Yield produksi adalah salah satu indikator penting dalam dunia manufaktur yang menunjukkan seberapa efisien proses produksi dalam menghasilkan produk yang sesuai standar kualitas.
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ini semakin populer karena perusahaan ingin mencari tahu cara agar operasional mereka bisa lebih efektif dan bisa terus berkompetisi.
Jika Anda ingin menekan biaya produksi, meningkatkan profitabilitas, dan juga daya saing perusahaan, maka Anda harus mengetahui apa itu yield produksi dan cara mengoptimalkannya.
Pada artikel ini, kami akan membahas lebih lanjut tentang yield produksi, jenis-jenis, faktor yang memengaruhinya, hingga tips meningkatkan yield produksi.
Memahami Pengertian Yield Produksi
Yield produksi adalah indikator untuk menilai seberapa besar kemungkinan proses manufaktur dalam menghasilkan produk yang bagus dan sesuai standar.
Indikator ini mencerminkan tingkat kualitas dan konsistensi proses produksi, serta menjadi acuan dalam memantau kinerja, menemukan ketidakefisienan, dan memastikan target kualitas serta output tercapai.
Karena menunjukkan kemungkinan, maka yield produksi dinyatakan dalam bentuk persentase (%).
Semakin tinggi persentasenya, maka artinya semakin banyak bahan baku yang berhasil diubah menjadi barang jadi yang memenuhi standar.
Baca Juga: Cara Melakukan Optimasi Produksi dalam Manufaktur
Jenis-Jenis Yield dalam Proses Manufaktur
Dalam dunia manufaktur, terdapat beberapa jenis yield yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi dan kualitas produksi.
Masing-masing jenis ini memiliki fungsi dan cara perhitungan yang berbeda dalam menggambarkan kinerja proses produksi.
1. Overall Manufacturing Yield
Overall manufacturing yield atau hasil produksi keseluruhan merupakan persentase yang dihitung dengan rumus:
Overall manufacturing yield (%) = (Jumlah produk baik / Total produk yang diproses) x 100
Sebagai contoh, jika sebuah pabrik memproduksi 10.000 rim kertas dan 9.000 di antaranya memenuhi standar kualitas, maka overall manufacturing yield-nya adalah 90%.
Namun, ukuran ini tidak selalu memberikan gambaran menyeluruh.
Jika proses produksi melibatkan perbaikan (rework) atau pengujian ulang produk cacat hingga akhirnya lolos inspeksi, hal tersebut tidak tercermin dalam overall yield.
Di sinilah indikator berikutnya, atau first-time yield, menjadi penting.
2. First-Time Yield (FTY)
First-time yield mengukur jumlah produk baik yang berhasil melewati seluruh proses produksi tanpa kegagalan sama sekali.
Untuk menghitung FTY, proses produksi perlu diuraikan menjadi beberapa tahap, dengan mengidentifikasi setiap titik di mana produk dapat lolos atau gagal.
Rumusnya adalah:
First-time yield (%) = (Jumlah produk yang lolos tanpa kegagalan / Total produk yang diproduksi)
FTY dihitung secara independen pada setiap tahap proses, hanya memperhitungkan produk yang lolos pada percobaan pertama tanpa memerlukan perbaikan atau pengujian ulang.
3. Rolling Throughput Yield (RTY)
Rolling throughput yield (RTY), atau disebut juga throughput yield, dihitung dengan mengalikan semua nilai FTY dari setiap tahap produksi.
RTY memberikan gambaran yang lebih akurat tentang efisiensi keseluruhan proses, karena memperhitungkan dampak dari rework dan re-testing terhadap hasil akhir produksi.
Dengan memahami ketiga jenis yield ini, perusahaan dapat menilai kinerja produksi secara lebih menyeluruh, mulai dari kualitas produk yang dihasilkan pada percobaan pertama hingga efisiensi keseluruhan proses manufaktur.
Baca Juga: Sistem Produksi: Pengertian Lengkap dan Jenisnya
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Yield dalam Proses Produksi

Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi tingkat yield atau hasil produksi dalam proses manufaktur.
Setiap faktor ini berperan penting dalam menentukan seberapa efisien dan konsisten suatu proses produksi dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi.
1. Kualitas bahan baku
Bahan baku dengan kualitas rendah dapat menyebabkan cacat pada produk selama proses produksi.
Misalnya, bahan logam yang tidak murni atau komponen elektronik dengan toleransi rendah dapat meningkatkan tingkat reject.
