Bagaimana Hubungan Antar Laporan Keuangan? Ini Penjelasan Lengkapnya

hubungan antar laporan keuangan baner

Hubungan antar laporan keuangan merupakan konsep penting yang harus dipahami oleh setiap individu yang terlibat dalam pengelolaan keuangan perusahaan, baik itu manajer keuangan, akuntan, maupun investor.

Laporan keuangan terdiri dari tiga komponen utama: Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, dan Neraca. Masing-masing laporan ini memiliki peran dan fungsi yang berbeda, namun saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain.

Memahami hubungan antar laporan keuangan ini tidak hanya penting untuk tujuan pelaporan internal perusahaan, tetapi juga untuk analisis eksternal oleh investor dan analis keuangan.

Dengan mempelajari keterkaitan antara laporan laba rugi, laporan arus kas, dan neraca, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang kesehatan keuangan perusahaan, serta membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan terinformasi.

Lebih jauh mari kita bahas bagaimana hubungan antar laporan keuangan terjalin sehingga memudahkan Anda dalam melakukan analisis keuangan dalam bisnis Anda.

Bagaimana Ketiga Laporan Keuangan Saling Terhubung?

“Bagaimana ketiga laporan keuangan saling terhubung?” adalah salah satu pertanyaan wawancara akuntansi yang paling sering diajukan dalam wawancara jika Anda melamar pekerjaan di bidang akuntansi atau finansial

Pada tabel dibawah ini, kami akan memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana ketiga laporan keuangan secara konseptual saling terhubung. Nantinya kami juga akan memberikan contoh kasus.

Laporan Laba Rugi ⇔ Laporan Arus KasLaporan Arus Kas ⇔ NeracaLaporan Laba Rugi ⇔ Neraca
– Laba Bersih → Pos Awal di Laporan Arus Kas– Kenaikan dalam Modal Kerja Bersih → Arus Kas Keluar– Laba Bersih → Meningkatkan Laba Ditahan
– Depresiasi → Pengakuan Capex (Umur Manfaat)– Penurunan dalam Modal Kerja Bersih → Arus Kas Masuk– Depresiasi → Mengurangi Saldo PP&E
– Beban Bunga → Kenaikan dari Penerbitan Utang (dan Penurunan dari Pembayaran Utang)– Capex → Arus Kas Keluar (Peningkatan PP&E)– Amortisasi → Mengurangi Saldo Intangible
– Laba Per Saham (EPS) → Kenaikan dari Pembelian Kembali Saham (dan Penurunan dari Penerbitan Saham)– Penerbitan Utang → Arus Kas Masuk (Peningkatan Utang)– Beban Bunga → Fungsi dari Saldo Utang
– Pembayaran Utang → Arus Kas Keluar (Penurunan Utang)– Pendapatan Bunga → Fungsi dari Saldo Kas
– Pembelian Kembali Saham atau Dividen → Arus Kas Keluar

Baca juga: Cara Membaca Laporan Keuangan untuk Pemula

kledo banner 3

Bagaimana Menjawab Pertanyaan, “Bagaimana Hubungan Antar Laporan Keuangan?”

Ketiga laporan keuangan utama – laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas – sangat erat kaitannya satu sama lain dalam akuntansi akrual.

Untuk menjawab pertanyaan wawancara akuntansi yang umum ini dengan akurat, prinsip-prinsip akuntansi akrual harus dipahami, termasuk pemahaman tentang mekanisme dasar dari model tiga laporan keuangan yang terintegrasi.

Jika tidak, jawaban Anda terhadap pertanyaan wawancara tersebut akan kurang memadai dan hanya didasarkan pada hafalan semata, bukan pemahaman yang sesungguhnya tentang keterkaitan antara ketiga laporan keuangan tersebut.

Deskripsi laporan keuangan

Laporan KeuanganDeskripsi
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi menunjukkan profitabilitas berbasis akrual perusahaan selama periode waktu tertentu. Item awal adalah pendapatan (baris atas) dan setelah dikurangi biaya, item akhir adalah laba bersih (baris bawah).
Neraca Neraca adalah gambaran “snapshot” tentang aset, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada titik waktu tertentu, seperti akhir kuartal atau tahun fiskal.
Laporan Arus KasLaporan arus kas dimulai dengan laba bersih dari laporan laba rugi, lalu disesuaikan untuk item non-kas seperti depresiasi dan amortisasi (D&A) serta perubahan dalam modal kerja untuk menghasilkan kas dari operasi (CFO).

