Mengetahui Analisis ABC dalam Manajemen Persediaan Bisnis

analisis abc banner

Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana bisnis mengelola ribuan produk dalam manajemen persediaan mereka tanpa kehilangan data item? Jawabannya terletak pada kontrol inventaris yang efektif dengan analisis ABC, sebuah aspek penting dari manajemen rantai pasokan yang memastikan jumlah stok yang tepat tersedia pada waktu yang tepat.

Kontrol inventaris yang tepat tidak hanya meminimalkan biaya tetapi juga memaksimalkan efisiensi, memungkinkan bisnis untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa kelebihan stok atau kehabisan stok.

Salah satu teknik ampuh yang menonjol dalam manajemen inventaris adalah analisis ABC. Metode ini mengkategorikan inventaris ke dalam tiga kelas – A, B, dan C berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap bisnis, sehingga perusahaan dapat memfokuskan sumber daya pada item yang paling penting.

Dengan memahami dan menerapkan analisis ABC, bisnis dapat merampingkan operasi, mengoptimalkan tingkat stok, dan meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan.

Pada artikel ini, kita akan mempelajari apa itu Analisis ABC, mengeksplorasi manfaatnya, dan memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara menerapkannya secara efektif.

Apa yang Dimaksud dengan Analisis ABC?

Analisis ABC, kependekan dari Always Better Control Analysis, adalah teknik manajemen persediaan yang digunakan untuk mengkategorikan item inventaris berdasarkan nilai dan signifikansinya terhadap bisnis.

Tujuan utama dari Analisis ABC adalah untuk memprioritaskan upaya manajemen inventaris dengan lebih fokus pada item yang paling berharga (Kategori A), sementara mengalokasikan lebih sedikit perhatian pada item yang bernilai lebih rendah (Kategori B dan C).

Metode ini membantu bisnis mengoptimalkan proses kontrol inventaris mereka, mengurangi biaya, dan memastikan bahwa barang-barang penting selalu tersedia.

Analisis ABC persediaan berakar kuat pada Prinsip Pareto, yang umumnya dikenal sebagai Aturan 80/20. Prinsip ini menunjukkan bahwa 80% dari efek berasal dari 20% penyebab.

Dalam manajemen persediaan, hal ini diterjemahkan ke dalam gagasan bahwa sekitar 80% dari total nilai persediaan perusahaan sering kali terkonsentrasi pada 20% itemnya.

Barang-barang bernilai tinggi ini masuk ke dalam Kategori A, sedangkan 80% sisanya, yang berkontribusi lebih kecil terhadap nilai keseluruhan, ditempatkan ke dalam Kategori B dan C.

Sebagai contoh, di perusahaan manufaktur, suku cadang mesin yang mahal dapat mewakili Kategori A, karena suku cadang tersebut sangat penting dan mahal, meskipun jarang dipesan.

Sementara itu, persediaan habis pakai seperti baut dan sekrup, yang lebih sering digunakan tetapi harganya lebih murah, dapat dimasukkan ke dalam Kategori C.

Kategorisasi ini membantu perusahaan memfokuskan sumber daya dan upaya manajemen mereka di mana mereka akan memiliki dampak yang paling signifikan.

Mengkategorikan inventaris ke dalam kelas A, B, dan C dengan menggunakan Analisis ABC sangat penting untuk manajemen inventaris yang efektif. Dengan mengidentifikasi item mana yang termasuk dalam setiap kategori, bisnis dapat menyesuaikan strategi manajemen inventaris mereka:

  • Kategori A: Barang-barang dalam kategori ini memiliki kepentingan dan nilai tertinggi. Barang-barang ini memerlukan pemantauan yang ketat, kontrol inventaris yang ketat, dan tinjauan yang sering untuk menghindari kehabisan stok, karena ketersediaannya secara langsung berdampak pada operasi dan profitabilitas bisnis.
  • Kategori B: Kategori ini terdiri dari barang-barang yang cukup penting yang membutuhkan kontrol yang tidak terlalu ketat dibandingkan Kategori A, namun tetap membutuhkan pemantauan rutin. Menyeimbangkan tingkat stok untuk item Kategori B sangat penting untuk menghindari kelebihan persediaan dan memastikan kelancaran operasional.
  • Kategori C: Barang-barang dalam kategori ini memiliki nilai yang lebih rendah dan biasanya mewakili sebagian besar persediaan. Meskipun barang-barang ini membutuhkan pemantauan yang lebih jarang, manajemen yang efisien masih diperlukan untuk menghindari biaya penyimpanan yang tidak perlu dan untuk merampingkan proses manajemen inventaris.

Dengan menggunakan rumus Analisis ABC, perusahaan dapat menghitung nilai konsumsi tahunan dari setiap item, memberi peringkat, dan menempatkannya pada kategori yang sesuai.

Proses ini dapat difasilitasi dengan lembar data ABC atau bagan perilaku ABC, yang memberikan representasi visual dari distribusi inventaris di tiga kategori.

Banner 2 kledo

Baca juga: Mengetahui Peran AI dalam Manajemen Persediaan

Klasifikasi Persediaan: Kategori A, B, dan C

Dalam Analisis ABC, inventaris dikategorikan ke dalam tiga kelas yang berbeda – A, B, dan C – berdasarkan nilai dan frekuensi penjualan barang. Klasifikasi ini membantu bisnis memprioritaskan upaya manajemen inventaris dan mengoptimalkan sumber daya mereka.

Kategori A: Barang bernilai tinggi dengan frekuensi penjualan rendah

Item kategori A adalah yang paling berharga dalam hal dampaknya terhadap nilai inventaris secara keseluruhan, meskipun memiliki frekuensi penjualan yang relatif rendah.

Barang-barang bernilai tinggi ini sering kali mewakili persentase kecil dari total inventaris tetapi berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan perusahaan.

Misalnya, di perusahaan teknologi, komponen elektronik kelas atas mungkin termasuk dalam Kategori A.

Karena biayanya yang besar, barang-barang ini memerlukan manajemen yang cermat untuk mencegah kehabisan stok dan memastikan ketersediaan saat dibutuhkan.

Kriteria untuk barang kategori A:

  • Nilai konsumsi tahunan yang tinggi.
  • Frekuensi transaksi atau penjualan yang rendah.
  • Sangat penting bagi operasi dan pendapatan bisnis.

Kategori B: Barang bernilai sedang dengan frekuensi penjualan sedang

Barang-barang Kategori B bernilai sedang dan memiliki frekuensi penjualan yang sedang. Barang-barang ini tidak sepenting barang Kategori A namun tetap berkontribusi secara signifikan terhadap nilai dan perputaran inventaris secara keseluruhan.

Misalnya, aksesori elektronik kelas menengah mungkin termasuk dalam kategori ini. Meskipun tidak bernilai tinggi seperti barang Kategori A, barang ini tetap memerlukan pemeriksaan inventaris secara rutin dan tingkat stok yang seimbang untuk menghindari gangguan dalam rantai pasokan.

Kriteria untuk barang kategori B:

  • Nilai konsumsi tahunan sedang.
  • Frekuensi transaksi atau penjualan sedang.
  • Penting tetapi tidak sekritis barang Kategori A.

Kategori C: barang bernilai rendah dengan frekuensi penjualan tinggi

Barang-barang Kategori C dicirikan oleh nilainya yang rendah namun frekuensi penjualannya tinggi. Item-item ini mewakili bagian terbesar dari inventaris berdasarkan jumlah, meskipun kontribusinya lebih kecil terhadap nilai inventaris secara keseluruhan.

Contohnya adalah barang-barang kecil dan murah seperti perlengkapan kantor atau pengencang umum.

