Pahami Pengertian Jurnal Prepetual dan Contohnya Di Sini

jurnal prepetual

Perusahaan dapat menggunakan jurnal prepetual untuk melakukan pencatatan berbagai transaksi persediaan barang dagang. Dengan menggunakan sistem ini, maka perusahaan harus melakukan pencatatan secara intens dan terus menerus.

Sebenarnya ada jenis jurnal lain yang dapat digunakan sebagai metode pencatatan yakni jurnal periodik. Namun, seringkali kedua jenis jurnal tersebut dianggap sama. Padahal keduanya sangat berbeda baik dilihat dari dasar pencatatan dan akun yang digunakan.

Agar tak tambah bingung, sila simak dengan baik ulasan di bawah ini ya, Kawan Kledo!

Mengenal Definisi Jurnal Prepetual

jurnal prepetual

Jurnal prepetual (prepetual journal) merupakan salah satu metode untuk mencatat persediaan barang dagangan di sebuah perusahaan. Dapat pula dikatakan prepetual adalah sebuah sistem pencatatan persediaan yang mengharuskan perusahaan melakukan pencatatan transaksi persediaan secara terus menerus.

Perusahaan yang menggunakan sistem ini akan mencatat secara detail atas biaya persediaan barang dagang serta kenaikan dan penurunannya.

Pencatatan yang dilakukan secara terus menerus dapat memudahkan perusahaan untuk mengetahui jumlah persediaan yang ada untuk setiap jenis persediaan secara real time.

Selain itu, sistem ini juga tak mengharuskan perusahaan turun langsung ke gudang untuk menghitung secara fisik persediaan yang ada. Biasanya pencatatan akan dilakukan berdasarkan dokumen transaksi seperti nota, faktur, dan sebagainya.

Namun bukan berarti penghitungan secara fisik tidak dilakukan sama sekali, ya. Penghitungan secara fisik tetap dilakukan, setidaknya setahun sekali.

Tujuannya untuk mengantisipasi barang yang tidak masuk ke dalam sistem otomatis. Juga bertujuan untuk melakukan pengecekan atas barang yang rusak atau hilang karena dicuri.

Baca Juga: Jurnal Umum: Langkah Mudah Membuat dan Contohnya

Memahami Perbedaan Jurnal Prepetual dan Jurnal Periodik

Perbedaan antara sistem pencatatan prepetual dan periodik dapat dilihat pada tabel di bawah ini, ya!

NomorPerbedaan PrepertualPeriodik
1.Dasar pencatatan yang digunakanSetiap transaksi jual beli barang dagang dicatat pada akun Persediaan Barang DagangPencatatan pada akun Persediaan Barang Dagang hanya dilakukan di akhir periode
2.Pencatatan transaksi pembelianAkun Persediaan Barang Dagang di debitAkun Pembelian di debit
3.Pencatatan transaksi pengeluaran biaya angkut pembelianAkun Persediaan Barang Dagang di debitAkun Biaya Angkut Pembelian di debit
4.Pencatatan transaksi retur dan pengurangan pembelianAkun Persediaan Barang Dagang di kreditAkun Retur dan pengurangan Pembelian di kredit
5.Pencatatan transaksi potongan pembelianAkun Persediaan Barang Dagang di kreditAkun Potongan Pembelian di kredit
6.Pencatatan Transaksi PenjualanAkun Persediaan Barang Dagang di kredit, akun Harga Pokok Penjualan di debitTidak ada pencatatan pada akun Persediaan Barang Dagang dan Harga Pokok Penjualan
7.Jurnal PenyesuaianTidak ada jurnal penyesuaianTerdapat jurnal penyesuaian akun Persediaan Barang Dagang dan Harga Pokok Penjualan

Baca juga: Pengertian Jurnal Koreksi, Cara Membuat, dan Contoh Kasusnya

Siapa Pengguna Jurnal Prepetual?

Sistem Prepetual mengharuskan untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi yang terjadi. Nah, karena karakteristik tersebut, sistem ini sangat cocok digunakan oleh entitas bisnis yang frekuensi transaksi pembelian dan penjualannya tidak setinggi perusahaan ritel.

Biasanya pengguna sistem ini adalah perusahaan yang melakukan penjualan barang relatif mahal dan jumlahnya sedikit. Misalnya saja bisnis mobil, handphone, laptop, dan jam mewah.

