Sejumlah tarif pajak berlaku di Indonesia, mulai dari tarif pajak proporsional sampai tarif pajak progresif. Pengertian tarif pajak adalah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab Wajib Pajak (WP), salah satunya pajak degresif.
Pada artikel kali ini, kami akan membahas apa itu pajak degresif, jenis dan contohnya, serta perbedaannya dengan pajak progresif.
Apa itu Tarif Pajak Degresif?
Tarif degresif atau a degresive tax rate structure adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat.
Namun, walaupun persentase tarif semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak selalu ikut mengecil. Bahkan, bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, pada dasarnya juga semakin membesar.
Hal ini ini karjea jumlah pajak yang terutang akan berubah sesuai dengan perubahan tarif dan perubahan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif degresif ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Tarif degresif-proporsional.
- Tarif degresif-progresif.
- Tarif degresif-degresif
Contoh tarif pajak degresif di Indonesia adalah bea masuk dan bea keluar. Hal ini dilakukan untuk memicu pertumbuhan perdagangan internasional yang terjadi di Indonesia.
Tarif pajak degresif dapat dikatakan suatu hal yang unik, karena tarif tersebut dinilai tidak memenuhi asas keadilan. Bahkan, jenis tarif pajak ini tidak pernah diimplementasikan dalam praktik hukum perpajakan di Indonesia karena dianggap mengandung ketidakadilan.
Baca juga: Pengertian Interactive Marketing, Manfaat, Strategi, dan Contohnya
Apa Bedanya Pajak Degresif, Progresif, dan Regresif?
Dalam tarif pajak progresif, besaran tarif pajak meningkat seiring dengan nilai objek pajak yang meningkat. Semakin besar nilai objek pajak yang perlu dibayarkan, persentase tarif pajaknya juga semakin besar.
Di sisi lain, tarif pajak degresif memiliki perhitungan yang berbanding terbalik dengan tarif pajak progresif. Dalam tarif pajak degresif, nilai persentase tarif pajak semakin kecil seiring dengan meningkatnya nilai objek pajak. Dalam hal ini, semakin besar nilai objek pajak, persentase tarif pajaknya menjadi lebih rendah.
Tarif pajak regresif, atau tarif pajak tetap, memiliki besaran tarif pajak yang tetap, tidak peduli seberapa besar atau kecil nilai objek pajaknya. Sebagai contoh, tarif pajak bea meterai memiliki jumlah tarif yang tetap, seperti 10.000 (berlaku sejak tahun 2021), dan tidak berubah tergantung pada nilai objek pajak.
Perbedaan utama antara ketiga jenis tarif pajak tersebut terletak pada perubahan persentase tarif pajak seiring dengan perubahan nilai objek pajak. Tarif pajak progresif meningkat, tarif pajak degresif menurun, sementara tarif pajak regresif tetap.
Baca juga: Kenali Berbagai Insentif Pajak Berikut Ini
Jenis Pajak Degresif
Diatas kami sudah menyebutkan bahwa ada 3 jenis pajak degresif yaitu:
- Tarif degresif-proporsional.
- Tarif degresif-progresif.
- Tarif degresif-degresif
Berikut kita akan bahas ketiga jenis tarif tersebut beserta contohnya:
Tarif pajak degresif-proporsional
Tarif degresif-proporsional adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan besarnya penurunan dari tarifnya sama besar
Contoh
Tarif degresif-proporsional absolute
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 25% | – | Rp2.500.000(Rp10.000.000 x 25%) |
20.000.000 | s.d Rp20.000.000 = 25% | 5% | Rp4.000.000(20.000.000 x 20%) |
30.000.000 | s.d Rp30.000.000 = 25% | 5% | Rp4.500.000(Rp30.000.000 x 15%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 25% | 5% | Rp4.000.000(Rp40.000.000 x 10%) |
Tarif degresif-proporsional berlapisan
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 25% | – | Rp2.500.000(Rp10.000.000 x 25%) |
20.000.000 | Di atas Rp10.000.000 s.dRp20.000.000 = 20% | 5% | Rp4.500.000(10.000.000 x 25% +10.000.000 x 20%) |
30.000.000 | Di atas Rp20.000.000 s.dRp30.000.000 = 15% | 5% | Rp6.000.000 (10.000.000x 25% + 10.000.000 x20% + 10.000.000 x 15%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 10% | 5% | Rp7.000.000 (10.000.000x 25% + 10.000.000 x20% + 10.000.000 x 15%+ 10.000.000 x 10%) |
Baca juga: Akuntansi Komersial dan Akuntansi Pajak: Pengertian dan Perbedaannya
Tarif pajak degresif-progresif
Tarif degresif-progresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan besarnya penurunan dari tarifnya semakin besar.