Meskipun nilainya lebih rendah, mengelola item Kategori C secara efisien sangat penting untuk mencegah kelebihan persediaan dan meminimalkan biaya penyimpanan.

Kriteria untuk item kategori C:

  • Nilai konsumsi tahunan rendah.
  • Frekuensi transaksi atau penjualan yang tinggi.
  • Kurang penting dalam hal pendapatan tetapi penting untuk menjaga aliran operasional.

Kriteria untuk mengklasifikasikan barang ke dalam kategori A, B, dan C

Untuk mengklasifikasikan item ke dalam kategori A, B, dan C, bisnis biasanya menggunakan rumus Analisis ABC. Prosesnya meliputi:

  • Pengumpulan Data: Kumpulkan data tentang nilai konsumsi tahunan setiap item. Ini termasuk biaya setiap item dan frekuensi penjualan.
  • Pemeringkatan: Mengurutkan semua barang berdasarkan nilai konsumsi tahunan dari yang tertinggi hingga terendah.
  • Kategorisasi: Membagi item yang diperingkat ke dalam tiga kategori:
    • Kategori A: 10-20% item teratas yang berkontribusi terhadap sekitar 70-80% dari total nilai inventaris.
    • Kategori B: 20-30% item berikutnya yang berkontribusi terhadap sekitar 15-25% dari total nilai inventaris.
    • Kategori C: Sisa 50-60% item yang berkontribusi terhadap 5-10% dari total nilai inventaris.

Menggunakan lembar data ABC atau bagan perilaku ABC dapat memfasilitasi proses klasifikasi ini, memberikan representasi visual yang jelas tentang bagaimana item inventaris didistribusikan di seluruh kategori.

Alat-alat ini membantu bisnis membuat keputusan yang tepat tentang manajemen inventaris, memastikan bahwa item bernilai tinggi menerima perhatian yang mereka butuhkan sambil mempertahankan efisiensi di semua kategori.

Singkatnya, klasifikasi inventaris ke dalam kategori A, B, dan C memungkinkan bisnis untuk mengelola stok secara efektif dengan memfokuskan upaya pada item yang paling penting. Pendekatan ini tidak hanya mengoptimalkan kontrol inventaris tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Baca juga: Penjelasan Highest In, First Out (HIFO) dalam Manajemen Persediaan

Langkah-langkah untuk Menerapkan Analisis ABC dalam Proses Manajemen Persediaan

analisis abc 3

Menerapkan Analisis ABC melibatkan pendekatan sistematis untuk mengkategorikan item inventaris berdasarkan nilai dan signifikansinya terhadap bisnis.

Berikut adalah langkah-langkah utama untuk melaksanakan Analisis ABC secara efektif:

Langkah 1: Mengidentifikasi dan membuat daftar item persediaan

Langkah pertama dalam Analisis ABC persediaan adalah mengidentifikasi dan menyusun daftar komprehensif semua item persediaan.

Daftar inventaris ini harus mencakup informasi rinci seperti nama barang, jumlah, dan biaya.

Pengumpulan data yang akurat sangat penting, karena hal ini menjadi dasar untuk langkah selanjutnya dalam proses klasifikasi.

Langkah 2: Hitung nilai Konsumsi tahunan setiap item

Selanjutnya, hitung nilai konsumsi tahunan untuk setiap item dalam daftar inventaris.

Hal ini melibatkan penentuan total biaya setiap item selama satu tahun, yang dihitung dengan mengalikan biaya unit dengan jumlah unit yang terjual atau digunakan setiap tahunnya.

Nilai ini membantu dalam menilai dampak keuangan dari setiap item terhadap keseluruhan inventaris.

Misalnya, dalam Analisis ABC dalam akuntansi biaya, perhitungan ini memberikan wawasan tentang bagaimana setiap item berkontribusi terhadap pengeluaran dan pendapatan perusahaan.

Langkah 3: Beri peringkat item berdasarkan nilai konsumsinya

Setelah nilai konsumsi tahunan dihitung, urutkan item dari yang tertinggi hingga terendah berdasarkan nilai konsumsinya.