Baca juga: Cara Membuat dan Menyusun Laporan Keuangan Dengan Mudah

Bagaimana Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas Saling Terhubung?

Laporan arus kas terhubung dengan laporan laba rugi melalui laba bersih. Laba bersih, atau “baris bawah” dari laporan laba rugi, adalah item pertama di bagian kas dari operasi (CFO) pada laporan arus kas.

Dari sana, laba bersih disesuaikan dengan pengeluaran non-kas, terutama depresiasi dan amortisasi (D&A) serta perubahan dalam modal kerja untuk mengukur dampak kas yang sesungguhnya dalam periode tersebut.

  • Peningkatan dalam Modal Kerja Bersih (NWC) → Peningkatan NWC mewakili arus kas keluar, karena lebih banyak kas terikat dalam operasi
  • Penurunan dalam Modal Kerja Bersih (NWC) → Sebaliknya, penurunan NWC adalah arus kas masuk.

Kas dari Operasi (CFO) = Laba Bersih + Depresiasi dan Amortisasi (D&A) – Peningkatan dalam Perubahan Modal Kerja

Bagaimana Laporan Arus Kas dan Neraca Saling Terhubung?

hubungan antar laporan keuangan 3

Laporan arus kas terhubung dengan neraca karena laporan ini melacak perubahan dalam akun modal kerja, yaitu peningkatan atau penurunan modal kerja.

  • Peningkatan dalam Aset Lancar Operasional → Arus Kas Keluar
  • Penurunan dalam Aset Lancar Operasional → Arus Kas Masuk
  • Peningkatan dalam Kewajiban Lancar Operasional → Arus Kas Masuk
  • Penurunan dalam Kewajiban Lancar Operasional → Arus Kas Keluar

Dampak pengeluaran modal – yaitu pembelian aset – juga tercermin pada laporan arus kas. Capex meningkatkan akun PP&E di neraca tetapi TIDAK muncul langsung di laporan laba rugi.

  • Pengeluaran Modal (Capex) → Arus Kas Keluar
  • Pembelian Aset Tak Berwujud → Arus Kas Keluar

Sebaliknya, beban depresiasi – yaitu alokasi jumlah Capex selama asumsi umur manfaat – mengurangi nilai tercatat dari aset tetap (PP&E) di neraca.

Aset Akhir = Aset Awal + Pengeluaran Modal (Capex) – Depresiasi

Selain itu, penerbitan utang atau ekuitas untuk mengumpulkan modal akan meningkatkan jumlah yang sesuai di neraca, sementara dampak kasnya tercermin pada laporan arus kas.

  • Penerbitan Utang → Arus Kas Masuk
  • Pembayaran Utang → Arus Kas Keluar
  • Penerbitan Ekuitas → Arus Kas Masuk
  • Pembelian Kembali Saham → Arus Kas Keluar
  • Penerbitan Dividen → Arus Kas Keluar

Terakhir, saldo kas akhir di bagian bawah laporan arus kas akan mengalir ke neraca sebagai saldo kas untuk periode saat ini.

Saldo Kas Akhir = Saldo Kas Awal + Perubahan Bersih dalam Kas

Baca juga: Mengetahui PSAK 201 Tentang Penyajian Laporan Keuangan

Bagaimana Laporan Laba Rugi dan Neraca Saling Terhubung?

hubungan antar laporan keuangan 2

Laporan laba rugi terhubung dengan neraca melalui laba ditahan, yang merupakan jumlah kumulatif dari seluruh laba (atau kerugian) perusahaan dikurangi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham.

Konsep laba ditahan adalah inti yang menghubungkan ketiga laporan keuangan ini.

Saldo laba ditahan pada periode ini sama dengan saldo laba ditahan pada periode sebelumnya ditambah laba bersih dikurangi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pada periode ini.

Laba Ditahan = Saldo Awal + Laba Bersih – Dividen

Dalam praktiknya, perusahaan yang terdaftar di bursa memiliki opsi untuk mempertahankan kas yang dihasilkan dalam suatu periode untuk kegiatan reinvestasi (misalnya, pengeluaran modal, kebutuhan modal kerja), penerbitan dividen kepada pemegang saham, dan pembelian kembali saham yang dibiayai dengan kas (atau repurchase).

Oleh karena itu, item “Laba Ditahan” di neraca mewakili keuntungan kumulatif yang disimpan oleh perusahaan sejak awal, bukan digunakan untuk penerbitan dividen kepada pemegang saham.

