Rasio perolehan modal mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran modal (Capex) menggunakan sumber dana internalnya, atau arus kas operasional (OCF).
Dalam konteks ini, rasio ini mengukur perbandingan antara jumlah modal yang diperoleh dengan jumlah modal yang sebenarnya diperlukan.
Hal ini menjadi sangat relevan dalam proses perencanaan keuangan perusahaan, karena keberhasilan pengumpulan modal yang efisien dapat menjadi faktor penentu dalam kelancaran kegiatan usaha, baik untuk ekspansi, pengembangan produk, maupun pemeliharaan operasional sehari-hari.
Rasio ini memberikan gambaran yang jelas tentang kemampuan perusahaan untuk menarik investor, mengelola sumber daya finansial, serta memitigasi risiko finansial yang mungkin timbul akibat kekurangan modal.
Dengan kata lain, rasio perolehan modal tidak hanya mencerminkan kesehatan finansial perusahaan, tetapi juga potensi pertumbuhannya di masa depan.
Pada artikel kali ini kami akan membahas cara menghitung rasio perolehan modal beserta kalkulator yang bisa Anda gunakan dan juga contoh kasus penghitungannya.
Cara Menghitung Rasio Perolehan Modal

Dalam perencanaan modal, rasio akuisisi modal membandingkan arus kas operasional (OCF) suatu perusahaan dengan pengeluaran modalnya (Capex) untuk menentukan apakah aktivitas bisnis inti perusahaan menghasilkan arus kas yang cukup untuk membiayai pembelian aset tetap (PP&E).
Tujuan utama perencanaan modal adalah memastikan bahwa proyek dan investasi jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan—yaitu pengeluaran modal (Capex)—memenuhi tingkat ambang batas minimum dalam hal keuntungan dan pengembalian.
Oleh karena itu, rasio perolehan modal, yang juga disebut sebagai “rasio arus kas terhadap Capex”, adalah metode untuk memastikan bahwa modal yang dialokasikan untuk pembelian aset tetap merupakan nilai tambah bersih bagi perusahaan dalam jangka panjang (yaitu penciptaan nilai), bukan kerugian bersih.
Proyek atau investasi yang menyebabkan kerugian bersih, yaitu penurunan nilai total perusahaan, akan ditandai oleh rasio arus kas terhadap Capex kurang dari 1,0x.
Dua masukan yang diperlukan dalam rumus, yaitu arus kas operasional (OCF) dan pengeluaran modal (Capex) perusahaan, dapat ditemukan pada laporan arus kas (CFS).
- Arus Kas Operasional (OCF) → Arus kas operasional, yaitu bagian arus kas dari operasi (CFO) pada laporan arus kas, adalah arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasional inti perusahaan selama periode tertentu. Perhitungan dimulai dengan laba bersih, yaitu metrik laba akrual dari laporan laba rugi, sebelum disesuaikan dengan item non-kas (misalnya depresiasi dan amortisasi) dan perubahan modal kerja bersih atau net working capital (NWC).
- Pengeluaran Modal (Capex) → Pos pengeluaran modal terdapat pada bagian investasi dalam laporan arus kas (CFS) dan mewakili pembelian aset tetap (PP&E) yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan laju pertumbuhan saat ini dan memfasilitasi pertumbuhan di masa depan. Yang pertama menggambarkan “pengeluaran modal pemeliharaan”, sedangkan yang kedua merujuk pada “pengeluaran modal pertumbuhan”. Meskipun pengeluaran yang dikategorikan sebagai pengeluaran modal pertumbuhan lebih bersifat diskresioner, pengeluaran modal pemeliharaan adalah pengeluaran minimum yang diperlukan untuk mendukung operasi berkelanjutan (misalnya penggantian peralatan).
Baca juga: Rasio Kecukupan Arus Kas: Rumus, Kalkulator, dan Contoh Kasus
Rumus Rasio Perolehan Modal
Rumus untuk menghitung rasio perolehan modal adalah sebagai berikut.
Rasio Perolehan Modal = Arus Kas Operasional (OCF) ÷ Pengeluaran Modal (Capex)
- Arus Kas Operasional (OCF) = Laba Bersih + Depresiasi dan Amortisasi – Penambahan Modal Kerja Bersih (NWC)
- Pengeluaran Modal (Capex) = Aset Tetap Akhir – Aset Tetap Awal + Depresiasi
Cara Menafsirkan Rasio Perolehan Modal
Aturan umum untuk menafsirkan rasio arus kas terhadap Capex adalah sebagai berikut:
Rasio perolehan modal > 1,0x
Arus kas operasional (OCF) perusahaan cukup untuk membiayai pengeluaran Capex yang diperlukan, dengan kas tambahan yang tersedia untuk dialokasikan ke pengeluaran modal pertumbuhan yang lebih fleksibel, atau sebagai “bantalan” untuk menghadapi periode siklus.
Semakin tinggi rasio akuisisi modal, semakin banyak arus kas diskresioner yang dihasilkan oleh operasi perusahaan, yang dapat diinvestasikan kembali ke dalam bisnis dan pengeluaran modal pertumbuhan, yaitu prospek perusahaan dalam hal potensi pertumbuhan pendapatan seharusnya dipandang positif oleh investor dan analis ekuitas.