Peringkat ini sangat penting untuk memahami item mana yang memiliki dampak finansial terbesar.

Barang-barang teratas dengan nilai konsumsi tertinggi akan diberi peringkat lebih tinggi, yang menunjukkan pentingnya barang tersebut dalam proses manajemen inventaris.

Langkah ini sangat penting untuk membuat lembar data ABC, yang membantu memvisualisasikan distribusi nilai inventaris.

Langkah 4: Mengklasifikasikan barang ke dalam kategori A, B, dan C berdasarkan nilai konsumsi kumulatif

Terakhir, klasifikasikan item ke dalam kategori A, B, dan C berdasarkan nilai konsumsi kumulatifnya. Pengklasifikasian biasanya dilakukan sebagai berikut:

  • Kategori A: Barang-barang ini berada di bagian atas daftar dan mewakili sekitar 70-80% dari total nilai inventaris, meskipun mungkin hanya mencapai 10-20% dari total barang. Barang-barang bernilai tinggi ini memerlukan pemantauan yang ketat dan sering ditinjau ulang.
  • Kategori B: Barang-barang dalam kategori ini berada di tengah-tengah daftar, mewakili sekitar 15-25% dari total nilai inventaris dan 30% dari total barang. Mereka membutuhkan kontrol moderat dan pemeriksaan berkala.
  • Kategori C: Barang-barang ini berada di bagian bawah daftar, mewakili 5-10% dari total nilai inventaris tetapi 50-60% dari total barang. Barang-barang ini membutuhkan perhatian paling sedikit namun tetap harus dikelola secara efisien untuk menghindari kelebihan persediaan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan menggunakan alat bantu seperti bagan perilaku ABC, bisnis dapat secara efektif menerapkan Analisis ABC dalam manajemen persediaan.

Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk memfokuskan sumber daya mereka pada item yang paling penting, merampingkan proses pengendalian inventaris, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Baca juga: 8 Software Akuntansi dengan Fitur Manajemen Persediaan Terbaik

Manfaat Analisis ABC dalam Pengendalian dan Manajemen Persediaan

Menerapkan Analisis ABC dalam pengendalian inventaris menawarkan banyak manfaat yang secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas bisnis.

Dengan mengkategorikan inventaris ke dalam kelas A, B, dan C, bisnis dapat mengalokasikan sumber daya mereka dengan lebih baik dan merampingkan operasi mereka.

Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penggunaan Analisis ABC dalam manajemen persediaan:

1. Peningkatan fokus pada item bernilai tinggi (Kategori A)

Salah satu manfaat utama dari Analisis ABC pada inventaris adalah memungkinkan perusahaan untuk memusatkan perhatian mereka pada item yang paling berharga – yang termasuk dalam Kategori A.

Item-item ini biasanya mewakili sebagian kecil dari total inventaris tetapi berkontribusi secara signifikan terhadap nilai keseluruhan.

Dengan memprioritaskan barang-barang ini, perusahaan dapat memastikan bahwa mereka selalu tersedia, mengurangi risiko kehabisan stok dan meminimalkan penjualan yang hilang.

Sebagai contoh, contoh analisis ABC dapat menunjukkan bahwa barang elektronik kelas atas merupakan bagian yang signifikan dari pendapatan, sehingga perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian yang lebih ketat.

2. Tingkat persediaan yang optimal di semua kategori

Analisis ABC membantu bisnis mempertahankan tingkat persediaan yang optimal untuk item di semua kategori-A, B, dan C.

Dengan memahami nilai konsumsi dan frekuensi penjualan, perusahaan dapat membuat keputusan yang tepat tentang berapa banyak setiap item yang harus disimpan.

Pendekatan ini mengurangi kelebihan persediaan, menurunkan biaya penyimpanan, dan meminimalkan risiko keusangan.

