Cara Menghitung Overhead Absorption Rate dan Contohnya

Overhead Absorption Rate banner

Overhead absorption atau penyerapan biaya overhead didefinisikan sebagai pembebanan overhead ke unit biaya. Ketika jumlah biaya overhead telah ditentukan berdasarkan basis yang telah ditentukan sebelumnya untuk setiap pusat biaya, langkah selanjutnya adalah membebankannya ke produksi.

Hal ini melibatkan pengambilan setiap pusat biaya dan membebankan biaya overhead ke semua produk yang melaluinya.

Penerapan biaya overhead ini disebut absorption, yang dapat didefinisikan sebagai pembebanan biaya overhead ke produksi.

Semua produk, pekerjaan, atau jasa melewati satu atau lebih pusat biaya produksi.

Oleh karena itu, menjadi penting untuk membebankan biaya overhead ke biaya produk, pekerjaan, dan proses sesuai dengan karakteristik bisnis dan proses operasional

Hal ini memastikan bahwa biaya yang berkaitan dengan suatu pusat biaya harus diserap sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Proses pembebanan atau pemulihan biaya overhead ke dalam biaya produksi disebut absorption overhead.

Pada artikel kali ini kami akan menjelaskan cara menghitung overhead absorption rate dengan berbagai metode dan juga contoh kasusnya dalam sebuah bisnis.

Aoa itu Overhead Absorption?

Overhead absorption, juga dikenal sebagai alokasi biaya overhead, adalah proses yang digunakan dalam akuntansi biaya di mana biaya overhead didistribusikan ke berbagai objek biaya, seperti produk, layanan, atau departemen.

Tujuannya adalah untuk lebih memahami biaya sebenarnya dalam memproduksi suatu produk atau memberikan layanan, lebih dari sekadar biaya langsung.

Biaya overhead adalah biaya tidak langsung dari produksi, yang tidak secara langsung terkait dengan produk atau layanan tertentu. Biaya ini antara lain meliputi biaya sewa, utilitas, asuransi, dan gaji staf administrasi.

Karena biaya-biaya ini tidak terkait dengan satu produk atau layanan tertentu, biaya-biaya ini didistribusikan atau ‘diserap’ ke dalam biaya semua produk atau layanan yang diproduksi atau disediakan oleh perusahaan.

Metode penyerapan biaya overhead tergantung pada basis penyerapan yang dipilih, yang dapat berupa jam kerja langsung, jam kerja mesin, atau biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lain. Basis yang dipilih harus memiliki korelasi yang wajar dengan timbulnya biaya overhead.

Sebagai contoh, katakanlah sebuah perusahaan mengeluarkan biaya overhead sebesar 1.000.000.000 per tahun dan memutuskan untuk menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar absorption.

Jika tenaga kerja perusahaan bekerja 200.000 jam kerja langsung sepanjang tahun, tingkat penyerapan biaya overhead adalah 5.000 per jam kerja (1.000.000.000 / 200.000 jam). Ini berarti bahwa untuk setiap jam kerja, 5.000 biaya overhead dialokasikan ke produk yang dihasilkan.

Penting untuk dicatat bahwa penyerapan biaya overhead tidak mengubah jumlah total biaya overhead yang dikeluarkan perusahaan.

Sebaliknya, ini adalah metode akuntansi yang digunakan untuk mendistribusikan biaya-biaya ini ke seluruh produk atau layanan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang biaya sebenarnya dari setiap produk atau layanan.

Baca juga: Rasio Sales to Working Capital: Pengertian, Rumus, dan Contoh Kasus

Banner 2 kledo

Rumus Menghitung Overhead Absorption

Rumus untuk overhead absorption adalah:

Tingkat overhead absorption = total biaya overhead ÷ total unit basis alokasi

Basis alokasi adalah ukuran aktivitas yang mendorong biaya tidak langsung. Hal ini mungkin berbeda tergantung pada jenis perusahaan. Mari kita lihat cara kerjanya dalam contoh nyata.

Menghitung overhead absorption: Langkah demi Langkah

Perhitungan paling sederhana untuk tingkat overhead absorption mencakup langkah-langkah berikut:

Langkah 1: Identifikasi total biaya overhead Anda

Langkah pertama dalam menghitung tingkat overhead absorption adalah mengidentifikasi semua biaya tidak langsung atau biaya overhead yang dikeluarkan oleh bisnis Anda, yang juga dikenal sebagai biaya overhead perusahaan.

