Salah satu kesulitan yang dihadapi pemilik toko retail adalah manajemen inventaris.
“Produk mana yang harus saya pesan lebih banyak, produk mana yang harus saya pesan lebih sedikit?”
Jika Anda memiliki pertanyaan seperti ini, sudah saatnya Anda mempertimbangkan prinsip pareto atau aturan 80:20 dalam mengelola inventaris.
Banyak sekali perusahaan yang menerapkan aturan ini dan kemudian menuai kesuksesan dalam bisnisnya.
Tapi, apa sebenarnya prinsip pareto itu? Simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!
Pengertian Prinsip Pareto dalam Manajemen Stok
Prinsip Pareto atau yang dikenal sebagai aturan 80/20, menyatakan bahwa 80% hasil berasal dari 20% penyebab.
Karena itu, Anda perlu mengetahui dan memprioritaskan 20% faktor yang menghasilkan pemasukan tertinggi.
Dalam manajemen inventaris, prinsip ini mengindikasikan bahwa sekitar 20% dari total produk Anda bisa menghasilkan 80% dari total profit.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip ini, Anda bisa:
- Meningkatkan modal kerja (working capital)
- Menyesuaikan stok barang dengan permintaan pelanggan secara lebih akurat
- Memaksimalkan profit dengan mengoptimalkan produk-produk yang paling menguntungkan
Ingat, angka 80/20 bukan aturan pasti. Dalam beberapa bisnis, proporsinya bisa berbeda, seperti 90/10 atau 70/30.
Namun, inti dari prinsip ini tetap sama: fokuslah pada sebagian kecil item yang memberi dampak paling besar.
Baca Juga: Manajemen Operasional: Pengertian, Fungsi, Tips, & Pembahasannya
Contoh Prinsip Pareto
Prinsip Pareto dapat terlihat dalam berbagai bidang. Berikut adalah beberapa contohnya yang paling umum:
1. Dalam manajemen bisnis
Dalam bisnis, seringkali 20% dari proses internal menghasilkan 80% dari hasil operasional.
Sejumlah kecil inisiatif strategis cenderung mendorong sebagian besar peningkatan besar dalam perusahaan.
Demikian pula, beberapa persen karyawan sering kali menyumbang sebagian besar produktivitas, itulah sebabnya penting untuk mengenali dan mempertahankan talenta terbaik.
2. Dalam pemasaran
Strategi pemasaran juga mengikuti pola ini. Biasanya, 20% dari kampanye menghasilkan sekitar 80% dari dampak keseluruhan.
Hal yang sama berlaku untuk traffic situs web, di mana sebagian kecil kata kunci membawa sebagian besar pengunjung ke situs.
3. Dalam rantai pasokan
Saat mengelola inventaris, perusahaan sering menemukan bahwa sebagian kecil produk menyumbang sebagian besar dari total nilai stok.
Oleh karena itu, masuk akal untuk lebih memfokuskan perhatian pada item-item kunci tersebut.
Demikian pula, dalam pengadaan, 20% pemasok biasanya bertanggung jawab atas 80% dari total pembelian, sehingga penting untuk membangun hubungan yang kuat dengan mitra kunci ini.
4. Dalam kehidupan sehari-hari
Prinsip Pareto juga dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari kita.
Misalnya, 20% dari tugas yang kita lakukan dalam sehari sering kali menghasilkan 80% dari hasil yang kita capai.
Demikian pula, dalam jaringan profesional kita, biasanya 20% orang memberikan sebagian besar peluang kerja atau bisnis.
Hal ini menunjukkan pentingnya membina dan memperkuat hubungan-hubungan kunci tersebut.
Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana Prinsip Pareto dapat membantu mengidentifikasi area di mana kita sebaiknya memfokuskan upaya kita, mengoptimalkan sumber daya, dan memaksimalkan hasil.