Penggunaan lembar data ABC dapat membantu lebih lanjut dalam memvisualisasikan tingkat persediaan dan membuat penyesuaian berbasis data sesuai kebutuhan.

3. Alokasi sumber daya yang efisien

Keuntungan lain dari Analisis ABC adalah alokasi sumber daya yang efisien.

Dengan mengelompokkan item ke dalam kategori tipe ABC, bisnis dapat mengalokasikan waktu, anggaran, dan upaya mereka sesuai dengan nilai yang dikontribusikan setiap kategori terhadap keseluruhan inventaris.

Misalnya, item Kategori C, meskipun jumlahnya banyak, nilainya rendah dan dapat dikelola dengan pengawasan yang tidak terlalu intensif.

Di sisi lain, item Kategori A, yang bernilai tinggi, mungkin memerlukan tinjauan yang lebih sering dan siklus pengisian ulang yang lebih cepat.

4. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

Pendekatan terstruktur dari Analisis ABC dalam manajemen inventaris mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.

Dengan menggunakan rumus Analisis ABC untuk menentukan peringkat item berdasarkan nilai konsumsi tahunannya, manajer dapat membuat pilihan strategis mengenai pembelian, persediaan, dan alokasi sumber daya.

Metode ini memberikan wawasan yang jelas tentang item mana yang paling penting bagi kesuksesan bisnis, sehingga memungkinkan strategi manajemen inventaris yang lebih tepat sasaran dan efektif.

Baca juga: Contoh Jurnal Koreksi Persediaan dan Cara Membuatnya

5. Pengurangan biaya dan peningkatan profitabilitas

Dengan berfokus pada item bernilai tinggi dan mengoptimalkan tingkat inventaris, Analisis ABC dapat menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan.

Bisnis dapat mengurangi biaya penyimpanan, meminimalkan kehabisan stok, dan menghindari kelebihan stok, yang semuanya berkontribusi pada peningkatan profitabilitas.

Selain itu, integrasi Analisis ABC dalam akuntansi biaya dapat lebih meningkatkan manajemen keuangan perusahaan dengan mengidentifikasi area-area di mana penghematan biaya dapat dicapai.

6. Negosiasi dan manajemen hubungan pemasok yang lebih baik

Dengan Analisis ABC, perusahaan juga dapat meningkatkan strategi manajemen pemasok mereka.

Dengan mengidentifikasi item Kategori A, perusahaan dapat menegosiasikan persyaratan yang lebih baik dengan pemasok untuk produk bernilai tinggi ini, seperti diskon untuk pembelian dalam jumlah besar atau jadwal pengiriman yang lebih baik.

Fokus pada item bernilai tinggi ini memungkinkan perusahaan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pemasok utama, memastikan rantai pasokan yang lebih andal.

7. Audit dan pelaporan persediaan yang efisien

Menerapkan Analisis ABC menyederhanakan audit dan pelaporan inventaris. Karena item bernilai tinggi diidentifikasi dengan jelas, bisnis dapat memprioritaskan item tersebut selama audit, memastikan jumlah dan penilaian yang akurat.

Pendekatan ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga meningkatkan akurasi pelaporan keuangan, terutama ketika menggunakan Analisis ABC dalam sistem manajemen persediaan seperti pada software akuntansi Kledo.

Dengan berfokus pada item yang paling penting, bisnis dapat menyederhanakan proses audit mereka dan meningkatkan transparansi keuangan secara keseluruhan.

Tantangan dan Keterbatasan Analisis ABC

analisis abc 2

Meskipun Analisis ABC adalah alat yang ampuh untuk manajemen inventaris, namun ada beberapa tantangan dan keterbatasan yang harus diperhatikan oleh bisnis.

Memahami kelemahan ini sangat penting untuk memaksimalkan teknik pengendalian inventaris ini.

Subjektivitas dalam klasifikasi

Salah satu tantangan utama dari Analisis ABC pada inventaris adalah subjektivitas yang melekat dalam mengkategorikan item ke dalam kelas A, B, dan C.