Oleh karena itu, pengawasan kualitas bahan baku sejak tahap awal sangat penting agar hasil akhir tetap konsisten dan memenuhi standar.
2. Kinerja mesin
Mesin yang sering rusak, tidak terkalibrasi dengan baik, atau jarang dirawat dapat meningkatkan risiko produk cacat.
Lakukan pemeliharaan rutin (preventive maintenance) dan pemantauan performa mesin secara real-time untuk membantu menjaga stabilitas proses dan mengurangi downtime produksi.
3. Keterampilan operator
Operator yang kurang terlatih atau melakukan kesalahan manusia (human error) dapat berdampak negatif terhadap yield.
Pelatihan yang memadai, penerapan SOP (Standard Operating Procedure), serta pengawasan yang baik dapat membantu meningkatkan akurasi dan konsistensi hasil kerja di lini produksi.
4. Desain proses produksi
Proses yang tidak efisien, tidak terstandarisasi, atau terlalu kompleks dapat menyebabkan cacat produk.
Penerapan metode lean manufacturing atau Six Sigma dapat membantu mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan, sehingga yield dapat meningkat secara signifikan.
5. Kondisi lingkungan
Faktor eksternal seperti suhu, kelembapan, atau kebersihan area produksi juga dapat memengaruhi hasil akhir, terutama pada industri yang sensitif seperti farmasi, makanan, atau semikonduktor.
Mengontrol kondisi lingkungan melalui sistem ventilasi, sensor suhu, dan pemantauan otomatis dapat menjaga stabilitas proses produksi.
Dengan memahami dan mengendalikan faktor-faktor di atas, perusahaan manufaktur dapat meningkatkan yield secara berkelanjutan, mengurangi pemborosan, serta menjaga kualitas produk agar tetap sesuai dengan standar yang diharapkan.
Baca Juga: Faktor yang Memengaruhi Manajemen Produksi: Pembahasan Lengkap
Mengapa Harus Meningkatkan Yield Produksi?

Dengan mengoptimalkan yield, perusahaan dapat mengendalikan pengeluaran, meningkatkan keuntungan, dan memperkuat daya saing di pasar.
Jika yield Anda tinggi, maka kualitas produk Anda juga meningkat. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkapnya:
1. Konsistensi produk
Yield yang tinggi menunjukkan banyak produk secara konsisten memenuhi standar kualitas.
Konsistensi ini penting bagi perusahaan yang ingin membangun reputasi merek yang kuat dan mendapatkan kepercayaan pelanggan.
Misalnya, perusahaan yang selalu menghasilkan produk dengan kualitas stabil akan menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan.
Dari sini, pelanggan percaya bahwa setiap produk yang mereka beli memiliki mutu yang sama.
Hal ini sangat penting di industri seperti farmasi, otomotif, dan elektronik, di mana kualitas produk berdampak langsung pada keselamatan dan keandalan.
2. Tingkat cacat yang lebih rendah
Ketika yield meningkat, jumlah produk cacat otomatis menurun. Lebih sedikit cacat berarti lebih sedikit keluhan pelanggan, pengembalian barang, dan klaim garansi.
Penurunan tingkat cacat ini tidak hanya menghemat biaya penggantian dan perbaikan, tetapi juga melindungi reputasi perusahaan.
3. Kontrol proses yang lebih baik
Untuk meningkatkan yield, perusahaan perlu memperketat pengawasan dan kontrol terhadap proses produksi.
Pemantauan yang lebih detail terhadap variabel-variabel seperti suhu, kelembapan, atau kecepatan mesin membantu memastikan proses tetap berjalan sesuai standar.
Contohnya, dalam industri semikonduktor, kontrol yang presisi terhadap kondisi lingkungan sangat penting untuk menjaga kualitas dan hasil produksi chip.
Dengan berfokus pada peningkatan yield, perusahaan terdorong untuk berinvestasi dalam sistem kontrol proses yang lebih canggih, yang pada akhirnya juga meningkatkan kualitas produk.
4. Budaya perbaikan berkelanjutan
Upaya untuk meningkatkan yield mendorong terciptanya budaya perbaikan terus-menerus di dalam perusahaan.
Tim produksi menjadi lebih aktif dalam mencari dan menyelesaikan masalah kualitas sebelum berdampak besar.
Budaya ini tidak hanya berdampak pada yield, tetapi juga pada semua aspek operasional. Karyawan menjadi lebih teliti, responsif, dan peduli terhadap mutu produk.
