Brand research adalah proses mengumpulkan umpan balik dari pelanggan saat ini, calon pelanggan, dan pelanggan sebelumnya untuk memahami bagaimana persepsi pasar terhadap brand tersebut.
Saat Anda mau meluncurkan brand baru atau melakukan rebranding, Anda perlu melakukan riset sebelumnya. Yang jadi pertanyaan, mengapa brand research itu penting?
Brand adalah wajah dari bisnis Anda, namun tidaklah bijak untuk membuat brand berdasarkan selera Anda saja.
Sebab, faktor terpenting dari kesuksesan suatu brand adalah apakah brand tersebut menarik bagi target audiens dan mampu membangun koneksi dengan mereka.
Artikel ini akan membahas pengertian brand research, pentingnya proses ini, jenis-jenis, hingga metode melakukannya.
Mengapa Brand Research Itu Penting?
1. Sebagai tolok ukur atau benchmark dengan pesaing
Benchmarking atau membandingkan brand dengan kompetitor bertujuan untuk:
- Menilai keberhasilan brand Anda dibandingkan dengan brand lain di industri yang sama.
- Membantu perusahaan memahami posisi mereka di pasar (terkait kelebihan dan kekurangan)
Tanpa informasi ini, karyawan mungkin merasa bingung atau mengembangkan pandangan mereka sendiri berdasarkan asumsi yang belum tentu benar.
2. Meningkatkan kesadaran dan persepsi brand
Brand research tidak hanya menunjukkan posisi brand Anda di pasar, tetapi juga membantu mengidentifikasi karakteristik brand yang paling penting bagi pelanggan.
Dengan menyesuaikan strategi komunikasi berdasarkan hal ini, Anda dapat meningkatkan kesadaran (awareness) sekaligus membangun persepsi positif terhadap brand Anda.
Visibilitas dan brand awareness
Mendengar calon pelanggan berkata, “Saya belum pernah dengar tentang brand Anda sebelumnya,” bisa menjadi hal yang mengecewakan, terutama jika mereka sebenarnya adalah target pasar yang tepat.
Riset brand membantu mengungkap alasan di balik rendahnya tingkat kesadaran ini.
Melalui riset, Anda bisa mengetahui bagaimana pelanggan menemukan brand baru dan seberapa menonjol brand Anda dibandingkan pesaing.
Dengan memahami penyebab calon pelanggan belum mengenal brand Anda, Anda bisa mengambil langkah untuk menutup kesenjangan tersebut.
Persepsi dan reputasi brand
Terkadang, brand sudah dikenal luas, tetapi masih kesulitan mengubah calon pelanggan menjadi pembeli.
Atau, pelanggan yang sudah membeli justru tidak melakukan pembelian ulang.
Masalah seperti ini biasanya berkaitan dengan persepsi dan reputasi brand.
Melalui riset brand, Anda dapat menemukan akar masalahnya, apakah pelanggan menganggap produk pesaing lebih baik, atau apakah cara Anda berkomunikasi dengan pasar justru membuat pelanggan menjauh.
Setelah mengetahui sumber masalahnya, Anda bisa segera mengambil tindakan yang tepat. Misalnya:
- Jika ada kesalahpahaman tentang layanan Anda, perbaiki pesan komunikasi agar lebih jelas.
- Jika pelanggan mengalami kendala dengan produk, libatkan tim produk untuk memperbaikinya.
- Jika strategi pemasaran yang digunakan kurang efektif, evaluasi dan sesuaikan pendekatannya.
Baca Juga: Brand Management: Definisi, Prinsip, Strategi, dan Manfaatnya
9 Jenis Brand Research
Tidak ada satu cara baku untuk melakukan riset brand. Setiap perusahaan bisa memiliki pandangan berbeda tentang aspek apa saja yang perlu diukur dalam penelitian brand.
Namun secara umum, riset brand biasanya mencakup beberapa elemen utama berikut ini:
1. Brand Awareness (Kesadaran Brand)
Tahap pertama dalam riset brand adalah mengukur seberapa dikenal suatu brand di pasar.