Baca Juga: Apa Itu Budgeting? Berikut Adalah Penjelasannya & 20 Tips Budgeting
Bagaimana Cara Mengklasifikasikan Inventaris?

Sebelum mengaplikasikan prinsip pareto, Anda perlu mengetahui lebih dulu bagaimana cara mengklasifikasikan inventori Anda.
Ada berbagai cara untuk mengklasifikaskan inventaris. Salah satu cara yang paling umum adalah dengan membaginya ke dalam 4 tipe:
Bahan baku
Bahan baku mencakup bahan langsung dan tidak langsung untuk membuat produk.
- Bahan langsung adalah komponen yang menjadi bagian dari produk akhir. Misalnya, telur untuk membuat kue, kayu untuk membuat meja, dan sutra untuk membuat syal.
- Bahan tidak langsung adalah bahan habis pakai dalam proses produksi, seperti minyak, lem, alat sekali pakai, lampu, dll.
Work in progress (WIP)
WIP adalah barang yang sedang dalam proses dan memerlukan modifikasi lebih lanjut sebelum dijual ke pasar, seperti tepung, kain, lembaran kaca, atau bingkai jendela.
Barang jadi
Barang jadi adalah produk yang siap dijual.
Produk ini bisa berupa barang konsumsi atau barang perantara untuk produsen lain, seperti roti untuk toko sandwich atau kain untuk pembuat pakaian.
Maintenance, repair, and operations (MRO)
MRO adalah item yang digunakan untuk menjaga bisnis tetap berjalan, seperti alat, peralatan, atau suku cadang.
Beberapa model bisnis hanya melibatkan satu jenis inventaris di atas, sementara beberapa produsen membutuhkan keempatnya.
Oleh karena itu, Anda harus menetapkan prosedur pengendalian inventaris yang disesuaikan untuk bisnis Anda dan mencakup seluruh rincian biaya dan sumber bahan dalam satu sistem.
Baca Juga: Inventory Plan (Recana Persediaan): Proses dan Analisanya
Bagaimana Cara Mengkategorikan Inventaris?

Setelah Anda memahami “apa itu aturan inventaris 80/20”, Anda harus memiliki pengkategorian yang sesuai untuk inventaris Anda.
Salah satu cara paling populer adalah menggunakan metode inventaris ABC untuk produk Anda, di mana Anda membagi produk ke dalam 3 kelompok berdasarkan nilai dan profitabilitasnya:
- Barang A: 20% teratas dari produk Anda yang menghasilkan 70% penjualan
- Barang B: 30% tengah dari produk Anda yang menghasilkan 20% penjualan
- Barang C: 50% terbawah dari produk Anda yang menghasilkan 10% penjualan
Dengan hierarki ini, Anda sebaiknya memprioritaskan item “A” dan memastikan item tersebut mudah diakses oleh pelanggan.
Produk ini menghasilkan keuntungan terbesar, sehingga memerlukan pengawasan paling ketat.
Item “B” tetap penting, namun tidak sepenting item “A” karena volume penjualan atau profitabilitasnya lebih rendah.
Item “C” memiliki dampak paling kecil terhadap penjualan dan margin keuntungan terendah.
Aturan inventaris ABC sangat mendukung prinsip Pareto. Dengan menggunakan aturan ini, Anda dapat fokus pada item yang paling krusial bagi keberhasilan bisnis Anda.
Aturan ABC membantu menyempurnakan proses operasional seperti titik pemesanan ulang, lead time, dan stok pengaman.
Hal ini pada akhirnya membantu bisnis mengendalikan biaya modal kerja dan meningkatkan rasio inventory turnover.
Baca Juga: Mengetahui Analisis ABC dalam Manajemen Persediaan Bisnis
Kelebihan dan Kekurangan Prinsip Pareto
Seperti alat bisnis lainnya, Prinsip Pareto aturan inventaris 80/20 memiliki kelebihan sekaligus kekurangan dalam pengelolaan inventaris.
