Apa yang dimaksud penyusutan dalam akuntansi? Bagaimana rumus dan cara hitung penyusutan atau depresiasi?
Yuk, temukan jawabannya di artikel pembahasan Kledo kali ini.
Mengetahui tentang berbagai metode dan rumus penyusutan dapat membantu Anda memahami bagaimana perusahaan menggunakan teknik ini untuk menghasilkan pendapatan dan mengajukan pajak.
Pada artikel ini, kami membahas berbagai rumus penyusutan beserta definisinya dan memberi Anda contoh untuk membantu Anda memahaminya dengan lebih baik.
Pahami Definisi Penyusutan atau Depresiasi
Penyusutan atau depresiasi adalah metode akuntansi yang mengurangi biaya aset selama masa manfaat yang diharapkan. Bisnis mencatat penyusutan sebagai beban periodik pada laporan laba rugi.
Aset kehilangan nilainya karena terdepresiasi dari waktu ke waktu.
Ada empat metode utama yang digunakan untuk menghitung penyusutan: garis lurus, unit produksi, saldo menurun ganda, dan jumlah digit tahun.
Baca juga: Mengetahui Jenis dan Klasifikasi Aset dalam Akuntansi
Ciri-Ciri Penyusutan dalam Akuntansi
Dalam dunia akuntansi, penyusutan adalah hal yang sangat penting untuk dipahami, terutama saat mencatat dan melaporkan nilai aset tetap suatu perusahaan.
Meski terdengar teknis, konsep ini sebenarnya cukup sederhana: penyusutan mencerminkan penurunan nilai aset tetap seiring waktu karena penggunaan, usia, atau faktor lainnya.
Nah, untuk lebih memahami bagaimana penyusutan bekerja, berikut merupakan beberapa ciri khas dari penyusutan dalam akuntansi:
- Penyusutan adalah penurunan nilai aset tetap, kecuali tanah. Tanah dianggap memiliki umur manfaat tak terbatas, sehingga tidak mengalami penyusutan seperti aset lainnya.
- Bersifat permanen. Sekali nilai aset menurun karena penyusutan, nilainya tidak bisa dipulihkan kembali dalam pembukuan.
- Proses bertahap dan berkelanjutan. Penyusutan tidak terjadi sekaligus, melainkan dicatat secara berkala sesuai masa manfaat aset.
- Biaya non-tunai. Artinya, meskipun dicatat sebagai beban, penyusutan tidak menyebabkan arus kas keluar dari perusahaan.
- Mengurangi nilai buku aset, bukan nilai pasar. Penurunan hanya tercermin di pembukuan, sementara nilai pasar bisa berbeda tergantung kondisi pasar.
- Hanya berlaku untuk aset tetap berwujud. Aset seperti bangunan, kendaraan, dan mesin dapat disusutkan, sedangkan sumber daya alam seperti tambang atau sumur minyak biasanya mengalami deplesi, bukan penyusutan.
Baca juga: Aset Tak Berwujud: Pengertian, Contoh, Jenis, dan Cara Hitungnya dalam Akuntansi
Apa Saja Rumus Penyusutan di Akuntansi?

Perusahaan menggunakan beberapa metode penyusutan untuk menentukan nilai terdepresiasi suatu aset dengan memperkirakan nilai yang hilang dari waktu ke waktu.
Aset ini dapat mencakup kendaraan, perabot kantor, mesin, komputer, dan peralatan.
Beberapa alasan penyusutan misalnya karena keausan, mudah rusak dan peralatan menjadi usang serta tidak efisien.
Menurut undang-undang perpajakan, perusahaan dapat menggunakan biaya penyusutan sebagai pengurang pajak terhadap pendapatan yang kena pajak.
Biaya penyusutan yang lebih tinggi bisa menghemat pajak dan penghasilan kena pajak yang lebih rendah.
Berbagai metode untuk menghitung penyusutan bergantung pada industri, ukuran, persyaratan akuntansi, dan jenis aset yang dibeli.