Kriteria untuk klasifikasi, seperti nilai konsumsi tahunan, dapat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya, yang menyebabkan ketidakkonsistenan.

Misalnya, apa yang dianggap oleh satu perusahaan sebagai barang Kategori A mungkin diklasifikasikan sebagai Kategori B oleh perusahaan lain, tergantung pada kebutuhan inventaris dan tujuan bisnis mereka yang unik.

Subjektivitas ini terkadang dapat menyebabkan kesalahan klasifikasi, yang mempengaruhi hasil manajemen inventaris.

Baca juga: Pengertian Lengkap Moving Average dalam Manajemen Persediaan

Mengabaikan item bernilai rendah (Kategori C)

Keterbatasan lain dari Analisis ABC adalah potensi pengabaian item bernilai rendah di Kategori C.

Karena item ini berkontribusi minimal terhadap nilai inventaris secara keseluruhan, mereka sering menerima lebih sedikit perhatian, yang dapat menyebabkan kehabisan stok atau kekurangan.

Meskipun fokus pada item bernilai tinggi bermanfaat, meremehkan item Kategori C dapat mengganggu operasi, terutama jika item ini penting untuk fungsi sehari-hari.

Lembar data ABC mungkin menunjukkan bahwa item-item ini sangat banyak, tetapi nilainya yang rendah sering kali membuat item-item ini terabaikan.

Kompleksitas dalam implementasi

Menerapkan Analisis ABC dapat menjadi rumit, terutama untuk bisnis dengan inventaris yang sangat banyak dan beragam.

Menghitung nilai konsumsi tahunan untuk setiap item, memberi peringkat, dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori A, B, dan C membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan.

Selain itu, memelihara dan memperbarui Analisis ABC dari waktu ke waktu dapat memakan waktu yang lama, terutama untuk perusahaan dengan perubahan inventaris yang sering terjadi.

Kompleksitas semakin meningkat ketika mengintegrasikan Analisis ABC dalam manajemen inventaris dengan sistem atau perangkat lunak yang ada.

Manajemen persediaan yang dinamis

Dalam industri yang berubah dengan cepat, efektivitas Analisis ABC mungkin terbatas. Lanskap manajemen persediaan sering kali dinamis, dengan pergeseran permintaan, harga, dan kondisi rantai pasokan.

Akibatnya, item yang diklasifikasikan sebagai Kategori A hari ini mungkin bergeser ke Kategori B atau C besok, sehingga membutuhkan pembaruan terus-menerus pada bagan perilaku ABC.

Dinamika ini dapat menyulitkan dalam mempertahankan klasifikasi ABC yang akurat dan efektif, sehingga berpotensi menyebabkan kategorisasi yang sudah ketinggalan zaman atau tidak relevan.

Pertimbangan faktor non-finansial yang tidak memadai

Analisis ABC terutama berfokus pada nilai finansial dari item inventaris, yang dapat menjadi batasan ketika faktor non-finansial juga sama pentingnya.

Sebagai contoh, beberapa item yang bernilai rendah mungkin sangat penting untuk kepuasan pelanggan atau kelangsungan produksi, tetapi mungkin ditempatkan di Kategori C dan kurang mendapat perhatian.

Demikian pula, item yang penting secara musiman atau memiliki waktu tunggu yang lama mungkin tidak diprioritaskan secara memadai oleh rumus Analisis ABC standar.

Fokus yang sempit pada metrik keuangan ini dapat mengabaikan aspek penting lainnya dalam manajemen inventaris.

Ketergantungan pada data yang akurat

Keakuratan Analisis ABC sangat bergantung pada data yang akurat dan terkini.

Data yang tidak akurat atau ketinggalan zaman dapat menyebabkan klasifikasi yang salah atas item inventaris, sehingga dapat mempengaruhi hasil dan mengurangi keefektifan analisis.