Pada fase ini, fokusnya adalah mengetahui sejauh mana calon pelanggan mengenali brand dan mengetahui produk atau layanan yang ditawarkan.
Contohnya, apakah target audiens pernah mendengar tentang perusahaan Anda? Seberapa sering nama brand Anda muncul dibanding pesaing di industri yang sama?
2. Brand Consideration (Pertimbangan Brand)
Setelah calon pelanggan mengenal brand Anda, tahap berikutnya adalah pertimbangan, yaitu ketika mereka mulai menimbang untuk membeli produk atau layanan Anda.
Riset pada tahap ini membantu mengukur berapa banyak dari calon pelanggan yang mempertimbangkan untuk memilih brand Anda daripada brand lain.
3. Brand Usage (Penggunaan Brand)
Tahap ini menilai berapa banyak pelanggan yang benar-benar menggunakan produk atau layanan Anda.
Brand research akan melihat jumlah pengguna aktif dan bagaimana tren penggunaannya dari waktu ke waktu.
Data ini penting untuk memahami apakah upaya pemasaran berhasil mendorong konversi dari kesadaran menjadi penggunaan nyata.
4. Brand Advocacy (Dukungan Brand)
Tahap terakhir adalah ketika pelanggan menjadi pendukung setia brand. Mereka tidak hanya menggunakan produk Anda, tetapi juga aktif merekomendasikannya kepada orang lain.
Riset brand dapat membantu mengukur berapa banyak pelanggan yang menjadi pendukung aktif dan seberapa besar pengaruh mereka terhadap pertumbuhan brand melalui word-of-mouth (promosi dari mulut ke mulut).
Baca Juga: 10 Strategi Membangun Brand dari Nol, Mudah!
5. Brand Perception (Persepsi Brand)

Elemen ini mengukur bagaimana pasar memandang brand Anda—apakah dianggap inovatif, terpercaya, ramah, atau justru sebaliknya.
Persepsi ini terbentuk dari pengalaman pelanggan, kualitas produk, pelayanan, serta reputasi perusahaan di industri.
6. Brand Positioning (Posisi Brand)
Posisi brand menggambarkan bagaimana brand Anda berbeda dari pesaing dan bagaimana posisi tersebut tertanam di benak pelanggan.
Riset ini membantu menemukan keunikan utama (differentiator) brand Anda dan bagaimana cara memanfaatkannya untuk memperkuat strategi pemasaran.
7. Brand Loyalty (Loyalitas Brand)
Loyalitas brand menunjukkan sejauh mana pelanggan terus melakukan pembelian ulang.
Pelanggan yang loyal adalah aset penting karena sebagian besar pendapatan perusahaan biasanya berasal dari pelanggan lama.
Riset ini mengukur tingkat kepercayaan dan keterikatan pelanggan terhadap brand.
8. Brand Penetration (Penetrasi Brand)
Mengukur seberapa populer brand Anda dan sejauh mana brand tersebut sudah masuk ke pasar.
Biasanya dihitung dengan membandingkan jumlah orang yang membeli produk brand Anda dalam periode tertentu dengan total populasi target pasar.
9. Brand Value (Nilai Brand)
Nilai brand adalah nilai finansial dari sebuah brand jika dijual. Ukuran ini sering digunakan dalam proses merger, akuisisi, atau kerja sama bisnis, di mana pihak lain ingin membeli hak atas nama, logo, dan identitas brand Anda.
Nilai brand menunjukkan seberapa besar kekuatan nama tersebut dalam menghasilkan keuntungan.
Baca Juga: Brand Strategy: Pengertian, Manfaat, Tips, dan Contoh Suksesnya
Metode Brand Research

Ada berbagai metode untuk melakukan brand research, dan setiap metode memiliki keunggulannya masing-masing.
Sebagian besar brand research termasuk dalam dua kategori utama: kuantitatif dan kualitatif.
Strategi brand yang paling efektif biasanya menggabungkan keduanya untuk membangun gambaran yang utuh tentang kesadaran, persepsi, loyalitas, dan aspek lainnya.