Setiap periode, bagian dari laba bersih yang disimpan oleh perusahaan dan tidak dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham akan mengalir ke item laba ditahan di neraca (dan meningkatkan saldo akhirnya).

Dua contoh lainnya dari keterkaitan antara laporan laba rugi dan laporan arus kas adalah sebagai berikut:

  • Beban Bunga dan Saldo Utang → Beban bunga, yaitu biaya pinjaman, dibebankan pada laporan laba rugi dan dihitung berdasarkan saldo utang di awal dan akhir periode pada neraca. Oleh karena itu, pengurangan utang yang belum dibayar di neraca melalui amortisasi pokok menyebabkan beban bunga berkurang.
  • Aset Tetap dan Depresiasi → Item aset tetap (atau PP&E) di neraca dikurangi dengan depresiasi, yang merupakan beban non-kas yang terdapat dalam biaya barang yang dijual (HPP) dan biaya operasional (OpEx) dalam laporan laba rugi.

Contoh Kasus Menghubungkan Tiga Laporan Keuangan

hubungan antar laporan keuangan 1

1. Merekonsiliasi laba bersih untuk item non-kas

Misalkan kita ditugaskan untuk merekonsiliasi laporan arus kas sebagai bagian dari persiapan tiga laporan keuangan.

Note: Tabel seluruh laporan keuangan dibawah ini menggakan satuan jutaan rupiah

Laporan Laba RugiTahun 0Tahun 1
Pendapatan100125
(-) Harga Pokok Penjualan (HPP)(45)(50)
Laba Kotor5575
(-) SG&A(20)(25)
(-) D&A(10)(15)
EBIT2535
(-) Beban Bunga, net(4)
Pendapatan Sebelum Pajak (EBT)2135
(-) Pajak
Laba Bersih2135
Laporan Arus KasTahun 0Tahun 1
Laba Bersih2135
(+) D&A1015
(-) Kenaikan NWC(5)
Kas dari Operasi2650
(-) Capex(20)(25)
Kas dari Investasi(20)(25)
(+) Penerbitan Utang5060
Kas dari Pendanaan5060
Kas Awal6085
(+) Perubahan Kas Bersih1030
Kas Akhir70115
NeracaTahun 0Tahun 1
Kas dan Setara Kas6085
Piutang Usaha (A/R)4050
Aset Tetap (PP&E)100
Total Aset200
Utang Dagang (A/P)3540
Utang Jangka Panjang50110
Total Kewajiban85150
Saham dan APIC150150
Laba Ditahan
Total Ekuitas150150

Langkah pertama kami adalah menghubungkan laba bersih sebesar 15 juta dari laporan laba rugi ke bagian atas laporan arus kas, di mana metrik laba akrual menjadi item awal pada bagian “Kas dari Operasi”.

Proses rekonsiliasi laba bersih pada laporan arus kas biasanya dimulai dengan penambahan kembali depresiasi dan amortisasi (D&A) – penambahan kembali non-kas terbesar bagi perusahaan di sebagian besar industri, kecuali beberapa pengecualian.

Pengeluaran kas sebenarnya, Capex, telah terjadi dan diakui dalam bagian Arus Kas dari Investasi pada periode terjadinya.

Misalnya, 10 juta D&A yang dibebankan pada laporan laba rugi pada Tahun 0 ditambahkan kembali pada laporan arus kas.

Catatan: Biaya D&A biasanya tertanam dalam Biaya Barang Dagangan (HPP) dan Biaya Operasional (OpEx) pada laporan laba rugi – namun, kami memisahkan biaya tersebut pada laporan laba rugi untuk tujuan ilustrasi.

Baca juga: Audit Laporan Keuangan: Tahapan, Manfaat, dan Batasan

2. Saldo kas dan perubahan modal kerja bersih (NWC)

Perubahan modal kerja bersih (NWC) mencerminkan selisih antara saldo modal kerja bersih periode sebelumnya dan periode saat ini.

Perubahan Modal Kerja Bersih (NWC) = Modal Kerja Bersih Awal (NWC) – Modal Kerja Bersih Akhir (NWC)

Jika perubahan modal kerja bersih (NWC) positif, hal itu mencerminkan arus keluar (dan sebaliknya).

  • Perubahan Positif NWC → Penurunan Kas Tunai (Arus Kas Keluar)
  • Perubahan Negatif NWC → Peningkatan Kas Tunai (Arus Kas Masuk)

Mengapa? Misalkan saldo piutang usaha (A/R) suatu perusahaan meningkat secara tahunan (YoY).