Sebagai contoh, jika data nilai konsumsi tahunan barang tidak mutakhir, kategorisasi jenis ABC mungkin cacat, yang mengarah pada keputusan inventaris yang buruk.

Mempertahankan keakuratan data merupakan tantangan berkelanjutan yang dapat membatasi kegunaan Analisis ABC.

Fleksibilitas terbatas dalam kategorisasi

Terakhir, Analisis ABC menawarkan fleksibilitas terbatas dalam kategorisasi, karena membagi inventaris secara ketat ke dalam tiga kategori: A, B, dan C.

Namun, tidak semua item masuk ke dalam kategori-kategori ini, dan beberapa mungkin berada di antaranya.

Sebagai contoh, sebuah item mungkin memiliki nilai konsumsi yang moderat tetapi sangat penting selama periode tertentu.

Struktur Analisis ABC yang kaku dapat menyulitkan untuk memperhitungkan nuansa seperti itu, yang berpotensi mengarah pada strategi manajemen inventaris yang tidak optimal.

Baca juga: Rumus dan Cara Menghitung Persediaan Awal dengan Mudah

Perbedaan Analisis ABC dengan Teknik Manajemen Persediaan Lainnya

analisis abc 1

Analisis ABC hanyalah salah satu dari banyak teknik yang digunakan dalam manajemen persediaan.

Memahami bagaimana perbandingannya dengan metode lain dapat membantu bisnis memilih strategi yang paling tepat untuk kebutuhan spesifik mereka.

Berikut adalah perbandingan antara Analisis ABC dan teknik manajemen inventaris populer lainnya:

1. Analisis ABC vs Persediaan Just-in-Time (JIT)

Just-in-Time (JIT) adalah teknik di mana persediaan dipesan dan diterima hanya pada saat dibutuhkan, sehingga meminimalkan biaya penyimpanan dan mengurangi pemborosan.

Analisis ABC berfokus pada pengelompokan inventaris ke dalam kategori A, B, dan C berdasarkan nilai dan kepentingannya, sehingga memungkinkan bisnis untuk memprioritaskan sumber daya mereka pada item yang bernilai tinggi.

JIT, di sisi lain, bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan secara keseluruhan dengan menerima barang hanya jika diperlukan untuk produksi atau penjualan.

Sementara Analisis ABC membantu dalam menentukan item mana yang harus disimpan dalam persediaan dan berapa jumlahnya, JIT menekankan pada persediaan minimal dan sangat bergantung pada rantai pasokan yang efisien.

Analisis ABC lebih efektif dalam lingkungan di mana mempertahankan buffer item penting diperlukan, sementara JIT lebih cocok untuk industri dengan permintaan yang dapat diprediksi dan pemasok yang dapat diandalkan.

2. Analisis ABC vs Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah teknik berbasis rumus yang menentukan jumlah pesanan optimal untuk meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan persediaan.

Analisis ABC mengkategorikan inventaris untuk fokus pada item bernilai tinggi dan mengelolanya dengan lebih cermat, sedangkan EOQ menghitung jumlah yang paling hemat biaya dari setiap item yang akan dipesan, menyeimbangkan biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan.

Analisis ABC biasanya digunakan untuk memprioritaskan upaya manajemen persediaan, sedangkan EOQ memberikan panduan khusus tentang berapa banyak yang harus dipesan dan kapan, berdasarkan meminimalkan biaya.

Analisis ABC dapat digunakan bersama dengan EOQ dengan menerapkan rumus EOQ untuk item di setiap kategori, memastikan bahwa item bernilai tinggi dipesan dalam jumlah yang optimal.

3. Analisis ABC vs First In, First Out (FIFO) dan Last In, First Out (LIFO)

FIFO dan LIFO adalah metode penilaian persediaan yang menentukan harga pokok penjualan dan persediaan akhir berdasarkan urutan barang yang digunakan atau dijual.