Berikut tiga metode brand research yang paling umum digunakan beserta cara memanfaatkannya dengan baik.
1. Survey Research
Survei adalah cara yang bagus untuk mengumpulkan umpan balik tentang brand Anda, baik melalui email, telepon, maupun dalam bentuk yang paling efektif, yaitu formulir online.
Hasil survei biasanya dapat diperoleh secara instan, tidak ada batasan pada jenis pertanyaan yang bisa diajukan, dan Anda dapat mengumpulkan umpan balik di setiap tahap customer journey/perjalanan pelanggan.
Jenis survei yang paling umum digunakan untuk brand research adalah Net Promoter Score (NPS), yang menanyakan seberapa besar kemungkinan seseorang akan merekomendasikan brand Anda kepada orang lain.
Namun, survei email dan survei online juga dapat menggali lebih dalam terkait brand awareness, persepsi, preferensi, dan asosiasi.
Tips merancang survei online yang efektif untuk umpan balik pelanggan
- Seimbangkan agar pertanyaan tetap komprehensif dan mudah diisi.
- Tetapkan tujuan yang jelas, apakah Anda ingin menguji brand recall, mengukur sentimen, menilai loyalitas, atau hal lainnya?
- Jaga agar pertanyaan tetap fokus dan hindari bahasa yang menggiring atau ambigu.
- Gunakan berbagai jenis pertanyaan, seperti skala Likert, pilihan ganda, dan kotak teks terbuka agar dapat mengumpulkan wawasan kuantitatif sekaligus kualitatif.
- Pertimbangkan untuk memersonalisasi pengalaman survei berdasarkan siapa respondennya. Misalnya, pelanggan lama sebaiknya menerima pertanyaan yang berbeda dari seseorang yang baru sedikit mengenal brand Anda.
Contoh pertanyaan survei
Berikut beberapa contoh pertanyaan yang dapat membantu Anda dalam brand research:
- Seberapa familiar Anda dengan [Nama Brand]?
- Brand apa saja yang terlintas di pikiran Anda saat memikirkan [kategori produk]?
- Tiga kata apa yang Anda gunakan untuk menggambarkan [Nama Brand]?
- Dari mana Anda pertama kali mendengar tentang [Nama Brand]?
- Seberapa besar kemungkinan Anda merekomendasikan [Nama Brand] kepada teman atau rekan kerja? (NPS)
- Dari daftar berikut, brand mana yang akan Anda pertimbangkan saat membeli [produk/jasa]?
- Apa yang paling Anda asosiasikan dengan [Nama Brand]?
- Apa yang dapat dilakukan [Nama Brand] untuk meningkatkan pengalaman Anda?
Dengan mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ini, Anda dapat mengungkap bagaimana brand Anda dipersepsikan, bagaimana posisinya dibandingkan pesaing, serta area mana yang perlu menjadi fokus perbaikan.
Baca Juga: Apa itu Brand Recognition? Berikut Strategi dan Tips Penerapannya
2. Focus Groups

Focus groups, baik yang dilakukan secara langsung maupun online, merupakan cara yang efektif untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana orang memersepsikan brand Anda.
Berbeda dengan survei yang berfokus pada jangkauan luas dan data kuantitatif, focus groups memungkinkan Anda mengeksplorasi alasan di balik sikap, emosi, dan perilaku pelanggan.
Metode ini sangat berguna untuk menggali tema seperti brand perception, brand associations, dan emotional connection.
Melalui focus groups, Anda memiliki kesempatan berharga untuk menguji bagaimana pesan brand Anda diterima, mendapatkan masukan terhadap elemen visual atau kampanye brand, serta mengidentifikasi faktor yang mendorong atau justru menghambat brand loyalty.
Memilih penyedia Focus Group
Brand dapat menjalankan focus groups dengan merekrut peserta secara mandiri atau memanfaatkan platform online.