Peningkatan A/R berarti jumlah pelanggan yang membayar secara kredit meningkat – yang merupakan arus kas keluar karena perusahaan belum menerima kas dari pelanggan meskipun telah “mendapatkan” pendapatan sesuai standar pengakuan pendapatan akrual.

Dari Tahun 0 ke Tahun 1, piutang usaha (A/R) meningkat sebesar 10 juta sementara hutang usaha (A/P) meningkat sebesar 5 juta.

  • Perubahan Piutang Usaha → +10 juta (Arus Kas Keluar)
  • Perubahan Hutang Usaha → +5 juta (Arus Kas Masuk)

Perubahan bersih NWC adalah 5 juta, yang mengurangi saldo kas akhir perusahaan – yaitu arus kas keluar mengimbangi dan melebihi arus kas masuk.

Perubahan Modal Kerja Bersih (NWC) → +5 juta

3. Aset tetap, pengeluaran modal (Capex) dan biaya depresiasi

Menurun lebih jauh ke dalam laporan arus kas, item “Pengeluaran Modal” muncul di bagian Arus Kas dari Investasi.

Capex tidak mempengaruhi laporan laba rugi secara langsung, melainkan biaya depresiasi diakui secara periodik untuk “menyebar” biaya arus kas keluar.

Mengapa? Konsep depresiasi bertujuan untuk mencocokkan waktu pengakuan biaya dengan periode di mana manfaat ekonomi diterima sesuai dengan prinsip pencocokan akrual.

Pada laporan laba rugi, depresiasi yang diakui adalah biaya aset tetap yang dibeli dikurangi nilai sisa aset tetap (yaitu “nilai sisa”), dibagi dengan asumsi umur ekonomis aset tetap.

Depresiasi = (Pengeluaran Modal – Nilai Sisa) ÷ Umur Ekonomis

Dimana:

  • Nilai Sisa (“Scrap Value”) → Nilai likuidasi yang diharapkan (“harga jual”) aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Dalam praktiknya, sebagian besar perusahaan mengasumsikan nilai sisa nol untuk mengakui beban depresiasi yang lebih tinggi pada laporan laba rugi karena perisai pajak bunga (yaitu penghematan pajak dari pengurangan pendapatan sebelum pajak).
  • Umur ekonomis → Asumsi umur ekonomis merujuk pada perkiraan jumlah tahun di mana aset tetap non-current (PP&E) diharapkan terus memberikan manfaat ekonomi positif bagi perusahaan.

Namun, perhatikan bagaimana akun properti, pabrik, dan peralatan pada neraca meningkat sebesar seluruh jumlah Capex pada periode terjadinya.

Misalnya, saldo aset tetap sebesar 100 juta pada Tahun 0 meningkat sebesar 20 juta penuh dari Capex.

Biaya depresiasi sebesar 10 juta mengurangi saldo aset tetap, sehingga saldo aset tetap bersih pada Tahun 0 sama dengan 110 juta.

Saldo Aset Tetap Akhir = 100 juta + 20 juta – 10 juta = 110 juta

Baca juga: Jenis Laporan Keuangan Koperasi dan Contohnya

4. Biaya bunga dan saldo utang (penerbitan dan pelunasan)

Untuk bagian Kas dari Pembiayaan, terdapat satu arus kas masuk, yaitu penggalangan modal melalui penerbitan utang, yang mewakili arus kas masuk, karena utang diterbitkan dengan menukar kas dari pemberi pinjaman.

Pada Tahun 0 dan Tahun 1, perusahaan kami mengumpulkan 50 juta dan kemudian 60 juta, masing-masing dicatat di neraca pada pos “Utang Jangka Panjang”.

Pada laporan laba rugi, beban bunga diakui di bagian item non-operasional, dengan nilai yang dicatat ditentukan oleh saldo utang rata-rata dikalikan dengan suku bunga yang berlaku.

Beban Bunga = Suku Bunga (%) × (Saldo Utang Awal + Saldo Utang Akhir ÷ 2)

Misalnya, beban bunga pada Tahun 1 sekitar 5 juta.

Beban Bunga = 6,0% × [(50 juta + 60 juta) ÷ 2] = 5 juta

Catatan: Perhitungan beban bunga di sini dilakukan dalam konteks modeling keuangan (yaitu perkiraan pro forma); oleh karena itu, penyederhanaan dilakukan.