FIFO mengasumsikan bahwa barang inventaris tertua dijual terlebih dahulu, yang berguna untuk barang yang mudah rusak di mana stok tertua perlu digunakan terlebih dahulu untuk mencegah pembusukan.

LIFO mengasumsikan bahwa barang yang paling baru diperoleh dijual terlebih dahulu, yang dapat bermanfaat dalam lingkungan inflasi di mana stok yang lebih baru lebih mahal.

Analisis ABC berbeda karena berfokus pada pengelompokan inventaris berdasarkan nilai, bukan berdasarkan urutan penggunaan.

Sementara FIFO dan LIFO berkaitan dengan aliran biaya persediaan, Analisis ABC membantu menentukan item mana yang membutuhkan lebih banyak perhatian dan sumber daya berdasarkan nilai dan kepentingannya.

Analisis ABC dapat dikombinasikan dengan FIFO atau LIFO untuk mengelola perputaran inventaris sekaligus berfokus pada item yang bernilai tinggi.

4. Analisis ABC vs Safety Stock

Safety stock adalah praktik menyimpan persediaan ekstra untuk melindungi dari kehabisan stok karena variabilitas permintaan atau keterlambatan pasokan.

Analisis ABC membantu bisnis menentukan item mana yang harus diprioritaskan untuk stok pengaman berdasarkan nilai dan kekritisannya.

Misalnya, item Kategori A, yang bernilai tinggi tetapi frekuensi penjualannya rendah, dapat menjadi kandidat untuk persediaan pengaman yang lebih tinggi.

Sementara Analisis ABC mengkategorikan inventaris untuk manajemen yang terfokus, Safety Stock memastikan bahwa item penting selalu tersedia, bahkan ketika lonjakan permintaan atau masalah rantai pasokan muncul.

Kedua teknik tersebut dapat digunakan secara bersamaan: Analisis ABC untuk menentukan kekritisan item dan Safety Stock untuk memastikan item-item kritis tersebut memiliki cadangan yang memadai.

5. Analisis ABC vs Cycle Counting

Penghitungan siklus adalah teknik audit inventaris di mana sebagian kecil inventaris dihitung berdasarkan jadwal bergilir, daripada melakukan penghitungan inventaris secara keseluruhan.

Analisis ABC dapat meningkatkan penghitungan Siklus dengan memfokuskan penghitungan pada item Kategori A yang bernilai tinggi lebih sering, memastikan bahwa inventaris yang paling penting dilacak secara akurat.

Cycle counting memastikan akurasi yang berkelanjutan dalam catatan inventaris, sementara Analisis ABC berfokus pada pengelolaan inventaris secara lebih efektif dengan memprioritaskan item bernilai tinggi.

Jika digabungkan, Analisis ABC dapat memandu frekuensi penghitungan siklus, memastikan bahwa item Kategori A dihitung lebih sering daripada item Kategori C yang kurang penting.

Baca juga: Download Kartu Persediaan Barang, Pengertian, dan Komponennya

Kesimpulan

Analisis ABC adalah alat manajemen persedaiaan serbaguna yang dapat diadaptasi dan diterapkan dalam berbagai cara di luar penggunaan tradisionalnya.

Dengan menyesuaikan Analisis ABC dengan kebutuhan bisnis tertentu, perusahaan dapat meningkatkan berbagai aspek operasi mereka.

Klasifikasi inventaris ke dalam kategori A, B, dan C memungkinkan perusahaan untuk mengelola stok mereka secara efektif dengan memfokuskan upaya pada item yang paling penting.

Pendekatan ini tidak hanya mengoptimalkan kontrol persediaan tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Untuk mengelola manajemen persediaan yang terintegrasi, Anda bisa menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur manajemen persediaan lengkap seperti Kledo.

Dengan menggunakan Kledo, Anda bisa dengan mudah mengontrol stok di banyak cabang dan gudang, mencatat produk paket, dan membuat laporan persediaan dengan lebih mudah dan praktis.

Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen − 8 =