Di bawah ini adalah beberapa teknik tersebut:
1. Garis lurus
Metode garis lurus adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk menghitung penyusutan yang berlaku untuk aset, seperti kendaraan, komputer, perabot kantor, dan gedung kantor.
Dengan metode ini, jumlah penyusutan setiap aset tetap nilainya tetap sama pada setiap periode akuntansi.
Di bawah ini adalah rumus untuk menghitung biaya penyusutan tahunan dengan menggunakan teknik garis lurus:
Biaya penyusutan tahunan = (Biaya aset – nilai sisa) : Umur manfaat aset
Biaya aset adalah harga beli, nilai sisa adalah nilai aset setelah perkiraan masa manfaatnya dan masa pakai aset adalah periode di mana bisnis dapat memanfaatkannya.
Baca juga: Mengetahui Metode Garis Lurus Pada Penghitungan Penyusutan Aset
2. Saldo menurun ganda
Metode saldo menurun ganda menggabungkan metode garis lurus dan metode saldo menurun untuk menghitung biaya penyusutan.
Teknik ini mendepresiasi aset dua kali lebih cepat dibandingkan dengan teknik depresiasi biasa.
Perusahaan menggunakan teknik ini untuk aset yang lebih produktif di tahun-tahun awal dan mungkin kehilangan nilai yang signifikan di tahun-tahun berikutnya.
Karena perusahaan dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari aset ini di awal umur aset, mereka mendepresiasi aset tersebut secara besar-besaran di tahun-tahun sebelumnya, sehingga mengurangi jumlah kena pajak.
Ini memungkinkan mereka untuk menunda pajak penghasilan ke tahun-tahun berikutnya.
Rumus untuk menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode ini adalah:
Biaya penyusutan tahunan = 2 x Biaya aset x Tarif penyusutan
Di mana tingkat penyusutan dihitung dengan cara = 1 : masa manfaat aset
Baca juga: Saldo Menurun Ganda: Arti, Rumus, Cara Hitung, dan Contohnya
3. Unit produksi
Dalam metode unit produksi, bisnis mengubah jumlah biaya penyusutan tergantung pada berapa kali menggunakan aset dari waktu ke waktu.
Metode ini mempertimbangkan penggunaan praktis aset dalam proses produksi alih-alih mempertimbangkan masa manfaatnya.
Metode unit produksi berguna untuk aset yang digunakan per unit dan mengalami keausan berat, seperti bagian mesin tertentu.
Dengan menggunakan metode ini, perusahaan dapat menunjukkan biaya penyusutan yang lebih tinggi di tahun-tahun dengan produksi yang lebih tinggi, sehingga membantu mengimbangi biaya produksi lainnya.
Di bawah ini adalah rumus untuk menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode unit produksi:
Biaya penyusutan = (Biaya aset tetap – Nilai residu : Perkiraan total produksi) x Produksi aktual
Baca juga: Metode Unit Produksi: Salah Satu Metode Penyusutan yang Harus Anda Tahu
4. Jumlah digit tahun
Menurut jumlah tahun, penyusutan terjadi lebih cepat daripada metode garis lurus, tetapi lebih lambat daripada metode saldo menurun.
Pada tahun-tahun awal, biaya penyusutan lebih tinggi dan pada tahun-tahun berikutnya menurun.
Saat aset mendekati akhir masa manfaatnya, nilainya berkurang.
Untuk memperhitungkan hal ini, Anda mengalokasikan penyusutan maksimum pada tahun pertama sejak Anda belum mendapatkan kembali jumlah modal yang Anda investasikan dalam aset tersebut.