Akibatnya, produk perusahaan terus berkembang menjadi lebih baik dari segi kualitas, keamanan, dan performa.
Baca Juga: Pengertian Perencanaan Produksi, Jenis, Tahapan, dan Fungsinya
Tips Meningkatkan Yield Produksi

Meningkatkan yield dalam proses manufaktur membutuhkan pendekatan yang proaktif dengan fokus pada pengendalian kualitas, optimalisasi proses, serta peningkatan keterampilan tenaga kerja.
Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan secara nyata:
1. Menerapkan sistem pengendalian kualitas
Inspeksi rutin, pengujian otomatis, dan sistem pemantauan secara real-time dapat membantu mendeteksi cacat sejak awal, sehingga produk yang bermasalah tidak terlanjur masuk ke tahap produksi berikutnya.
Pendekatan ini tidak hanya mengurangi pemborosan, tetapi juga menjaga konsistensi kualitas produk akhir.
2. Mengoptimalkan proses produksi
Penerapan prinsip Lean Manufacturing dan Six Sigma dapat membantu menyederhanakan alur kerja, menghilangkan pemborosan, serta mengurangi variasi dalam hasil produksi.
Dengan proses yang lebih efisien, perusahaan dapat meningkatkan output tanpa harus menambah sumber daya.
3. Berinvestasi pada pemeliharaan preventif
Melakukan perawatan mesin secara teratur penting untuk mencegah kerusakan mendadak dan menurunkan risiko cacat produk yang disebabkan oleh gangguan mekanis.
Sistem preventive maintenance juga membantu memperpanjang umur mesin dan menjaga stabilitas operasional.
4. Meningkatkan program pelatihan
Operator yang memahami prosedur kerja standar dan pentingnya menjaga kualitas akan lebih mampu mengidentifikasi serta mencegah kesalahan sejak awal.
Program pelatihan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi tenaga kerja sekaligus membangun budaya kualitas di lingkungan produksi.
5. Memanfaatkan analisis data
Dengan menganalisis data produksi dan pemeliharaan, perusahaan dapat menemukan pola atau tren yang menyebabkan cacat produk.
Alat analitik canggih memungkinkan tim produksi mengidentifikasi titik lemah dan mengambil keputusan berbasis data untuk perbaikan berkelanjutan.
6. Berkolaborasi dengan pemasok
Kualitas bahan baku sangat menentukan hasil akhir produk.
Jadi, pastikan Anda aktif bekerja sama dengan supplier untuk memastikan standar kualitas yang konsisten dan menjaga yield tetap tinggi.
Karena itu, bekerja sama secara aktif dengan pemasok untuk memastikan standar kualitas yang konsisten merupakan langkah penting dalam menjaga yield tetap tinggi.
7. Membangun mekanisme umpan balik
Menyediakan saluran komunikasi antara tim kontrol kualitas dan pelanggan membantu perusahaan mendeteksi serta menangani masalah berulang dengan cepat.
Umpan balik ini juga menjadi dasar berharga untuk pengembangan produk dan peningkatan proses di masa mendatang.
Baca Juga: Yield Management: Konsep, Strategi, dan Penerapannya
Kesimpulan
Yield merupakan salah satu indikator kinerja utama (Key Performance Indicator atau KPI) yang paling penting bagi manajer produksi.
Melalui metrik ini, perusahaan dapat memperoleh gambaran jelas tentang efisiensi proses, kualitas produk, serta kinerja operasional secara keseluruhan.
Dengan memahami dan meningkatkan yield, manajer produksi dapat menekan biaya, mengurangi kebutuhan rework (perbaikan ulang), meminimalkan limbah yang berdampak pada lingkungan, serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
Semua hal tersebut pada akhirnya berkontribusi langsung terhadap peningkatan profitabilitas bisnis.
Untuk mendukung produksi Anda, gunakan solusi seperti software akuntansi Kledo.
Aplikasi ini memiliki fitur pemantauan produksi dari bahan baku sampai produk jadi, pencatatan biaya produksi, menghitung konversi dari bahan baku sampai ke produk, membuat laporan produksi, hingga membuat surat perintah produksi.
Jika Anda tertarik, Anda bisa mencoba Kledo gratis lewat tautan ini.
- Yield Produksi: Pengertian, Jenis, dan Tips Meningkatkannya - 12 November 2025
- Apa itu FASB? Memahami Fungsinya dalam Dunia Akuntansi - 12 November 2025
- 6 Tips Pengendalian Biaya Produksi dalam Industri Manufaktur - 11 November 2025