Baca juga: Rasio Modal Kerja: Definisi, Fungsi, Komponen, Rumus, dan Contohnya
Rasio perolehan modal = 1,0x
Arus kas operasional (OCF) perusahaan cukup untuk membiayai tingkat pengeluaran capex saat ini, namun, kemungkinan besar akan lebih baik bagi perusahaan untuk mengurangi pengeluaran di masa depan.
Marginal kesalahan menimbulkan risiko signifikan bagi perusahaan, sehingga menerapkan langkah penghematan biaya dan meningkatkan likuiditas (misalnya melalui penjualan aset non-inti) merupakan keputusan yang tepat, terutama jika perusahaan beroperasi di industri yang padat modal dan sebagian besar pengeluaran modal historis dan proyeksinya termasuk dalam pengeluaran modal pemeliharaan.
Rasio perolehan modal < 1,0x
Arus kas operasional (OCF) perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran capex-nya. Serupa dengan skenario sebelumnya, langkah penghematan biaya diperlukan secara mendesak.
Hingga profil arus kas perusahaan membaik dan kemampuannya untuk mengakuisisi aset jangka panjang meningkat secara signifikan, sebagian besar pengeluaran capex-nya harus dikurangi hingga hanya terdiri dari capex pemeliharaan (dan tidak ada capex pertumbuhan).
Jika tidak, perusahaan berisiko menjadi tidak likuid, misalnya capex dapat menguras cadangan kas perusahaan dan menyebabkan perusahaan berpotensi gagal membayar bunga utang yang diwajibkan (dan gagal bayar kewajiban utang).
Baca juga: Apa itu Rasio Perputaran Modal Kerja? Berikut Pembahasan Lengkapnya
Kalkulator Rasio Perolehan Modal Gratis

Kalkulator Rasio Perolehan Modal
Rasio Perolehan Modal: 0
Contoh Kasus Perhitungan Rasio Perolehan Modal
Misalkan Anda ditugaskan untuk menentukan rasio akuisisi modal suatu perusahaan berdasarkan asumsi keuangan berikut.
Asumsi Keuangan (2025)
- Laba Bersih = 80 milyar
- Depresiasi = 25 milyar
- Amortisasi = 20 milyar
- (Peningkatan) / Penurunan Modal Kerja Bersih (NWC) = (5 milyar)
- Aset Tetap Awal (PP&E) = 85 milyar
- Aset Tetap Akhir (PP&E) = 100 milyar
Langkah pertama adalah menentukan arus kas operasional (OCF) perusahaan pada tahun 2022, yang akan kita hitung dengan menyesuaikan laba bersih dengan depresiasi dan amortisasi dan perubahan NWC.
Arus Kas Operasional (OCF) = 50 milyar + 25 milyar + 10 milyar – 5 milyar = 80 milyar
Pada langkah berikutnya, kita akan menghitung pengeluaran modal (Capex) perusahaan dengan mengurangkan saldo aset tetap awal periode dari saldo aset tetap akhir periode dan menambahkan kembali depresiasi.
Pengeluaran Modal (Capex) = 100 milyar – 85 milyar + 25 milyar = 40 milyar
Dengan perhitungan dua input selesai, kita dapat membagi arus kas operasional (OCF) perusahaan dengan pengeluaran modal (Capex) untuk mendapatkan rasio akuisisi modal sebesar 2,0x, yang menunjukkan bahwa arus kasnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran modal.
Rasio Perolehan Modal = 80 milyar ÷ 40 milyar = 2,0x
Baca juga: Rasio Loan To Value Adalah: Rumus, Cara Hitung, dan Contohnya
Bagaimana Cara Meningkatkan Rasio Perolehan Modal?

Untuk meningkatkan rasio perolehan modal atau Capital Acquisition Ratio, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membiayai pengeluaran modal (Capex) menggunakan sumber daya internal, yaitu arus kas operasional (OCF), ada beberapa strategi yang bisa diterapkan. Berikut adalah beberapa cara yang efektif untuk meningkatkan rasio ini:
1. Meningkatkan arus kas operasional (OCF)
Arus kas operasional yang lebih tinggi akan memungkinkan perusahaan untuk membiayai pengeluaran modal (Capex) lebih mudah tanpa bergantung pada pembiayaan eksternal.
Untuk meningkatkan arus kas operasional, perusahaan dapat:
- Meningkatkan Profitabilitas
Fokus pada peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya operasional. Dengan meningkatkan margin keuntungan, perusahaan akan menghasilkan lebih banyak kas dari operasionalnya. - Mengoptimalkan Pengelolaan Piutang dan Persediaan
Mempercepat pengumpulan piutang dan mengurangi jumlah persediaan yang berlebih dapat meningkatkan arus kas operasional. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan sistem manajemen piutang yang lebih ketat dan mengurangi waktu siklus persediaan. - Mengurangi Biaya Operasional
Menganalisis dan mengurangi pemborosan dalam proses operasional dapat membantu meningkatkan margin laba, yang pada gilirannya meningkatkan arus kas operasional.