Contoh
Tarif degresif-progresif absolut
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 40% | – | Rp4.000.000 (10.000.000x 40%) |
20.000.000 | s.d Rp20.000.000 = 35% | 5% | Rp7.000.000 (20.000.000x 35%) |
30.000.000 | s.d Rp30.000.000 = 25% | 10% | Rp7.500.000 (30.000.000x 25%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 10% | 15% | Rp4.000.000 (40.000.000x 10%) |
Tarif degresif-progresif berlapisan
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 40% | – | Rp4.000.000 (10.000.000x 40%) |
20.000.000 | Di atas Rp10.000.000 s.dRp20.000.000 = 35% | 5% | Rp7.500.000(10.000.000 x 40% +10.000.000 x 35%) |
30.000.000 | Di atas Rp20.000.000 s.dRp30.000.000 = 25% | 10% | Rp10.000.000(10.000.000 x 40% +10.000.000 x 35% +10.000.000 x 25%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 10% | 15% | Rp11.000.000(10.000.000 x 40% +10.000.000 x 35% +10.000.000 x 25% +10.000.000 x 10%) |
Baca juga: Bagaimana Cara Mendapatkan EFIN Pajak Online?
Tarif pajak degresif-degresif
Tarif degresif-degresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin kecil jika dasar pengenaan pajaknya meningkat dan besarnya penurunan tarifnya semakin kecil.
Contoh
Tarif degresif-degresif absolut
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 40% | – | Rp4.000.000 (10.000.000x 40%) |
20.000.000 | s.d Rp20.000.000 = 25% | 15% | Rp5.000.000 (20.000.000x 25%) |
30.000.000 | s.d Rp30.000.000 = 15% | 10% | Rp4.500.000 (30.000.000x 15%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 10% | 5% | Rp4.000.000 (40.000.000x 10%) |
Tarif degresif-degresif berlapisan
Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | peningkatan tarif | Jumlah pajak |
10.000.000 | s.d Rp10.000.000 = 40% | – | Rp4.000.000 (10.000.000x 40%) |
20.000.000 | Di atas Rp10.000.000 s.dRp20.000.000 = 25% | 15% | Rp6.500.000(10.000.000 x 40% +10.000.000 x 25%) |
30.000.000 | Di atas Rp20.000.000 s.dRp30.000.000 = 15% | 10% | Rp8.000.000 (10.000.000x 40% + 10.000.000 x25% + 10.000.000 x 15%) |
40.000.000 | Diatas Rp30.000.000 = 10% | 5% | Rp9.000.000 (10.000.000x 40% + 10.000.000 x25% + 10.000.000 x 15%+ 10.000.000 x 10%) |
Baca juga: Audit Pajak: Pengertian, Tujuan, dan Dokumen yang Harus Disiapkan
Di samping tarif-tarif di atas, masih ada yang disebut tarif bentham/ sistem bentham, yaitu tarif pajak yang memodifikasi tarif proporsional dengan memberikan jumlah tertentu sebagai batas tidak kena pajak yang tidak dikenakan pajak.