Biaya penyusutan = Biaya yang dapat disusutkan x (Sisa masa manfaat aset : Jumlah digit tahun)
- Biaya yang dapat disusutkan = Biaya aset – Nilai sisa
- Jumlah digit tahun = (n(n +1))/2 dimana n adalah masa manfaat aset
Contoh Perhitungan Rumus Penyusutan dan Jurnalnya
Di bawah ini adalah beberapa contoh untuk menghitung penyusutan menggunakan metode berikut:
Metode garis lurus
Di bawah ini adalah contoh perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus:
Sebuah perusahaan membeli mebel senilai Rp. 11.000.000. Nilai sisa perabot ini adalah 1.000.000 dan memiliki masa manfaat 10 tahun.
Anda dapat menghitung biaya penyusutan seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
- Nilai aset: Rp. 11.000.000
- Nilai sisa: Rp. 1.000.000
- Masa manfaat: 10 tahun
Biaya depresiasi = (Rp. 11.000.000 – Rp. 1.000.000) : 10 = Rp. 1.000.0000
Maka jurnal penyusutan aset untuk tahun pertama ialah:
Nama Akun | Debit | Kredit |
Beban Penyusutan | 1.000.000 | |
Akumulasi Penyustan | 1.000.000 |
Perusahaan dapat memotong Rp. 1.000.000 setiap tahun selama 10 tahun.
Nantinya selama masa manfaat aset, akan terbentuk nilai penyusutan seperti tabel berikut:
Tahun | Nilai Buku Awal | Beban Penyusutan | Nilai Buku Akhir |
---|---|---|---|
1 | Rp11.000.000 | Rp1.000.000 | Rp10.000.000 |
2 | Rp10.000.000 | Rp1.000.000 | Rp9.000.000 |
3 | Rp9.000.000 | Rp1.000.000 | Rp8.000.000 |
4 | Rp8.000.000 | Rp1.000.000 | Rp7.000.000 |
5 | Rp7.000.000 | Rp1.000.000 | Rp6.000.000 |
6 | Rp6.000.000 | Rp1.000.000 | Rp5.000.000 |
7 | Rp5.000.000 | Rp1.000.000 | Rp4.000.000 |
8 | Rp4.000.000 | Rp1.000.000 | Rp3.000.000 |
9 | Rp3.000.000 | Rp1.000.000 | Rp2.000.000 |
10 | Rp2.000.000 | Rp1.000.000 | Rp1.000.000 |
Metode saldo menurun ganda
Anda dapat menggunakan perhitungan serupa untuk metode saldo menurun.
Di bawah ini adalah contoh perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda:
Sebuah perusahaan membeli peralatan senilai Rp. 7.000.000. Perkiraan nilai sisa peralatan adalah Rp. 700.000 dengan masa pakai selama 8 tahun.
- Nilai aset: Rp. 7.000.000
- Nilai penyelamatan: Rp. 700.000
Tingkat penyusutan = 1/8*100 = 12,5%
Biaya depresiasi tahunan = 2 x (12,5%) x Rp7.000.000 = Rp. 1.750.000
Perusahaan dapat mengurangi jumlah ini dari nilai aset pada tahun pertama dengan bentuk jurnal penyusutan sebagai berikut:
Nama Akun | Debit | Kredit |
Beban Penyusutan | 1.750.000 | |
Akumulasi Penyustan | | 1.750.000 |
Untuk tahun kedua, nilai aset menjadi Rp5.250.000. Untuk tahun kedua, biaya penyusutan adalah:
Biaya penyusutan tahunan = 2 x (12,5%) x Rp5.250.000 = Rp1.312.500
Perusahaan dapat mengurangi jumlah ini dari perubahan nilai aset pada tahun kedua.
Berikut tabel penyutasn aset dengan menggunakan metode saldo menurun ganda:
Tahun | Nilai Buku Awal | Beban Penyusutan (25%) | Nilai Buku Akhir |
---|---|---|---|
1 | Rp7.000.000 | Rp1.750.000 | Rp5.250.000 |
2 | Rp5.250.000 | Rp1.312.500 | Rp3.937.500 |
3 | Rp3.937.500 | Rp984.375 | Rp2.953.125 |
4 | Rp2.953.125 | Rp738.281 | Rp2.214.844 |
5 | Rp2.214.844 | Rp553.711 | Rp1.661.133 |
6 | Rp1.661.133 | Rp415.283 | Rp1.245.850 |
7 | Rp1.245.850 | Rp311.463 | Rp934.387 |
8 | Rp934.387 | Rp234.240 | Rp700.147* |
*Nilai akhir didekati ke nilai sisa Rp700.000.