Biaya-biaya ini dapat mencakup sewa, utilitas, gaji, dan upah staf pendukung, penyusutan, asuransi, dan biaya lain yang tidak terkait langsung dengan produksi barang atau jasa.

Kemudian, gunakan rumus alokasi biaya untuk menentukan biaya apa saja yang harus ditanggung oleh proyek tertentu.

Langkah 2: Tentukan basis alokasi Anda

Langkah selanjutnya adalah menentukan basis alokasi, atau faktor yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead ke produk atau jasa yang dihasilkan bisnis Anda.

Basis alokasi harus merupakan ukuran aktivitas yang mendorong biaya overhead. Sebagai contoh, jika bisnis Anda mengeluarkan biaya overhead berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja langsung, maka dasar alokasi dapat berupa jumlah total jam kerja yang dilakukan oleh semua karyawan.

Namun, ada lebih dari satu metode untuk menghitung tingkat penyerapan biaya overhead – kami akan menjelaskan semuanya lebih lanjut di artikel ini.

Baca juga: Cara dan Contoh Menghitung NOPAT dalam Laporan Keuangan

Langkah 3: Menghitung tingkat penyerapan biaya overhead Anda

Untuk menghitung tingkat penyerapan biaya overhead, bagi total biaya overhead per unit dengan basis alokasi. Rumus umum untuk tingkat overhead absorption adalah:

Overhead absorption rate = biaya overhead aktual / basis alokasi

Langkah 4: Menerapkan Overhead absorption rate 

Setelah Anda menghitung overhead absorption rate, Anda dapat menerapkannya pada total biaya barang atau jasa yang diproduksi oleh bisnis Anda untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya dan, sebagai hasilnya, profitabilitas proyek Anda.

Berbagai Metode untuk Menghitung Overhead Absorption Rate 

Overhead Absorption Rate 3

Terdapat berbagai metode untuk menghitung overhead absorption. Dengan menggunakan metode-metode ini, biaya overhead dipulihkan, dibebankan, atau diserap dalam biaya pabrik.

1. Rate per unit of output

Ini adalah metode overhead absorption yang paling sederhana. Metode ini mengacu pada pembebanan biaya overhead berdasarkan jumlah unit output yang diproduksi selama periode tersebut.

Ini dikatakan sebagai metode overhead absorption langsung dan merupakan metode yang paling mudah.

Tarif overhead dapat ditentukan dengan membagi total estimasi overhead pusat biaya atau pekerjaan dengan total estimasi unit output.

Metode ini cocok digunakan ketika output memiliki ukuran dan kualitas yang seragam.

Rumus

Tingkat overhead absorption dihitung sebagai berikut:

Tingkat overhead absorption per unit = Total estimasi overhead / Total estimasi unit output

Contoh

Jika total unit yang diproduksi adalah 3.000 dan total overhead produksi untuk unit-unit ini adalah 15.000.000, maka:

Tarif per unit = Jumlah biaya overhead produksi / Jumlah unit yang diproduksi

Tarif per unit = 15.000.000 / 3.000 = 5.000

Di sini, menurut metode overhead absorption ini, 5.000 per unit akan diambil sebagai overhead pabrik.

Baca juga: Gordon Growth Model: Pengertian, Rumus, dan Contohnya

2. Persentase biaya bahan baku langsung

Dalam metode ini, total biaya bahan langsung untuk semua produksi diambil sebagai dasar tingkat overhead absorption. Metode ini cocok digunakan apabila:

  • Harga bahan tidak berfluktuasi
  • Produk seragam dalam segala hal
  • Biaya bahan merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya

Biasanya, jumlah biaya overhead dan nilai bahan langsung ditentukan dari pengalaman masa lalu, dan tarif overhead dihitung sebelumnya.

Tarif overhead diterapkan untuk menentukan jumlah overhead yang akan dibebankan pada suatu pekerjaan.

Rumus

Tarif dihitung sebagai berikut:

Overhead absorption rate = (Total estimasi overhead / Total biaya bahan langsung untuk semua produksi) x 100

Contoh

Jika total overhead produksi adalah 15.000.000 dan biaya bahan langsung adalah 60.000.000, maka:

Tarif = (15.000.000 x 100) / 60.000.000 = 25%

Di sini, menurut metode ini, tingkat penyerapannya adalah 25%.

