Inventory Write Down: Pengertian dan Contoh Jurnalnya

inventory write down banner

Mencatat nilai persediaan dengan benar membantu perusahaan menjaga keakuratan data, mengambil keputusan bisnis yang tepat, dan memahami posisi keuangan dengan baik. Inventory write down merupakan salah satu cara bagi bisnis untuk memantau selisih antara nilai buku persediaan dan nilai realisasinya.

Persediaan bukanlah aset yang nilainya tetap. Ada berbagai hal yang bisa membuat nilainya menurun, seperti perubahan kondisi pasar, barang yang sudah usang, kerusakan, pencurian, dan faktor lainnya—semua ini harus dicatat dalam pembukuan.

Inventory write down adalah proses yang dilakukan ketika nilai pasar sebuah persediaan turun di bawah nilai buku, sehingga nilainya harus disesuaikan.

Proses ini akan berpengaruh pada laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan, yang pada akhirnya juga berdampak pada laba bersih dan saldo laba.

Karena dampaknya cukup penting, perusahaan perlu memahami apa itu inventory write down, bagaimana cara melakukannya, serta strategi pengelolaan persediaan agar kebutuhan melakukan write down bisa ditekan seminimal mungkin.

Apa Itu Inventory Write-Down?

Inventory write-down adalah proses akuntansi yang perlu dilakukan saat nilai persediaan turun, namun belum benar-benar hilang seluruh nilainya.

Ketika nilai pasar persediaan turun di bawah nilai tercatat di pembukuan, maka perlu dibuat pencatatan pada akun beban write-down atau pada akun harga pokok penjualan (HPP), tergantung besar kecilnya penurunan nilai tersebut.

Penyesuaian ini sebaiknya dilakukan segera agar pencatatan akuntansi tetap akurat dan meminimalkan beban pajak.

Pada akhirnya, inventory write-down akan mengurangi nilai persediaan akhir untuk periode tersebut, yang berdampak pada laporan laba rugi maupun neraca perusahaan.

Bagaimana Cara Kerja Inventory Write Down?

Inventory Write Down 3

Dalam akuntansi keuangan, inventory write down dibutuhkan jika nilai pasar dari persediaan perusahaan lebih rendah daripada nilai yang tercatat di neraca.

Proses ini sering juga disebut inventory impairment, yaitu pengurangan saldo persediaan saat nilai pasar turun di bawah nilai bukunya, tetapi barang masih bisa dijual.

Menurut standar pelaporan keuangan seperti PSAK, write-down dilakukan agar laporan keuangan lebih transparan dan tidak menyesatkan investor.

Baca juga: Ending Inventory: Pengertian dan Cara Menghitungnya

Apa Penyebab Terjadinya Inventory Write Down?

Inventory write down mengurangi nilai buku persediaan sesuai dengan penurunan nilai pasar secara bertahap.

Oleh karena itu, saldo setelah penyesuaian akan lebih rendah dibandingkan nilai buku sebelumnya.

Pada sebagian besar kasus, write-down disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak terduga, seperti kerusakan yang tidak disengaja, barang yang sudah usang, atau perubahan signifikan dalam kondisi pasar (misalnya perubahan preferensi dan pola perilaku konsumen).

Alasan perlunya inventory write-down bisa berasal dari berbagai faktor, antara lain:

Masalah PersediaanDeskripsi
Usang (Obsolescence)Perkembangan teknologi atau perubahan besar dalam suatu pasar dapat mengubah industri secara menyeluruh, mengakibatkan persediaan menjadi usang.
Meskipun secara teknis persediaan masih bisa dijual, nilainya harus dikurangi di neraca karena jumlah calon pembeli semakin sedikit.
Kerusakan PersediaanPersediaan sering kali mengalami kerusakan akibat kesalahan karyawan atau bencana alam. Jika persediaan masih bisa diperbaiki, write-down harus mencakup biaya perbaikan. Dalam kasus pembusukan, perlu mempertimbangkan apakah lebih ekonomis memperbaiki persediaan atau membeli baru. Jika biaya perbaikan lebih mahal, lebih baik membeli persediaan baru.
Kadaluarsa PersediaanBeberapa jenis persediaan, seperti produk dengan masa simpan terbatas, bisa mendekati tanggal kadaluarsa saat dimiliki perusahaan. Walaupun masih bisa dijual, perusahaan biasanya harus memberi diskon pada harga dan penurunan nilai ini harus dicatat. Jika persediaan tidak terjual melewati masa kadaluarsa, write-down akan berubah menjadi write-off.
Permintaan MenurunPola perilaku dan preferensi konsumen terus berubah, dan inovasi produk baru dapat menggantikan produk lama dan norma-norma pasar yang ada.
Risiko RegulasiRegulasi yang diberlakukan oleh pemerintah federal atau badan terkait dapat mempengaruhi margin keuntungan dan daya jual produk (atau bahkan legalitas produk di beberapa wilayah). Biaya penyesuaian pada regulasi baru dan menurunnya permintaan harus tercermin dalam neraca demi transparansi. Contohnya adalah sektor kesehatan seperti telemedicine.
Masalah KualitasPesanan persediaan sering datang dengan masalah kualitas yang membuat barang tidak dapat digunakan (dan tidak bisa dijual). Persediaan yang gagal lolos inspeksi kualitas kemungkinan besar harus dicatat sebagai write-off.
Kelebihan PersediaanManajemen sering kali memesan persediaan berlebihan, menyebabkan penumpukan produk yang tidak terjual. Seiring waktu, kemampuan manajemen dalam merencanakan permintaan dan melakukan peramalan akan meningkat sehingga risiko kelebihan persediaan berkurang.

Baca juga: Days Inventory Outstanding (DIO): Rumus, Kalkulator, dan Contohnya

Perbedaan Inventory Write Down dan Write Off

Inventory Write Down 2

Perbedaan utama antara inventory write-down dan write-off adalah tingkat penurunan nilai persediaan:

  • Inventory Write-Down adalah penurunan sebagian nilai buku persediaan ketika nilai pasar persediaan turun di bawah nilai tercatatnya, tetapi barang tersebut masih memiliki nilai dan masih bisa dijual dengan harga lebih rendah. Write-down merefleksikan pengurangan nilai persediaan sebagian dan dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi.
  • Inventory Write-Off adalah penghapusan penuh nilai persediaan ketika persediaan dianggap sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi, misalnya karena rusak parah, kadaluwarsa, atau usang total sehingga tidak bisa lagi dijual. Write-off menghilangkan nilai persediaan dari neraca sepenuhnya dan mempengaruhi laporan laba rugi sebagai kerugian penuh.

Rumus Inventory Write-Down

Menurut standar akuntansi U.S. GAAP (FASB), digunakan aturan lower of cost or market (LCM) untuk menilai nilai persediaan. Aturan ini menyatakan bahwa nilai persediaan yang harus dicatat adalah nilai yang lebih rendah antara biaya historis atau nilai pasar saat ini.

Nilai pasar saat ini adalah perkiraan biaya penggantian persediaan pada tanggal pelaporan.

Inventory Write-Down = Biaya Historis – Nilai Terendah antara Biaya atau Pasar (LCM)

Sedangkan menurut standar IFRS, write-down dihitung sebagai selisih antara nilai historis dan net realizable value (NRV).

Inventory Write-Down = Biaya Historis – Nilai Terendah antara Biaya atau NRV (LCNRV)

Nilai pasar harus lebih rendah dari net realizable value (NRV), termasuk NRV yang sudah dikurangi margin laba normal. Jika tidak, maka persediaan tidak mengalami penurunan nilai (impairment) dan write-down tidak perlu dilakukan.

Rumus net realizable value (NRV)

NRV dihitung sebagai selisih antara perkiraan harga jual normal di pasar dan biaya yang terkait dengan penjualan persediaan, seperti biaya perbaikan agar kondisi persediaan dan daya jualnya meningkat.

NRV = Perkiraan Harga Jual − Total Biaya Penjualan

  • Perkiraan Harga Jual: Perkiraan harga di mana persediaan bisa dijual di pasar terbuka, yaitu biaya penggantian saat ini.
  • Total Biaya Penjualan: Total biaya yang diperkirakan akan dikeluarkan untuk memasarkan dan menjual persediaan kepada pembeli potensial.