5. Laba ditahan dan saldo kas akhir

Pada Tahun 0, saldo kas awal diasumsikan sebesar 60 juta. Dengan menambahkan perubahan bersih kas sebesar 50 juta – yaitu jumlah dari kas dari operasi, kas dari investasi, dan kas dari pembiayaan – kita mendapatkan saldo kas akhir sebesar 110 juta.

  • Perubahan Bersih Kas = Kas dari Operasi + Kas dari Investasi + Kas dari Pembiayaan

Dalam perhitungan kas berlanjut, 110 juta kas akhir pada laporan arus kas Tahun 0 mengalir ke saldo kas yang ditampilkan pada neraca, serta menjadi saldo kas awal untuk tahun berikutnya.

Kas Awal (Tahun 0) = 60 juta + 50 juta = 110 juta

Kas Akhir (Tahun 1) = 110 juta + 66 juta = 176 juta

Rekening laba ditahan sama dengan saldo periode sebelumnya, ditambah laba bersih, dikurangi dividen yang dibagikan – seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Laba Ditahan = Saldo Periode Sebelumnya + Laba Bersih – Dividen

Oleh karena itu, kita akan menambahkan laba bersih periode saat ini sebesar 21 juta ke saldo laba ditahan periode sebelumnya sebesar 15 juta untuk mendapatkan saldo laba ditahan akhir sebesar 36 juta.

Saldo Akhir Laba Ditahan = 15 juta + 21 juta = 36 juta

Sebagai kesimpulan, kita akan memastikan ketiga laporan keuangan terhubung dengan benar dengan melakukan pengecekan saldo berdasarkan persamaan akuntansi dasar.

Total Aset = Total Kewajiban + Total Ekuitas Pemegang Saham

Lebih lengkapnya, perhatikan tabel di bawah ini, dan bandingkan dengan tabel sebelumnya:

Laporan Laba RugiTahun 0Tahun 1
Pendapatan100125
(-) Harga Pokok Penjualan (COGS)(45)(50)
Laba Kotor5575
(-) SG&A(20)(25)
(-) D&A(10)(15)
EBIT2535
(-) Beban Bunga, net(4)(5)
Pendapatan Sebelum Pajak (EBT)2130
(-) Pajak(6)(9)
Laba Bersih1521
Laporan Arus KasTahun 0Tahun 1
Laba Bersih1521
(+) D&A1015
(-) Kenaikan NWC(5)(5)
Kas dari Operasi2031
(-) Capex(20)(25)
Kas dari Investasi(20)(25)
(+) Penerbitan Utang5060
Kas dari Pendanaan5060
Kas Awal60110
(+) Perubahan Kas Bersih5066
Kas Akhir110176
NeracaTahun 0Tahun 1
Kas dan Setara Kas110176
Piutang Usaha (A/R)4050
Aset Tetap (PP&E)100110
Total Aset250336
Utang Dagang (A/P)3540
Utang Jangka Panjang50110
Total Kewajiban85150
Saham dan APIC150150
Laba Ditahan1536
Total Ekuitas165186

Baca juga: Perbedaan Top Line dan Bottom Line dalam Laporan Keuangan

Pada Intinya…

Dengan memahami hubungan antar laporan keuangan ini, perusahaan dapat membuat keputusan keuangan yang lebih baik dan lebih informasional.

Rekonsiliasi antar laporan keuangan – seperti menghubungkan laba bersih dengan kas dari operasi atau menghubungkan pengeluaran modal dengan saldo PP&E di Neraca – penting dalam mengidentifikasi dampak keuangan yang sesungguhnya.

Ini tidak hanya bermanfaat bagi manajer internal perusahaan, tetapi juga bagi investor dan analis yang memerlukan gambaran akurat tentang arus kas dan posisi keuangan perusahaan untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

Namun, proses penyusunan laporan keuangan yang kompleks ini dapat menjadi tantangan, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki sistem yang terintegrasi dan praktis. Sebagai solusi, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi Kledo.

Dengan Kledo, Anda dapat dengan mudah mengelola ketiga laporan keuangan tersebut secara otomatis dan real-time, menghemat waktu dan mengurangi potensi kesalahan manusia.

Kledo menawarkan kemudahan dalam menyusun laporan keuangan dan proses akuntansi terintegrasi yang bisa Anda dicoba gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

Coba Kledo sekarang dan dapatkan proses akuntansi lebih efisien dan praktis.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fifteen + eight =