Baca Juga: Jurnal Khusus: Pengertian, Manfaat, dan Contoh Transaksinya

Macam-macam Metode Penghitungan Jurnal Prepetual

Secara umum ada tiga metode penghitungan persediaan barang dagang yang sering digunakan oleh perusahaan. Apa saja, ya? Berikut ulasannya.

Metode FIFO

First in first out atau FIFO merupakan salah satu metode prepetual yang mana perusahaan akan menjual barang dagangannya sesuai dengan urutan saat barang dibeli. Singkatnya, barang yang pertama kali dibeli maka barang tersebut yang pertama pula dijual.

Lazimnya, metode ini digunakan pada barang yang mudah rusak, tidak tahan lama, serta barang mode yang modelnya sering berubah.

Contohnya swalayan yang mengatur rak roti tawar sesuai dengan tanggal kadaluwarsanya. Contoh lain yaitu toko pakaian yang memajang barang dagangannya sesuai dengan trend fashion yang sedang digandrungi banyak orang.

Metode LIFO

Last in first out atau LIFO merupakan kebalikan dari metode FIFO. Jadi, perusahaan yang menggunakan metode ini, barang yang pertama kali dijual justru barang yang terakhir kali dibeli.

Biasanya, perusahaan yang menggunakan metode ini akan menilai persediaan akhir barang dagangan sama dengan perolehan persediaan barang pada awal periode.

Metode LIFO mengasumsikan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan merupakan kebalikan dari kronologi yang telah terjadi.

Harga beli barang dagang terakhir akan dibebankan pada periode inflasi yang menyebabkan kenaikan harga. Sehingga laba dan pajak terutang akan semakin kecil.

Namun, metode LIFO ini tidak boleh digunakan lagi ya, Kawan Kledo!

Metode Average

Metode ini juga disebut dengan metode rata-rata tertimbang yang merupakan perpaduan antara metode FIFO dan LIFO.

Jadi perusahaan yang menggunakan metode ini akan menghitung rata-rata antara barang yang tersedia untuk dijual dengan persediaan barang dagang awal dan persediaan barang dagang akhir yang tersedia.

Dengan demikian akan diketahui harga rata-rata dari persediaan akhir dan beban pokok penjualan.

Dengan menerapkan metode ini, berarti perusahaan akan menjual barang yang tersedia di gudang tanpa membedakan mana barang yang dibeli terlebih dulu maupun barang yang dibeli terakhir kali.

Baca Juga: Fifo, Lifo, dan Average: Pengertian Lengkap dan Perbedaannya

Cara Pencatatan Jurnal Prepetual

jurnal prepetual

Saat berurusan dengan akuntansi persediaan, Anda mungkin akan menemukan diri Anda membuat jurnal transaksi.

Di bawah ini Anda akan menemukan beberapa entri jurnal paling umum yang Anda perlukan, untuk melakukan akuntansi untuk inventaris Anda.

1. Pembelian Barang Dagangan dengan

Untuk mencatat pembelian barang dagang pada harga perolehan, persediaan didebit dan hutang dagang dikredit, seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

RefTanggalAkun dan PenjelasanDebitKredit
101XX/YY/ZZZZPersediaanXX
Akun hutangXX
Untuk mencatat pembelian barang dagangan

2. Pembayaran hutang

Entri jurnal untuk melakukan pembayaran faktur akan terlihat seperti ini:

RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
102XX/YY/ZZZZAkun hutangXX
PersediaanXX
Untuk mencatat pembayaran hutang usaha

Baca juga: Jurnal Penjualan Kredit: Pengertian, Bentuk, dan Contoh Penyelesaiannya

3. Ketentuan Kredit

Biasanya, produsen dan grosir akan menjual barang secara kredit. Persyaratan kredit ini ditulis dalam tagihan atau faktur penjual.

Pada contoh ini, mari kita asumsikan bahwa pada tanggal 1 April, perusahaan membeli barang dagangan senilai 2.000.000 lagi, secara kredit, dengan syarat pembayaran 2/10 net 30.

Jangka waktu pembayaran 2/10 bersih 30 berarti bahwa pembeli memiliki waktu 30 hari untuk membayar kembali vendornya, tetapi bisa mendapatkan diskon 2% jika mereka membayar dalam waktu 10 hari.

Sekarang, Perusahaan XYZ mencatat pembelian mereka pada biaya bersih, yang merupakan harga faktur 2.000.000 dikurangi diskon 2% yang tersedia, yang berjumlah 40.000.