Opsi kedua ini membuat bisnis jauh lebih mudah mengumpulkan wawasan dari kelompok yang berasal dari wilayah atau zona waktu yang berbeda.
Anda juga bisa bekerja sama dengan penyedia FGD pihak ketiga.
Jika Anda berencana bekerja sama dengan penyedia pihak ketiga, berikut hal-hal yang perlu Anda perhatikan:
- Pilih Responden yang Luas dan Relevan: Carilah penyedia FGD yang memiliki akses ke responden yang besar dan beragam dari sisi demografi, perilaku, dan pasar, dan tentunya yang relevan dengan brand Anda.
- Dukungan Sepanjang Proses: Penyedia yang baik tidak hanya menyediakan peserta, tapi juga membantu Anda merancang sesi, memoderasi diskusi, dan menafsirkan temuan. Dengan begitu, Anda mendapatkan wawasan yang jelas dan dapat ditindaklanjuti.
3. Digital Listening
Digital listening, atau nama lainnya social listening atau conversational analytics adalah proses memantau dan menganalisis percakapan online tentang brand Anda di berbagai saluran seperti media sosial, forum, situs ulasan, blog, hingga titik kontak layanan pelanggan Anda sendiri.
Berbeda dengan survei atau focus groups, digital listening menangkap opini yang tidak disaring dan tidak diminta, memberikan wawasan unik tentang bagaimana brand Anda dibicarakan dan dipersepsikan secara alami.
Metode ini merupakan cara yang kuat untuk menemukan tren secara real-time, mengidentifikasi potensi risiko lebih awal, dan menemukan peluang yang mungkin terlewatkan.
Teknologi digital listening kini berkembang pesat dan semakin canggih, dengan penerapan natural language processing (NLP) dan sentiment analysis untuk tidak hanya menyaring konten, tetapi juga memahami emosi, menemukan tema utama, serta menghasilkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti.
Digital listening kini bukan hanya tentang melihat apa yang dibicarakan, tetapi juga memahami maknanya dan menentukan langkah selanjutnya.
Kapan waktu yang tepat untuk menggunakan digital listening?
Digital listening sangat berguna dalam situasi berikut:
- Anda ingin memantau sentimen terhadap brand secara real-time.
- Anda membutuhkan tanda peringatan dini terhadap risiko reputasi atau isu yang sedang muncul.
- Anda sedang meluncurkan kampanye atau produk baru dan ingin memantau reaksi audiens.
- Anda ingin membandingkan posisi brand dengan para pesaing dalam percakapan publik.
- Anda ingin melengkapi umpan balik terstruktur (seperti survei) dengan opini yang muncul secara alami dan tidak diminta.
Baca Juga: Online Reputation Management: Pengertian dan Tipsnya
Kesimpulan
Brand research adalah alat untuk memahami seberapa dikenal brand Anda dan bagaimana persepsi pasar terhadap Anda.
Dengan memadukan berbagai metode seperti survey research, focus groups, dan digital listening, Anda dapat memperoleh gambaran menyeluruh tentang persepsi Anda, baik dari data yang terukur maupun dari opini spontan pelanggan.
Dari brand research ini, Anda bisa menyempurnakan strategi pemasaran Anda. Nah, jika Anda ingin melihat dampak upaya Anda terhadap penjualan, Anda membutuhkan software pencatatan penjualaan yang komprehensif.
Gunakan software akuntansi Kledo yang memiliki sistem pencatatan keuangan yang akurat, laporan real-time, dan analisis profitabilitas produk.
Dengan Kledo, Anda dapat melihat bagaimana kampanye brand memengaruhi penjualan, margin keuntungan, hingga arus kas Anda.
Jika Anda tertarik, Anda bisa klik tautan ini untuk mencoba Kledo gratis.
- 10 Rekomendasi Aplikasi Untuk Memudahkan Stock Opname - 21 Oktober 2025
- Brand Research: Pengertian, Jenis, dan Metodenya - 21 Oktober 2025
- Apa Itu Consignment Inventory? Cara Kerja dan Tipsnya - 20 Oktober 2025