan metode penyusutan sangat memengaruhi cara biaya penyusutan dibebankan selama masa manfaat aset. Metode penyusutan yang umum digunakan meliputi:
- Metode Garis Lurus: Membagi biaya penyusutan secara merata setiap tahun. Cocok untuk aset yang manfaatnya cenderung konstan dari tahun ke tahun.
- Metode Saldo Menurun: Membebankan penyusutan lebih besar di awal masa manfaat, cocok untuk aset yang efisiensinya menurun seiring waktu.
- Metode Unit Produksi: Menghitung penyusutan berdasarkan tingkat penggunaan aset, seperti jumlah unit yang diproduksi atau jam operasional.
Pemilihan metode penyusutan harus mencerminkan pola penggunaan atau kontribusi aset terhadap pendapatan perusahaan.
5. Kondisi Fisik dan Pemakaian Aset
Kondisi fisik aset dan cara aset digunakan sehari-hari sangat memengaruhi kecepatan penyusutan. Faktor-faktor ini meliputi:
- Frekuensi penggunaan: Aset yang digunakan terus-menerus akan lebih cepat mengalami penurunan nilai dibandingkan aset yang jarang digunakan.
- Lingkungan kerja: Aset yang digunakan di lingkungan dengan kondisi ekstrem, seperti suhu tinggi, kelembapan, atau paparan bahan kimia, cenderung mengalami keausan lebih cepat.
- Pemeliharaan dan perawatan: Pemeliharaan yang baik dapat memperpanjang masa manfaat aset dan mengurangi penyusutan.
Contoh: Dua kendaraan yang sama jenisnya, satu digunakan di jalan kota dengan perawatan rutin, dan satu lagi digunakan di medan berat tanpa perawatan, akan memiliki tingkat penyusutan yang berbeda.
6. Faktor Teknologi dan Eksternal
Selain faktor internal, perubahan eksternal juga dapat memengaruhi biaya penyusutan. Faktor-faktor ini meliputi:
- Perkembangan teknologi: Teknologi baru dapat membuat aset lama menjadi usang sebelum masa manfaatnya habis, sehingga aset perlu diganti lebih cepat.
- Perubahan regulasi: Peraturan pemerintah, seperti standar emisi atau keamanan, dapat memaksa perusahaan untuk mengganti atau menyesuaikan aset sebelum waktunya.
- Tren pasar: Permintaan pasar terhadap produk yang dihasilkan oleh aset juga dapat memengaruhi keputusan perusahaan untuk mempercepat penyusutan atau mengganti aset.
Bagaimana Cara Memilih Metode Penyusutan yang Tepat untuk Bisnis?
Seperi yang telah kita bahas, penyusutan adalah untuk memberikan perkiraan kasar nilai aset saat ini dan untuk menyebarkan biayanya selama masa manfaat aset. Ada tiga kategori umum depresiasi yang bisa Anda gunakan dan bisa.
Depresiasi Garis Lurus
Depresiasi garis lurus sering dipilih secara default karena ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana untuk diterapkan.
Anda mengambil biaya aset, mengurangi nilai sisa yang diharapkan, membaginya dengan jumlah tahun yang diharapkan untuk bertahan, dan mengurangi jumlah yang sama di setiap tahun.
Misalnya, pertimbangkan aset dengan harga Rp165.000.000 dan nilai residu Rp15.000.000, yang diperkirakan akan memiliki masa manfaat 10 tahun.
Kurangi nilai residu Rp15.000.000 dari harga perolehan Rp165.000.000, sehingga tersisa Rp150.000.000. Bagi Rp150.000.000 dengan 10 tahun, dan alokasikan biaya penyusutan sebesar Rp15.000.000 setiap tahun selama 10 tahun.
Metode penyusutan garis lurus digunakan dengan tepat ketika nilai aset menurun secara merata dari waktu ke waktu.
Hal ini sering diterapkan pada aset seperti mesin, di mana penggunaannya diharapkan berlangsung hingga masa manfaatnya selesai, kemudian aset tersebut dibuang atau dijual sebagai barang bekas.
Depresiasi saldo menurun ganda
Depresiasi saldo menurun ganda beroperasi mirip dengan depresiasi garis lurus, tetapi alih-alih membagi secara merata, tahun-tahun awal diberi bobot lebih berat. Contoh umum adalah metode saldo menurun ganda.
Untuk memulai, tentukan tingkat penyusutan dengan membagi angka 1 dengan perkiraan umur ekonomis aset dalam tahun, kemudian kalikan hasilnya dengan 200 persen.