Oleh karena itu, perusahaan akan mencatat pembelian ini sebagai berikut:

RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
103`XX/YY/ZZZZPersediaan1.960.000
Akun hutang1.960.000
Untuk mencatat pembelian persediaan pada net cost

Jika perusahaan gagal membayar dalam waktu 30 hari, dan kehilangan diskon, jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat kerugian:

RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
104XX/YY/ZZZZPersediaan1.960.000
Diskon pembelian hilang40.000
Akun hutang2.000.000
Untuk mencatat pembayaran barang setelah masa diskon

4. Penjualan Barang Dagangan

Ketika bisnis menjual barang dagangan, dua entri jurnal perlu dibuat: satu untuk mengakui penjualan, dan satu lagi untuk mencatat harga pokok penjualan.

RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
105XX/YY/ZZZZPiutangXX
PenjualanXX
Penjualan barang secara kredit
RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
106XX/YY/ZZZZHarga pokok penjualanXX
PersediaanXX
Transfer biaya persediaan dari inventory ke harga pokok penjualan

5. Penerimaan piutang

Penagihan kas dari piutang dicatat seperti yang ditunjukkan di bawah ini:

RefTanggalAkun dan penjelasanDebitKredit
107XX/YY/ZZZZKasXX
PitangXX
Penerimaan piutang pelanggan dari penjualan kredit

Keuntungan Menggunakan Sistem Perpetual

Persediaan perpetual memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan yang menggunakannya. Beberapa keuntungan teratas meliputi:

  • Membatasi kehabisan stok: Karena perusahaan memiliki jumlah produk yang tersedia secara relatif dapat diandalkan setiap saat, karyawan tahu kapan harus memesan stok tambahan untuk menghindari kehabisan stok.
  • Memberikan kesadaran pelanggan: Prospek atau calon pelanggan dapat dengan cepat meninjau nomor stok dari inventaris abadi untuk melihat produk mana yang banyak diminati dan mana yang bergerak lebih lambat.
  • Sentralisasi inventaris: Untuk perusahaan dengan beberapa lokasi penjualan, inventaris perpetual memusatkan semua stok yang tersedia dalam satu sistem untuk kesadaran inventaris terpusat.
  • Meningkatkan akurasi: Karena inventaris perpetual diperbarui setiap kali pelanggan melakukan pembelian, inventaris tersebut relatif akurat tidak peduli kapan ditinjau.
  • Perincian pembelian: Pimpinan perusahaan dapat dengan mudah melihat produk mana yang secara konsisten dikembalikan oleh pelanggan dan produk mana yang memerlukan harga diskon reguler untuk dijual.
  • Menghemat waktu: Sementara beberapa penghitungan tangan diperlukan untuk memperhitungkan barang yang rusak atau dicuri, sebagian besar, persediaan perpetual menghemat waktu karyawan dari menghabiskan hari menghitung persediaan setiap bulan atau kuartal.

Baca juga: Nota Kredit: Arti, Komponen, Contoh, dan Bedanya dengan Nota Debit

Kesimpulan

Nah, dapat kita ambil kesimpulan bahwa jurnal prepetual merupakan salah satu sistem penjurnalan dimana pencatatan dilakukan secara terus menerus.Dengan pencatatan yang terus menerus akan memudahkan perusahaan memantau persediaan barang dagang secara real time.

Sistem prepetual memudahkan perusahaan dalam melakukan pencatatan karena akuntan tidak harus turun langsung ke gudang untuk menilai persediaan barang dagang.

Sistem ini sangat cocok digunakan oleh perusahaan yang menjual barang dengan frekuensi tidak terlalu intens dan harganya cenderung mahal.

Nah jika Kawan Kledo mempunyai bisnis dengan karakteristik tersebut, jurnal prepetual sangat cocok diaplikasikan dalam sistem pencatatan bisnis. Dengan sistem prepetual, pencatatan yang Kawan Kledo akan tambah efisien dan efektif.

Melalui artikel ini, Kawan Kledo sudah mempelajari pengertian, berbagai macam cara perhitungan, cara menjurnal serta perbedaan antara prepetual dengan periodik. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat kepada Kawan Kledo.

Jangan lupa gunakan software akuntansi Kledo untuk memudahkan pengelolaan keuangan bisnis Kawan Kledo. Klik di sini untuk daftar Kledo sekarang juga.

Banner 1 kledo
Desi Murniati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen − 3 =