Jika, misalnya, biaya bahan langsung suatu produk adalah 2.000.000, maka biaya overhead sebesar (2.000.000 x 25) / 100 = 500.000 per unit akan dibebankan ke biaya pabrik.

Metode ini memberikan kemudahan dan kesederhanaan, juga memberikan hasil yang cukup akurat ketika kualitas dan harga bahan baku tidak berbeda secara substansial.

Idealnya, kuantitas dan biaya bahan di setiap produk seragam, dan pemrosesan juga seragam.

Baca juga: 12 Strategi Diskon yang Bisa Anda Gunakan dalam Bisnis Retail

3. Persentase biaya tenaga kerja langsung

Overhead Absorption Rate 2

Metode penyerapan biaya overhead ini mengacu pada penerapan biaya overhead sebagai persentase dari tenaga kerja langsung.

Metode ini merupakan salah satu metode penyerapan biaya tertua dan secara luas dianggap sebagai salah satu yang terbaik.

Persentase ini diperoleh dengan membagi biaya overhead dengan jumlah tenaga kerja langsung.

Biaya overhead di sini diterapkan dengan mengalikan persentase yang diperoleh dengan biaya tenaga kerja langsung yang terkait dengan setiap produk, pekerjaan, atau proses.

Dalam metode ini, total biaya tenaga kerja langsung menjadi dasar tingkat overhead absorption. Metode ini cocok digunakan apabila:

  • Biaya tenaga kerja langsung merupakan proporsi utama dari total biaya
  • Tarif tenaga kerja tidak berfluktuasi secara luas
  • Pekerja memiliki efisiensi yang sama
  • Produksi bersifat seragam

Rumus

Tarif dihitung sebagai berikut:

Overhead absorption rate (%) = (Total estimasi overhead / Total estimasi upah langsung) x 100

Contoh

Jika biaya overhead produksi adalah 15.000.000 dan biaya tenaga kerja langsung adalah 30.000.000, maka:

Tingkat (%) = (15.000.000 x 100) / 30.000.000 = 50%

Jika sebuah pekerjaan melibatkan upah langsung sebesar 1.000.000, biaya overhead yang akan diserap adalah sebesar 500.000 (yaitu 50% dari 1.000.000).

Metode ini biasanya diterapkan dalam kasus-kasus di mana tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi. Metode ini juga diterapkan ketika kualitas, keterampilan, dan jenis kelamin karyawan tidak berbeda secara signifikan.

Ini adalah metode yang sederhana, mudah, dan efisien untuk menyerap biaya overhead. Gaji, sewa, asuransi, dan pajak adalah contoh biaya overhead yang terkait dengan faktor waktu.

Oleh karena itu, menggunakan metode ini untuk item-item tersebut memberikan hasil yang memuaskan.

Metode persentase biaya tenaga kerja langsung dari overhead absorption juga berguna karena fakta sederhana bahwa tarif tenaga kerja, dibandingkan dengan tarif lain dalam elemen biaya, lebih stabil.

Oleh karena itu, metode ini memberikan hasil yang baik.

Baca juga: 10 Tanda Kegagalan Finansial Pada Bisnis dan Cara Mengatasinya

4. Persentase prime cost

Dalam metode ini, biaya utama digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat overhead absorption.

Kita tahu bahwa bahan langsung dan tenaga kerja langsung menentukan sifat overhead. Biaya utama, yang terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya langsung, adalah signifikan dalam setiap jenis organisasi.

Metode ini cocok untuk diterapkan ketika:

  • Produknya seragam
  • Jumlah bahan langsung dan tenaga kerja langsung adalah konstan

Rumus

Tarif dihitung sebagai berikut:

Overhead absorption rate (%) = (Total estimasi overhead / Estimasi biaya utama) x100

Contoh

Jika biaya overhead produksi adalah 1.000.000 dan biaya utama atau prime cost-nya adalah 4.000.000, tarifnya adalah:

Tingkat (%) = (1.000.000 x 100) / 4.000.000 = 25%

Jika biaya utama sebuah unit adalah 200.000, maka tingkat penyerapan atau absorption rate per unit adalah 50.000. Dengan kata lain, ini sama dengan (200.000 x 25) / 100, yaitu 50.000.