Baca juga: Apa Itu Beban Penyusutan? Berikut Pengertian Lengkap dan Metode Penghitungannya
Metode jumlah digit tahun
Di bawah ini adalah contoh perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan metode jumlah tahun:
Sebuah perusahaan membeli mebel senilai Rp. 11.000.000. Nilai sisa perabot ini adalah Rp. 1.000.000 dan memiliki masa manfaat 10 tahun. Anda dapat menghitung biaya penyusutan menggunakan rumus:
- Nilai aset: Rp. 11.000.000
- Nilai sisa: Rp. 1.000.000
- Umur aset: 10 tahun
Jumlah angka tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 55
Biaya depresiasi = (10: 55) x (Rp. 11.000.000 – Rp. 1.000.000) = Rp. 1.818.181
Pada tahun pertama, perusahaan dapat mencatat jurnal penyusutan berikut:
Nama Akun | Debit | Kredit |
Beban Penyusutan | 1.818.181 | |
Akumulasi Penyustan | | 1.818.181 |
Karena umur sistem berkurang satu setiap tahun, persamaan untuk tahun kedua adalah:
Biaya depresiasi = (9/55) x (Rp. 11.000.000 – Rp. 1.000.000) = Rp. 1.636.636
Lanjutkan proses ini hingga Anda mencapai nilai sisa akhir.
Berikut contoh perhitungannya:
Tahun | Fraksi Tahun | Beban Penyusutan | Nilai Buku Akhir |
---|---|---|---|
1 | 10/55 | Rp1.818.181 | Rp9.181.819 |
2 | 9/55 | Rp1.636.364 | Rp7.545.455 |
3 | 8/55 | Rp1.454.545 | Rp6.090.909 |
4 | 7/55 | Rp1.272.727 | Rp4.818.182 |
5 | 6/55 | Rp1.090.909 | Rp3.727.273 |
6 | 5/55 | Rp909.091 | Rp2.818.182 |
7 | 4/55 | Rp727.273 | Rp2.090.909 |
8 | 3/55 | Rp545.455 | Rp1.545.455 |
9 | 2/55 | Rp363.636 | Rp1.181.818 |
10 | 1/55 | Rp181.818 | Rp1.000.000 |
Metode unit produksi
Di bawah ini adalah contoh perhitungan biaya penyusutan dengan menggunakan metode unit produksi:
Sebuah perusahaan membeli mesin pemotong bahan seharga Rp. 52.500.000, memiliki nilai sisa Rp. 4.200.000 dan masa manfaat 9000 jam.
- Nilai aset: Rp. 52.500.000
- Nilai sisa: Rp. Rp. 4.200.000
- Masa manfaat: 9000 jam
Unit biaya produksi per jam = ( Rp. 52.500.000 – Rp. 4.200.000) : 9000 = Rp. 5.366 per jam.
Dalam metode ini, penyusutan dihitung berdasarkan jam aktual pemakaian setiap tahunnya.
Artinya, makin sering mesin digunakan, makin besar nilai penyusutannya.