Sebagai contoh, jika aset memiliki umur ekonomis 10 tahun, tingkat penyusutan akan menjadi:
1 ÷ 10 × 200% = 20%
Ini adalah dua kali lipat tingkat penyusutan dalam metode garis lurus.
Pada tahun pertama, Anda akan mengurangi 20 persen dari nilai aset awal. Misalnya, jika nilai aset adalah Rp165.000.000, pengurangan pada tahun pertama adalah:
20% × Rp165.000.000 = Rp33.000.000
Pada tahun kedua, Anda mengambil 20 persen dari sisa nilai aset setelah penyusutan tahun pertama. Misalnya:
Rp165.000.000 − Rp33.000.000 = Rp132.000.000
Penyusutan tahun kedua adalah:
20% × Rp132.000.000 = Rp26.400.000
Proses ini dilanjutkan setiap tahun dengan menghitung penyusutan berdasarkan nilai buku aset yang tersisa, hingga total penyusutan mencapai Rp150.000.000 (harga perolehan Rp165.000.000 dikurangi nilai residu Rp15.000.000).
Metode penyusutan dipercepat ini tepat digunakan ketika suatu aset pada awalnya kehilangan nilainya dengan cepat, tetapi kemudian kehilangan nilai lebih sedikit seiring waktu.
Pembelian mobil baru adalah contoh yang baik untuk metode ini, karena mobil cenderung mengalami penurunan nilai yang signifikan pada tahun-tahun pertama setelah pembelian.
Unit Penyusutan Produksi / Jumlah Tahun
Metode unit produksi atau jumlah tahun digunakan ketika umur aset lebih baik dihitung dengan berapa banyak yang dapat diproduksi daripada berapa lama akan bertahan.
Misalnya, peralatan produksi senilai Rp1.500.000.000 diperkirakan akan dibuang setelah memproduksi 1.000.000 unit.
Jika pada tahun pertama Anda memproduksi 300.000 unit, maka Anda telah menggunakan 30 persen dari total produksi yang diharapkan.
Oleh karena itu, beban penyusutan tahun pertama dihitung sebagai:
Rp1.500.000.000 × 1.000.000 : 300.000 = Rp450.000.000
Pada tahun-tahun berikutnya, Anda akan menghitung beban penyusutan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi di tahun tersebut.
Metode ini paling sering digunakan dalam aplikasi industri manufaktur atau mesin pabrikasi yang aus saat digunakan.
Metode | Tahun 1 | Tahun 2 | Tahun 3 |
---|
Garis Lurus | Rp24.000.000 | Rp24.000.000 | Rp24.000.000 |
Jumlah Tahun | Rp36.000.000 | Rp23.997.600 | Rp12.002.400 |
Saldo Menurun Ganda | Rp48.000.000 | Rp24.000.000 | Rp0 |
Kesimpulan
Semua metode penyusutan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan dan menghemat pajak, tetapi mereka melakukannya dengan cara yang sedikit berbeda.
Metode garis lurus adalah dasar dan relatif mudah digunakan dengan lebih sedikit faktor yang tidak diketahui untuk dipertimbangkan. Sistem menurun ganda dapat membantu bisnis baru, tetapi menggunakan cara ini bahwa perusahaan akan memiliki pengurangan pajak yang lebih rendah di masa depan.
Mempercepat pemotongan dapat menyebabkan masalah jika bisnis tumbuh dan memasuki kelompok pajak yang lebih tinggi di kemudian hari.
Depresiasi jumlah tahun terjadi ketika aset jangka panjang dijual sebelum perkiraan harapan hidup dan lebih dari nilai akuntansi saat ini.
PSAK dapat mengambil kembali pengurangan depresiasi dalam kasus ini, dan setiap keuntungan depresiasi yang diperoleh kembali dapat dilihat sebagai penghasilan kena pajak.
Apapun metode penyusutan yang Anda pilih, hal yang paling penting adalah Anda harus mengetahui karakteristik bisins Anda. Jangan sampai Anda salah memilih metode depresiasi dan berdampak pada penghitungan laba perusahaan.
Pastikan juga Anda tidak mengubah metode penyusutan dalam satu tahun pembukuan agar tidak menyalahi ketentuan akuntansi yang berlaku.
Untuk kemudahan penghitungan dan pencatatan penyusutan, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi dengan fitur terlengkap dan mudah digunakan.
Coba Kledo secara gratis melalui tautan ini.
- Perbedaan Perpetual dan Periodik dalam Pencatatan Akuntansi - 14 Januari 2025
- Cara Menghitung Bea Masuk dan Pajak Bea Cukai Beserta Contohnya - 13 Januari 2025
- Pembahasan PSAK 5 Tentang Segmentasi Operasi pada Akuntansi - 10 Januari 2025