Nilai pasar saat ini atau biaya penggantian persediaan tidak boleh melebihi NRV maupun NRV yang sudah disesuaikan dengan margin laba normal.

Baca juga: Pengertian Inventory Pooling, Tantangan, dan Cara Mengelolanya

Dampak Inventory Inventory Write Down dalam Laporan Keuangan

Laporan laba rugi

Kerugian akibat penurunan nilai persediaan dicatat sebagai beban, baik pada biaya pokok penjualan (HPP) atau secara terpisah di bagian pos non-operasional.

Write-down ini merupakan kejadian yang tidak berulang dan mengurangi laba sebelum pajak (EBT). Akibatnya, laba bersih dan laba per saham (EPS) periode berjalan akan menurun.

Laporan arus kas

Pada bagian arus kas dari aktivitas operasi (CFO), inventory write-down ditambahkan kembali ke laba bersih karena merupakan pengeluaran non-kas, artinya tidak ada pengeluaran kas nyata. Namun, perubahan saldo persediaan dapat memengaruhi arus kas bebas.

Neraca

Di sisi aset, nilai tercatat persediaan berkurang sesuai jumlah write-down. Dampak pada sisi kewajiban dan ekuitas pemegang saham terjadi melalui penurunan laba bersih yang berimbas pada saldo laba ditahan.

Selain itu, write-down diperlakukan sebagai beban (expense), yang berarti laba bersih dan kewajiban pajak akan berkurang.

Penurunan laba bersih tersebut kemudian mengurangi saldo laba ditahan perusahaan, yang pada gilirannya menurunkan ekuitas pemegang saham di neraca.

Nilai aset persediaan di neraca juga harus dikurangi sesuai dengan nilai realisasi bersih (net realizable value/NRV) yang akurat.

Software akuntansi seperti Kledo bisa membantu dalam pencatatan beban dan penyesuaian nilai persediaan dengan tepat.

Inventory write-down juga berdampak pada sejumlah rasio keuangan sebagai berikut:

Rasio KeuanganDampak
Current RatioMenurun
Inventory TurnoverMeningkat
Days of Inventory on HandMenurun
Net Profit MarginMenurun
Gross Profit MarginMeningkat

Baca juga: Inventory Turnover Ratio: Pengertian, Cara Hitung, dan Analisisnya

Contoh Jurnal Inventory Write-Down

Inventory Write Down 1

Misalkan, toko online Case City menjual casing ponsel dan versi baru dari merek ponsel paling populer keluar.

Casing ponsel yang dimiliki Case City tidak cocok untuk perangkat baru tersebut. Karena casing di persediaan menjadi usang, nilainya turun dari 25.000 per unit menjadi 10.000, selisihnya 15.000 per unit.

Jika angka penurunan nilai persediaan tidak signifikan karena jumlah casing tersebut sedikit, entri jurnal pada laporan laba rugi adalah:

Entri DebitEntri Kredit
Harga Pokok Penjualan45.000
Persediaan45.000

Namun, jika penurunan nilainya signifikan karena perusahaan memiliki 100 casing tersisa, ayat jurnal pada laporan laba rugi adalah:

Entri DebitEntri Kredit
Rugi Penurunan Persediaan1.500.000
Persediaan1.500.000

Jurnal pembalikan penurunan nilai persediaan

Reversal (pembalikan) dari inventory write-down terjadi jika nilai persediaan yang sebelumnya diturunkan kembali naik. Contohnya, nilai pasar persediaan meningkat, atau write-down sebelumnya terlalu agresif.

Misalnya, jika sebuah produk casing ponsel yang sebelumnya diturunkan nilainya karena ada model baru, kemudian model baru tersebut ditarik dari pasar karena masalah baterai, nilai casing bisa naik kembali mendekati atau melebihi nilai semula sebelum write-down.

Dalam hal ini, perusahaan dapat membalik penurunan nilai yang telah dicatat, tapi tidak boleh lebih dari jumlah write-down awal.