2. Mengurangi pengeluaran modal (Capex)
Untuk meningkatkan rasio perolehan modal, perusahaan juga dapat mengurangi pengeluaran modal (Capex), sehingga perusahaan membutuhkan lebih sedikit dana untuk investasi pada aset tetap. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Mengoptimalkan Penggunaan Aset yang Ada
Sebelum melakukan pembelian aset baru, perusahaan dapat memaksimalkan penggunaan aset yang sudah ada dan melakukan perawatan yang lebih baik untuk menghindari pengeluaran modal yang tidak perlu. - Prioritaskan Investasi yang Menghasilkan Pengembalian Tinggi
Fokuskan pengeluaran modal pada proyek yang memberikan pengembalian yang tinggi dan memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi operasional atau profitabilitas. - Gunakan Aset yang Dimiliki
Jika memungkinkan, gunakan aset yang sudah dimiliki untuk mendanai investasi daripada membeli aset baru. Ini bisa mengurangi kebutuhan Capex dan meningkatkan rasio perolehan modal.
3. Memperbaiki pengelolaan modal kerja (NWC)
Pengelolaan modal kerja yang lebih baik dapat membantu mengoptimalkan arus kas operasional. Dengan memperbaiki manajemen piutang, persediaan, dan utang usaha, perusahaan dapat meningkatkan kas yang tersedia untuk membiayai pengeluaran modal.
Beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
- Percepat Penagihan Piutang
Dengan memastikan piutang ditagih lebih cepat, perusahaan dapat meningkatkan arus kas operasional yang tersedia untuk pengeluaran modal. - Mengelola Utang Usaha dengan Efisien
Menjaga hubungan yang baik dengan pemasok dan memperpanjang masa jatuh tempo pembayaran utang usaha (tanpa dikenakan denda atau bunga) bisa meningkatkan kas yang tersedia untuk operasional.
4. Peningkatan pengelolaan utang dan pembayaran dividen
- Penyusutan Utang
Mengurangi utang atau meminimalkan pembiayaan melalui utang dapat mengurangi biaya bunga dan beban pembayaran utang, yang akhirnya meningkatkan arus kas operasional. - Meninjau Kebijakan Dividen
Menunda atau mengurangi pembayaran dividen dapat meningkatkan jumlah arus kas yang tersedia untuk mendanai pengeluaran modal, terutama ketika perusahaan membutuhkan dana untuk investasi besar atau pengembangan lebih lanjut.
Baca juga: Rasio Utang: Pengertian, Jenis, Rumus dan Kalkulatornya
5. Mengurangi ketergantungan pada pembiayaan eksternal
Mengurangi ketergantungan pada utang atau pembiayaan ekuitas eksternal dapat membantu meningkatkan rasio perolehan modal. Beberapa cara untuk mencapai ini adalah:
- Menggunakan Keuntungan yang Ditahan
Daripada mengambil utang baru atau menerbitkan saham tambahan, perusahaan bisa lebih mengandalkan keuntungan yang ditahan untuk membiayai pengeluaran modal. - Memperluas Sumber Pembiayaan Internal
Perusahaan dapat mencari cara untuk meningkatkan dana internal, seperti dengan meningkatkan laba yang ditahan atau mencari pendanaan dari investor yang ada.
6. Mengelola risiko dengan bijak
Mengelola risiko operasional dan finansial secara efektif juga bisa meningkatkan rasio perolehan modal, karena hal ini dapat mengurangi ketidakpastian yang mempengaruhi arus kas dan pengeluaran modal.
Menjaga kestabilan finansial perusahaan akan membuat arus kas lebih terprediksi dan dapat digunakan untuk membiayai investasi secara lebih mandiri.
Baca juga: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Rumusnya
Pada Intinya...
Untuk meningkatkan rasio perolehan modal, perusahaan perlu fokus pada peningkatan arus kas operasional dan pengelolaan pengeluaran modal yang lebih efisien.
Mengoptimalkan pengelolaan piutang, persediaan, dan utang usaha, serta mengurangi ketergantungan pada utang eksternal, dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membiayai pengeluaran modal melalui sumber daya internal.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, perusahaan memerlukan alat yang dapat memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai arus kas dan pengeluaran modal.
Software akuntansi Kledo hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kledo memungkinkan perusahaan untuk melacak arus kas dan pengeluaran modal dengan mudah, serta memberikan wawasan yang jelas tentang kesehatan finansial perusahaan.
Dengan menggunakan Kledo, pengelolaan keuangan menjadi lebih terstruktur dan transparan, sehingga perusahaan bisa membuat keputusan yang lebih tepat dan strategis.
Menggunakan Kledo tidak hanya membantu dalam meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga mendukung upaya perusahaan untuk meningkatkan rasio perolehan modal dan menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.
- 6 Aplikasi Stok Barang Terbaik untuk Bisnis Tahun 2025, Praktis! - 30 Juni 2025
- Penghitungan PPN Kurang atau Lebih Bayar dan Penyebabnya - 24 Juni 2025
- Rasio Perolehan Modal: Rumus, Kalkulator, dan Contoh Kasus - 19 Juni 2025