Sedangkan rincian perhitungan nilai penyusutan mesin per tahunnya ditunjukan pada tabel berikut:
Tahun | Jam Operasional | Biaya per Jam | Beban Penyusutan | Nilai Buku Akhir |
---|---|---|---|---|
1 | 1.500 jam | Rp5.366 | Rp8.049.000 | Rp44.451.000 |
2 | 1.200 jam | Rp5.366 | Rp6.439.200 | Rp38.011.800 |
3 | 1.500 jam | Rp5.366 | Rp8.049.000 | Rp29.962.800 |
4 | 2.000 jam | Rp5.366 | Rp10.732.000 | Rp19.230.800 |
5 | 2.800 jam | Rp5.366 | Rp15.045.800 | Rp4.185.000* |
Total | 9000 jam | Rp48.300.000 |
*Nilai akhir mendekati nilai sisa Rp4.200.000
Baca juga: Jurnal Penyusutan: Pengertian, Metode, dan Contoh Kasusnya
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Penyusutan Aset
Penyusutan adalah proses penurunan nilai suatu aset tetap seiring waktu.
Penurunan ini bisa disebabkan oleh pemakaian, penuaan, atau karena aset menjadi usang.
Penyusutan ini bukan hanya soal angka dalam laporan keuangan tapi juga berperan besar dalam pengambilan keputusan bisnis, efisiensi operasional, hingga kepatuhan terhadap aturan pajak.
Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi seberapa cepat atau lambat nilai aset Anda mengalami penyusutan:
1. Merek atau Brand Aset
Aset dari merek ternama biasanya mengalami penyusutan yang lebih lambat.
Mengapa? Karena reputasi brand mencerminkan kualitas, daya tahan, dan nilai jual kembali yang tinggi.
Contohnya, alat berat dari merek terkenal seperti Caterpillar atau Komatsu cenderung mempertahankan nilainya lebih lama dibandingkan produk dari brand yang kurang dikenal.
Kuncinya: semakin baik reputasi produsennya, semakin besar kepercayaan pasar—yang otomatis menekan laju penyusutan.
2. Jam Pemakaian
Semakin sering sebuah aset digunakan, semakin cepat ia menyusut.
Hal ini berkaitan langsung dengan wear and tear atau kerusakan akibat pemakaian.
Namun bukan berarti aset harus jarang dipakai agar awet. Solusinya justru ada pada perawatan berkala.
Dengan inspeksi rutin, kalibrasi alat, hingga penggantian suku cadang tepat waktu, Anda bisa memperlambat proses penyusutan.
Tips: Gunakan software manajemen aset untuk menjadwalkan dan memantau perawatan agar tidak ada tugas penting yang terlewat.
Baca juga: Akumulasi Depresiasi: Pengertian, Cara Hitung, dan Contohnya
3. Biaya Perolehan Aset
Biaya yang digunakan untuk menghitung penyusutan bukan cuma harga beli aset. Anda juga harus memperhitungkan:
- Biaya pengiriman
- Biaya pemasangan
- Biaya perakitan
- Pajak pembelian
Contoh:
Jika Anda membeli mesin seharga Rp15.000.000, lalu membayar Rp3.000.000 untuk pemasangan, Rp1.500.000 untuk pengiriman, dan Rp500.000 pajak, maka total biaya aset untuk penyusutan adalah Rp20.000.000.
Namun, perlu diingat bahwa bunga dari pinjaman untuk membeli aset tidak termasuk dalam perhitungan ini.
4. Estimasi Umur Manfaat
Umur manfaat adalah perkiraan berapa lama suatu aset bisa digunakan untuk menghasilkan manfaat ekonomis.
Aset tidak harus rusak untuk dianggap sudah habis umur manfaatnya.
Jika aset cukup tidak efisien atau biaya operasionalnya sudah lebih tinggi daripada nilai yang diberikannya, maka umur manfaatnya sudah habis.
Faktor yang memengaruhi umur manfaat meliputi:
- Kualitas alat (merek dan tipe)
- Frekuensi penggunaan
- Lingkungan kerja (debu, kelembapan, suhu ekstrem)
- Pola perawatan
Semakin realistis dan akurat estimasi ini, semakin tepat juga nilai penyusutan yang dicatat.
5. Nilai Residu atau Nilai Sisa
Nilai residu adalah nilai yang diperkirakan masih bisa diperoleh dari aset setelah habis masa manfaatnya.