Contoh jurnal pembalikan untuk kasus write-down kecil adalah:

DebitKredit
Harga Pokok Penjualan45.000
Persediaan45.000

Jika write-down sebelumnya besar, misalnya 100 unit, jurnalnya bisa seperti ini:

DebitKredit
Penurunan Nilai Persediaan (Inventory Write-Down)1.500.000
Persediaan1.500.000

Jika nilai naik tapi tidak sampai penuh, maka jumlah yang dicatat pada jurnal pembalikan adalah selisih kenaikan nilai tersebut.

Baca juga: Manajemen Persediaan Bisnis Butik: Tantangan dan Tipsnya

Cara Mengurangi Penurunan Nilai Persediaan

Mengingat dampak negatif dari penurunan nilai persediaan, perusahaan sebaiknya menghindarinya sebisa mungkin. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko write-down:

  • Hindari persediaan berlebih: Terkadang mungkin Anda tergoda memesan barang dalam jumlah besar, tapi hal ini meningkatkan risiko usang, rusak, atau kadaluarsa terutama untuk barang yang mudah rusak.
  • Ubah frekuensi pemesanan: Memesan dalam jumlah kecil tapi lebih sering membantu menyesuaikan stok agar lebih akurat dan up to date.
  • Pantau tren permintaan dan penjualan: Dengan mengetahui tren pasar dan pola permintaan, perusahaan bisa memperkirakan perubahan kebutuhan dan menyesuaikan persediaan sebelum nilai turun.
  • Lindungi persediaan: Kerusakan dan pencurian adalah penyebab umum write-down. Gunakan sistem keamanan seperti kunci, kamera pengawas, alarm, dan kebijakan pengawasan yang ketat untuk mencegah kehilangan.
  • Pertimbangkan metode valuasi LIFO: Perusahaan yang menggunakan metode Last In, First Out (LIFO), yang mengasumsikan barang terbaru dijual duluan, cenderung mengalami write-down lebih sedikit dibanding metode First In, First Out (FIFO). Dengan LIFO, nilai persediaan yang tersisa pada neraca adalah harga barang lama yang lebih rendah.
  • Gunakan software akuntansi yang memiliki fitur manajemen persediaan: Investasi pada sistem modern seperti software akuntansi Kledo memungkinkan fitur seperti cycle counting, pemantauan stok di berbagai lokasi, dan perencanaan permintaan untuk mengoptimalkan kontrol persediaan dan mengurangi write-down. Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:
kledo banner 1

Baca juga: Pembahasan PSAK 14 Tentang Akuntansi Persediaan

Pada Intinya…

Inventory write-down adalah penurunan nilai persediaan yang dicatat ketika nilai pasarnya turun di bawah nilai tercatatnya di pembukuan.

Hal ini dilakukan untuk menjaga akurasi laporan keuangan dan transparansi informasi kepada investor. Penurunan nilai persediaan dapat disebabkan berbagai faktor seperti barang yang usang, rusak, kadaluarsa, perubahan permintaan, hingga risiko regulasi.

Write-down berbeda dengan write-off yang merupakan penghapusan nilai persediaan secara penuh karena barang tidak memiliki nilai jual lagi. Dalam pencatatan akuntansi, write-down dicatat sebagai beban dan mempengaruhi laporan laba rugi dan neraca, termasuk menurunkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham.

Untuk mengurangi risiko write-down, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi, seperti menghindari pembelian persediaan berlebih, melakukan pemesanan dengan frekuensi yang lebih sering tapi dalam jumlah lebih kecil, memantau tren permintaan pasar, menjaga keamanan persediaan guna mencegah kerusakan dan pencurian, menggunakan metode valuasi LIFO, serta memanfaatkan software akuntansi seperti Kledo.

Kledo sebagai software akuntansi menyediakan fitur lengkap untuk membantu mencatat transaksi dengan tepat, mengelola persediaan, hingga membantu analisis laporan keuangan dengan mudah dan praktis.

Dengan Kledo, bisnis bisa lebih mudah menjaga kestabilan nilai persediaan dan meminimalkan dampak negatif dari write-down dalam laporan keuangan.

Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Komentar

twenty + six =