Contoh tarif bentham
Objek pajak | Batas tidak kena pajak | Dasar pengenaan pajak | Tarif pajak | Jumlah pajak | Tarif efektif |
Rp5.000.000 | Rp5.000.000 | 0 | 10% | 0 | 0% |
Rp10.000.000 | Rp5.000.000 | Rp5.000.000 | 10% | Rp500.000 | 5% |
Rp20.000.000 | Rp5.000.000 | Rp15.000.000 | 10% | Rp1.500.000 | 7,5% |
Rp30.000.000 | Rp5.000.000 | Rp25.000.000 | 10% | Rp2.500.000 | 8,33% |
Rp40.000.000 | Rp5.000.000 | Rp35.000.000 | 10% | Rp3.500.000 | 8,75% |
Kelebihan dan Kekurangan Pajak Degresif
Penerapan tarif degresif di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dianalisis secara cermat:
Kelebihan:
Mendorong distribusi kekayaan yang lebih merata
Tarif degresif dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi antara golongan atas dan bawah dengan membebani mereka yang memiliki kemampuan ekonomi lebih tinggi dengan persentase pajak yang lebih tinggi.
Merangsang investasi dan pertumbuhan ekonomi
Tarif degresif yang menurunkan beban pajak pada golongan berpenghasilan rendah dan menengah dapat memberikan insentif untuk meningkatkan daya beli dan menggerakkan aktivitas ekonomi.
Kekurangan
Keadilan sosial
Tarif degresif dapat dianggap tidak adil karena membebankan beban pajak yang lebih rendah pada golongan yang lebih kaya, yang dapat memperburuk ketimpangan sosial dan menghambat upaya redistribusi kekayaan.
Potensi penurunan penerimaan negara
Tarif degresif berisiko mengurangi penerimaan negara karena golongan berpenghasilan tinggi, yang seharusnya membayar lebih banyak pajak, dikenakan tarif pajak yang lebih rendah.
Baca juga: Non Deductible Expense dan Deductible Expense dalam Aturan Pajak
Dampak Sosial dan Ekonomi dari Penerapan Pajak Degresif
Dampak dari penerapan pajak degresif di Indonesia dapat mempengaruhi aspek sosial dan ekonomi, antara lain:
- Distribusi pendapatan: Tarif degresif dapat berkontribusi pada redistribusi pendapatan dengan mengurangi kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi yang mempertimbangkan struktur ekonomi, tingkat ketimpangan, dan kebutuhan sosial masyarakat Indonesia untuk menilai kelayakan dan dampak dari penerapan pajak degresif.
- Kemampuan beli masyarakat: Tarif degresif yang mengurangi beban pajak pada golongan berpenghasilan rendah dapat meningkatkan daya beli mereka, menggerakkan konsumsi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Diperlukan perhitungan matang terhadap dampak fiskal perlu dilakukan untuk memastikan keberlanjutan penerimaan negara dan pengaruhnya terhadap anggaran pemerintah.
- Keadilan dan kesetaraan: Penerapan tarif degresif dapat menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan kesetaraan dalam sistem perpajakan, terutama jika tidak diimbangi dengan kebijakan kompensasi sosial yang memperhatikan kebutuhan golongan berpenghasilan rendah.
Baca juga: Pembahasan Nota Retur atau Nota Pembatalan untuk Pajak
Kesimpulan
Mengetahui tarif pajak degresif adalah hal penting terutama jika Anda adalah seorang pemilik bisnis ekspor dan impor yang akan mempengaruhi keuntungan yang akan Anda dapatkan.
Pada proses pencatatan pembukuan, Anda juga harus mencatat pajak dari setiap barang yang Anda jual supaya menghasilkan data keuangan yang sesuai saat Anda melakukan lapor pajak.
Jika Anda masih menggunakan proses pembukuan manual, menghitung nilai pajak dari setiap transaksi akan terasa sangat menyulitkan dan memakan waktu. Belum lagi risiko kesalahan penghitungan.
Anda bisa beralih mennggunakan software akuntansi yang mudah digunakan dan memiliki fitur perpajakan terlengkap seperti Kledo.
Kledo adalah software akuntansi online buatan Indonesia yang dirancang dengan fitur pembukuan dan perpajakan terlengkap yang sesuai dengan aturan di Indonesia.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.
- Annual Recurring Revenue (ARR): Rumus dan CaraMenghitungnya - 17 Desember 2024
- Laporan Mingguan: Definisi, Manfaat, dan Tahapan Membuatnya - 17 Desember 2024
- Bukti Pembayaran: Pengertian, Manfaat dan Download Contohnya - 16 Desember 2024