Nilai ini akan mengurangi total penyusutan selama umur aset.
Contoh:
Jika Anda membeli alat seharga Rp50.000.000 dan memperkirakan bisa menjualnya kembali seharga Rp5.000.000 setelah 10 tahun, maka total yang akan disusutkan hanya Rp45.000.000.
6. Obsolescence atau Keusangan Teknologi
Teknologi berkembang pesat.
Mesin atau alat yang hari ini terasa canggih, bisa jadi dalam 2–3 tahun ke depan sudah kalah saing oleh teknologi baru yang lebih efisien, otomatis, dan terhubung dengan internet (IoT).
Contohnya:
- Mesin konvensional tanpa fitur sensor akan menyusut lebih cepat karena kalah dibanding mesin dengan pemantauan GPS, telematics, atau AI.
Jadi, keusangan bukan hanya karena fisik aset rusak, tapi juga karena tidak lagi relevan dengan kebutuhan zaman.
Baca juga: Download Template Penyusutan Garis Lurus dalam Metode Depresiasi
Hal yang Perlu Dipertimbangkan Saat Memilih Metode Penyusutan
Metode biaya penyusutan bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat penyusutan aset.
Untuk memilih metode penghitungan biaya penyusutan, pertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Konsistensi nilai: Gunakan metode penyusutan garis lurus untuk aset yang memiliki nilai konsisten. Metode ini mendistribusikan biaya secara merata selama masa manfaat suatu aset.
- Depresiasi tahun: Gunakan metode saldo menurun untuk aset yang nilainya terdepresiasi dengan cepat dalam beberapa tahun pertama pembelian.
- Penyusutan produksi: Gunakan metode unit produksi untuk mesin produksi. Cara ini juga memungkinkan Anda untuk mengontrol pengeluaran saat produksi naik atau turun.
Memahami Penyusutan dalam Bisnis dan Akuntansi
Depresiasi adalah beban, yang artinya muncul sebagai akun pada laporan laba rugi Anda dan mengurangi laba bersih.
Banyak pemilik usaha menganggap penyusutan membingungkan karena biaya penyusutan pada laporan laba rugi tidak sesuai dengan arus kas.
Mengingat poin-poin berikut dapat membantu menyederhanakan konsep penyusutan:
- Depresiasi bukanlah beban tunai. Artinya, bisnis mengeluarkan uang secara fisik ketika terjadi penyusutan. Sebaliknya, bisnis mencatat atau mengakui biaya aset dari waktu ke waktu pada laporan laba rugi.
- Oleh karena itu, penyusutan biasanya tidak bersamaan dengan saat bisnis membeli aset, bahkan jika pembelian dilakukan dari waktu ke waktu dengan pembayaran cicilan.
- Depresiasi mencocokkan biaya dengan periode waktu tertentu, tetapi ini bukan konsep berbasis akrual. Perhitungan ini akan muncul baik pada laporan keuangan basis kas maupun basis akrual.
Baca juga: Depresiasi dan Amortisasi: Pengertian dan Perbedaannya (Tabel)
Menggunakan Penyusutan untuk Mengelola Kebutuhan Kas
Salah satu manfaat yang sering diabaikan dari pengakuan penyusutan yang tepat dalam laporan keuangan Anda adalah bahwa perhitungan tersebut dapat membantu Anda merencanakan dan mengelola kebutuhan kas bisnis Anda.
Ini sangat membantu jika Anda ingin membayar tunai untuk aset masa depan daripada mengambil pinjaman untuk mendapatkannya.
Karena Anda telah meluangkan waktu untuk menentukan masa manfaat peralatan Anda untuk tujuan penyusutan, Anda dapat membuat asumsi cerdas tentang kapan bisnis perlu membeli peralatan baru.
Semakin awal Anda dapat mulai merencanakan pembelian, semakin mudah untuk mengganti peralatan saat waktunya tiba.