Kelebihan
Manfaat terbesar dari penggunaan aturan ini adalah dapat membantu meningkatkan profit dan produktivitas.
Karena metrik ini berdasarkan analisis statistik, aturan ini bisa menjadi panduan terpercaya untuk mengendalikan inventaris.
Misalnya, mengetahui 20% produk dengan performa terbaik berarti Anda bisa lebih fokus dan mengalokasikan sumber daya untuk memaksimalkannya.
Artinya, Anda bisa menambah stok agar produk-produk unggulan ini selalu tersedia untuk pelanggan atau melatih tim penjualan agar lebih fokus menjual produk-produk tersebut.
Sebaliknya, ketika Anda tahu produk mana yang “kurang laku”, Anda bisa mulai menyelesaikan masalah inventaris dengan memesan produk tersebut lebih sedikit atau bahkan menghapusnya.
Demikian pula, aturan 80/20 menyatakan bahwa sebagian besar penjualan berasal dari 20% pelanggan.
Mengidentifikasi pelanggan terbesar memungkinkan Anda mengoptimalkan aktivitas pemasaran dan penjualan kepada mereka untuk menciptakan keuntungan yang lebih besar.
Kekurangan Prinsip Pareto
Seperti yang disebutkan sebelumnya, aturan inventaris 80/20 bukanlah hukum mutlak. Ini adalah statistik umum, jadi tidak selalu akurat.
Kadang akan terjadi variasi, bisa jadi 70/30 atau 60/40. Selain itu, aturan ini bisa disalahartikan sehingga perusahaan hanya fokus pada 20% teratas dan mengabaikan sisanya. Ini salah.
Sebaiknya, gabungkan aturan ini dengan metode klasifikasi inventaris ABC, lalu cari cara untuk meningkatkan lebih banyak produk agar masuk ke kategori “A”.
Dengan begitu, Anda bisa mengurangi risiko bergantung hanya pada segelintir produk untuk menghasilkan pendapatan tinggi.
Kelemahan lain dari Prinsip Pareto dalam inventaris adalah prinsip tersebut hanya berlaku untuk data masa lalu.
Aturan ini bisa memberi informasi tentang stok saat ini, tetapi tidak memberikan proyeksi untuk masa depan, padahal situasi bisa berubah.
Di sinilah laporan tren dan wawasan dari tim penjualan berperan penting. Berbicara dengan pelanggan juga bisa membantu Anda memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik, sehingga Anda bisa merencanakan produk baru dengan lebih tepat.
Menggabungkan laporan industri dan wawasan pelanggan bisa membantu Anda menemukan produk kelas menengah yang mulai populer atau punya margin keuntungan bagus untuk investasi di masa depan.
Selain itu, jangan buru-buru melewatkan 20% produk terbawah tanpa berdiskusi dulu dengan tim penjualan.
Produk-produk yang kurang populer ini bisa saja punya potensi niche market yang menjanjikan jika Anda mampu mempromosikannya dengan cerdas.
Prinsip Pareto sangat berguna untuk pengendalian inventaris, tetapi harus Anda gunakan dengan bijak.
Jaga keseimbangan antara mengikuti aturan dan mempertimbangkan intuisi bisnis agar pelanggan tetap puas dengan produk dan layanan Anda.
Baca Juga: Pengertian Laporan Persediaan Barang, Cara Membuat, dan Jenisnya
6 Tips untuk Menerapkan Prinsip Pareto dalam Manajemen Inventaris

Penerapann prinsip pareto tidak harus terasa membingungkan jika Anda memiliki alat dan proses yang sesuai. Berikut adalah beberapa cara untuk memulainya:
1. Gunakan sistem manajemen inventaris
Sistem ini dapat memberikan wawasan penting seperti level stok, harga pokok penjualan, dan performa penjualan dari setiap SKU. Data ini bisa membantu Anda mengambil langkah selanjutnya.