Ini adalah metode yang sederhana dan mudah. Tidak ada catatan tambahan yang diperlukan untuk menghitungnya. Metode ini juga mempertimbangkan semua biaya langsung (yaitu bahan, tenaga kerja, dan pengeluaran).

Metode ini paling cocok untuk unit-unit produksi di mana biaya overhead bergantung pada bahan langsung dan tenaga kerja langsung.

Baca juga: Contoh Biaya Overhead Pabrik (BOP) dan Cara Menghitungnya

5. Tingkat jam tenaga kerja langsung

Dalam metode ini, total jam tenaga kerja langsung digunakan untuk menentukan tingkat penyerapan biaya overhead.

Metode ini cocok untuk industri padat karya di mana tenaga kerja manual merupakan faktor dominan dalam produksi.

Rumus

Tarif dihitung sebagai berikut:

Tingkat overhead absorption per jam tenaga kerja langsung = Total estimasi overhead / Total estimasi jam tenaga kerja langsung untuk semua produksi

Contoh

Jika biaya overhead berjumlah 4.000.000 dan tenaga kerja yang dihabiskan mencapai 2.000 jam, maka:

Tarif = 4.000.000 / 2.000 = 2.000 per jam

Jika 25 jam dihabiskan untuk suatu pekerjaan, maka penyerapan pada pekerjaan tersebut adalah 2.000 x 25 jam (yaitu 50.000). Metode ini harus diterapkan ketika tenaga kerja adalah faktor produksi utama.

Baca juga: Manufacturing Overhead Control: Pembahasan Lengkap dan Tipsnya

6. Tingkat jam kerja mesin

Overhead Absorption Rate 1

Total jam kerja mesin digunakan untuk menentukan tingkat overhead absorption dalam metode ini.

Metode ini merupakan metode yang sangat baik untuk penyerapan biaya overhead di industri yang sebagian besar pekerjaannya dilakukan dengan bantuan mesin.

Rumus

Tarif dihitung sebagai berikut:

Tarif overhead per jam mesin = Total estimasi overhead / Total estimasi jam mesin untuk semua produksi

Contoh

Sebuah pabrik menggunakan 10 mesin, yang masing-masing beroperasi selama 20 jam per hari. Selain itu, total overhead produksi mencapai 20.000.000. Dalam hal ini, tarif jam mesin dihitung sebagai berikut:

Tarif per jam mesin = 20.000.000 / (10 x 20) = 200.000

Yang penting, tarif jam mesin selalu dihitung per mesin (yaitu, bukan untuk semua mesin). Oleh karena itu, rumus dan perhitungan yang benar adalah sebagai berikut:

Tarif jam mesin = Biaya overhead produksi satu mesin / Jam mesin satu mesin

= (20.000.000 / 10) / 20

= 2.000.000 / 20 = 10.000 per jam per mesin

Baca juga: Apa itu Biaya Overhead? Berikut Pengertian, Contoh dan Cara Menghitungnya

Kesimpulan

Untuk menerapkan tingkat penyerapan atau rate absoption yang telah ditentukan sebelumnya, nilai aktual (yaitu, jumlah unit aktual atau data dasar aktual lainnya seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin) dikalikan dengan tarif yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil dari perhitungan ini akan menunjukkan jumlah overhead yang akan dibebankan (atau dibebankan) ke produksi untuk periode tersebut.

Jarang sekali biaya overhead yang dibebankan, sama dengan biaya overhead yang sesungguhnya; perbedaan selalu akan terjadi.

Jika jumlah yang dibebankan melebihi biaya overhead yang sebenarnya, selisihnya disebut sebagai biaya overhead yang dibebankan berlebihan.

Namun, jika jumlah yang dibebankan kurang dari biaya overhead yang sesungguhnya, selisihnya disebut sebagai biaya overhead yang dibebankan kurang.

Menghitung biaya overhead dan overhead absorption menggunakan proses pembukuan manual bisa memakan waktu dan sangat rentan kesalahan.

Sebagai solusi, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi seperti Kledo yang membantu mengotomatiskan pencatatan dan analisis kesehatan keuangan bisnis Anda.

Jika Anda tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

20 + 19 =