Baca juga: Revaluasi Aset: Pengertian Lengkap, Metode, dan Contoh Penghitunganya
FAQ
Bagaimana cara menghitung akumulasi penyusutan?
Untuk menghitung akumulasi penyusutan, ikuti langkah-langkah berikut:
- Tentukan nilai aset tetap atau barang modal yang akan disusutkan.
- Tentukan nilai residu, yaitu nilai aset tetap atau barang modal yang diperkirakan masih dapat dijual atau digunakan setelah masa manfaatnya berakhir.
- Tentukan masa manfaat, yaitu periode waktu selama aset tetap atau barang modal tersebut digunakan dalam operasi bisnis.
- Hitung biaya penyusutan tahunan dengan menggunakan salah satu metode penyusutan yang umum seperti metode garis lurus atau metode saldo menurun ganda. Contoh perhitungan metode garis lurus: Biaya penyusutan tahunan = (nilai aset – nilai residu) / masa manfaat
- Hitung akumulasi penyusutan tahunan dengan mengalikan biaya penyusutan tahunan dengan jumlah tahun yang telah berlalu. Contoh perhitungan untuk tahun ke-3: Akumulasi penyusutan tahun ke-3 = biaya penyusutan tahunan x 3
- Jumlahkan akumulasi penyusutan tahunan dari tahun pertama hingga tahun sekarang untuk mendapatkan total akumulasi penyusutan pada saat ini. Total akumulasi penyusutan = akumulasi penyusutan tahun ke-1 + akumulasi penyusutan tahun ke-2 + akumulasi penyusutan tahun ke-3 + … + akumulasi penyusutan tahun ke-n
Metode penyusutan ada berapa?
Ada beberapa metode penyusutan yang dapat digunakan dalam akuntansi, di antaranya:
- Metode garis lurus
- Metode saldo menurun ganda
- Metode unit produksi
- Metode jumlah digit tahun
Setiap metode penyusutan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung pada sifat aset dan kebutuhan bisnis.
Namun, metode garis lurus dan metode saldo menurun adalah dua metode yang paling umum digunakan dalam praktik akuntansi.
Apa saja yang menentukan nilai penyusutan?
Nilai penyusutan aset tetap ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
- Nilai aset tetap: Nilai penyusutan aset tetap didasarkan pada nilai perolehan atau biaya aset. Nilai ini mencakup biaya pembelian, biaya pengiriman, pajak, dan biaya-biaya lain yang terkait dengan memperoleh atau memperbaiki aset tersebut.
- Masa manfaat: Masa manfaat adalah periode waktu selama aset tetap atau barang modal tersebut digunakan dalam operasi bisnis. Penyusutan dihitung berdasarkan masa manfaat yang ditentukan, yang dapat bervariasi dari beberapa tahun hingga beberapa puluh tahun tergantung pada jenis aset.
- Nilai residu: Nilai residu adalah nilai yang diperkirakan masih dapat dijual atau digunakan setelah masa manfaat aset berakhir. Nilai residu ini digunakan untuk menghitung nilai buku aset pada akhir masa manfaatnya.
Kelola Penyusutan Lebih Mudah dengan Menggunakan Kledo

Itulah penjelasan mengenai rumus penyusutan beserta contoh dan cara hitungnya. Guna memudahkan proses penghitungan dan pencatatan depresiasi, Anda bisa menggunakan bantuan software akuntansi seperti Kledo.
Kledo merupakan software terpercaya yang dibekali dengan berbagai fitur mulai dari otomatisasi laporan keuangan, software inventory, aplikasi invoice, pajak, dan masih banyak lagi.
Tertarik mencoba? Anda bisa mencoba Kledo gratis selama 14 hari melalui tautan ini.
- 4 Rumus Metode Penyusutan, Contoh, dan Cara Hitungnya - 30 Mei 2025
- Job Order Costing: Pembahasan Lengkap dan Cara Hitungnya - 30 Mei 2025
- Download Template Faktur Word dan Excel Gratis Di Sini! - 28 Mei 2025