- Untuk produk bernilai rendah namun cepat terjual: Temukan produk bernilai rendah yang mudah laku dan jadikan sebagai bagian utama dari inventaris Anda. Sebaliknya, kurangi atau hilangkan produk bernilai rendah yang sulit terjual.
- Untuk produk bernilai tinggi tapi lambat terjual: Pantau dengan ketat item inventaris yang menghasilkan keuntungan paling besar dan pastikan produk tersebut selalu tersedia di stok.
2. Manfaatkan 20% produk teratas yang paling laku dan paling menguntungkan
Produk terlaris Anda dan produk yang paling menguntungkan mungkin bukan berasal dari daftar yang sama.
Gunakan sistem inventaris untuk menyaring item yang memiliki volume penjualan tinggi dan margin keuntungan yang kuat.
Anda bisa mengidentifikasi produk yang sukses ketika memenuhi kedua kriteria tersebut.
Karena itu, analisis SKU mana yang memiliki performa bagus dan berpotensi masuk ke 20% teratas dalam waktu dekat.
3. Tingkatkan proses inventaris
Setelah memiliki daftar 20% teratas, teliti dengan seksama untuk mengoptimalkan proses inventaris, seperti kapan harus memesan ulang stok agar sesuai dengan permintaan dan ketersediaan. P
engendalian inventaris sangat penting untuk memastikan produk tersedia kapan pun pelanggan membutuhkannya.
4. Pantau biaya penyimpanan inventaris
Salah satu manfaat utama dari Prinsip Pareto dalam inventaris adalah kemampuannya untuk mengurangi biaya penyimpanan.
Ini membantu Anda mencegah menyimpan stok berlebih yang sulit dijual, sehingga meminimalkan modal yang mengendap di gudang.
Dengan biaya penyimpanan yang lebih rendah, Anda bisa mengalokasikan dana untuk aspek bisnis lain yang memberikan lebih banyak nilai.
5. Tingkatkan pemasaran
Setelah mengetahui produk paling menguntungkan, Anda bisa meningkatkan upaya pemasaran untuk SKU tersebut.
Produk terlaris mungkin sudah cukup dengan strategi pemasaran saat ini, namun produk dengan margin tinggi di luar 20% teratas bisa dipromosikan agar volume penjualannya meningkat.
Selanjutnya, pertimbangkan produk di 20% terbawah yang bisa Anda hentikan tanpa memengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan.
6. Pantau dan lakukan perbaikan terus-menerus
Selalu pantau performa produk-produk terbaik dan analisis data untuk menyempurnakan proses Anda.
Karena keinginan dan preferensi pelanggan bisa berubah, Anda perlu menyesuaikan inventaris secara berkala.
Seiring waktu, Anda akan membangun sistem manajemen inventaris yang kuat dan stabil untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
Baca Juga: Manajemen Stok: Pengertian, Manfaat, Teknik, dan Tips Melakukannya
Kesimpulan
Menerapkan Prinsip Pareto membantu bisnis mengelola berbagai produk dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Dengan kata lain, Anda bisa fokus berkonsentrasi pada sekian persentase kecil produk yang menghasilkan memiliki dampak terbesar, entah itu dalam hal keuntungan atau lainnya.
Untuk menerapkan Prinsip Pareto dengan akurat, gunakan aplikasi kasir Kledo POS. Deng fitur monitoring produk secara real-time, pelaporan otomatis, dan integrasi dengan software akuntansi, Kledo POS membantu Anda mengelola persediaan dengan efisien.
Jika Anda tertarik menggunakan Kledo POS, Anda bisa klik tautan ini untuk mencobanya.
- Apa itu Prinsip Pareto (Aturan 80:20) dalam Manajemen Stok? - 15 April 2025
- Marketing Automation: Fungsi dan Contohnya - 14 April 2025
- 4 Taktik Dominasi Pasar untuk Kesuksesan Bisnis Anda - 14 April 2025