Audit Sampling: Pengertian, Manfaat, Tahapan dan Contohnya

audit sampling banner

Audit sampling dilakukan sebagai cara hemat biaya untuk memeriksa semua informasi yang tersedia selama audit. Misalnya, ketika jumlah catatan terlalu banyak atau data terlalu tersebar secara geografis sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pemeriksaan terhadap setiap item dalam populasi.

Pengambilan sampel audit atas kumpulan data (populasi) yang besar adalah proses pemilihan kurang dari 100% item dalam total populasi yang tersedia untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang beberapa karakteristik populasi tersebut, guna membentuk kesimpulan mengenai populasi tersebut.

Tujuan audit sampling adalah untuk memberikan informasi yang cukup bagi auditor agar mempunyai keyakinan bahwa tujuan audit dapat atau akan tercapai.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas apa itu audit sampling beserta tahapan melakukannya dan juga contoh kasusnya dalam sebuah bisnis.

Apa itu Audit Sampling?

Audit sampling adalah alat investigasi yang mana kurang dari 100% total item dalam populasi item dipilih untuk diaudit.

Ini adalah teknik audit yang memberikan bukti pendukung yang memungkinkan auditor mengeluarkan opini audit tanpa harus mengaudit setiap item dan transaksi.

Mengenal audit lebih dalam

Audit adalah proses dimana catatan keuangan perusahaan diverifikasi dan diperiksa. Hal ini untuk memastikan bahwa transaksi dalam catatan keuangan terwakili secara akurat dan adil.

Karena laporan keuangan disiapkan secara internal oleh perusahaan dan organisasi, terdapat risiko tinggi manipulasi dan perilaku curang seputar penyusunan laporan.

Banner 2 kledo

Baca juga: Pembahasan Lengkap Capital Rationing atau Penjatahan Modal

Jenis Audit

Audit penting untuk memastikan bahwa perusahaan menyajikan laporan keuangannya secara adil dan akurat. Ada tiga jenis audit:

  • Audit internal dilakukan oleh karyawan internal suatu organisasi, namun biasanya tidak didistribusikan ke luar perusahaan.
  • Audit eksternal dilakukan oleh pihak eksternal yang dianggap mempunyai pendapat yang lebih tidak memihak karena audit internal dapat dipengaruhi oleh konflik kepentingan.
  • Audit pemerintah dilakukan oleh entitas pemerintah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disusun secara akurat. Di Indonesia, BEI bisa melakukan audit yang memverifikasi keakuratan laporan pajak wajib pajak perusahaan yang terdaftar di pasar saham.

Baca juga: Memahami Defisiensi Manajemen dan Kaitannya dengan Audit

Tujuan Audit Sampling

Apa pun jenis audit yang dilakukan – baik internal, eksternal, atau pemerintah – pengambilan sampel audit harus digunakan agar auditor dapat menyelesaikan auditnya tanpa membuang sumber daya dalam memeriksa setiap item.

Tujuan pengambilan sampel audit adalah sebagai berikut:

  • Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menyimpulkan opini audit
  • Mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan
  • Memberikan dasar bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit yang konklusif
  • Mendeteksi kesalahan atau penipuan apa pun yang dapat terjadi
  • Buktikan bahwa auditor telah menyelesaikan auditnya sepenuhnya sesuai dengan standar audit
  • Digunakan sebagai alat untuk menyelidiki

Baca juga: Apa itu Audit Trail? Ini Pembahasan Lengkapnya

Jenis Pengambilan Audit Sampling

Saat mengaudit laporan keuangan, tidak mungkin untuk mengaudit dan memeriksa setiap item dalam laporan keuangan. Ini akan sangat mahal dan memerlukan banyak sumber daya dan waktu untuk melakukannya.

Audit sampling memungkinkan auditor membuat kesimpulan dan menyatakan pendapat wajar berdasarkan tujuan yang telah ditentukan tanpa harus memeriksa seluruh item dalam laporan keuangan.

Auditor hanya akan memverifikasi item-item tertentu, dan melalui pengambilan sampel, dapat menyimpulkan opini mereka terhadap keseluruhan populasi item-item tersebut.

Ada dua bentuk pengambilan sampel:

Statistical audit sampling

Statistical audit sampling melibatkan pendekatan pengambilan sampel di mana auditor menggunakan metode statistik seperti pengambilan sampel acak untuk memilih item yang akan diverifikasi. Pengambilan sampel acak digunakan ketika ada banyak item atau transaksi yang tercatat.

Misalkan sebuah perusahaan mempunyai lebih dari 100 transaksi persediaan dalam catatannya. Penggunaan sampling statistik disarankan karena tingginya jumlah transaksi.

Misalnya, dengan sampling statistik, sepuluh item dipilih dari total populasi secara acak. Setiap item dalam 100 memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih dan diuji keakuratannya.

Sekali lagi, hal ini menguntungkan auditor karena mereka masih dapat membuat opini audit tetapi tidak harus memeriksa seluruh 100 transaksi.

Baca juga: Kertas Kerja Audit: Pengertian, Komponen, Contoh dan Templatenya

Non-statistical audit sampling

Berbeda dengan statistical audit sampling, item pengambilan sampel audit non-statistik tidak dipilih secara acak.

Sebaliknya, mereka dipilih berdasarkan pertimbangan auditor, dan hasil pengujian dari seleksi tersebut tidak digunakan untuk menyimpulkan kesimpulan bagi seluruh populasi.

Pada contoh sebelumnya, sepuluh transaksi persediaan dapat digunakan untuk menyimpulkan opini atas seluruh 100 transaksi. Dalam pengambilan sampel audit non-statistik, auditor dapat memilih item berdasarkan kriteria seperti:

  • Nilai item (misalnya, item lebih besar dari 100.000.000)
  • Item dengan informasi spesifik (misalnya, item yang berkaitan dengan perusahaan tertentu)

Tahapan Melakukan Audit Sampling

audit sampling 2

Sekarang setelah kita memahami jenis pengambilan data dalam audit sampling, kita dapat melihat setiap langkah dengan lebih detail!

1.Menetapkan tujuan pengambilan sampel

Biasanya, tujuan pengambilan sampel terkait dengan tujuan audit. Sebagai auditor, Anda harus memastikan bahwa sampel yang Anda pilih untuk ditinjau selama audit sejalan dengan ruang lingkup dan kriteria audit.

Misalnya, ketika Anda berencana melakukan audit terhadap pimpinan organisasi, Anda perlu memastikan bahwa pimpinan organisasi merupakan bagian dari rencana audit.

Baca juga: Memahami Audit Forensik, Contoh, dan Bedanya dengan Audit Internal

2.Memilih luas dan komposisi populasi yang akan dijadikan sampel

Mengidentifikasi populasi untuk dijadikan sampel adalah langkah selanjutnya. Anda tidak dapat mengaudit setiap proses transaksi atau mewawancarai setiap manajer dalam suatu organisasi.

Meskipun hal ini mungkin dilakukan oleh perusahaan kecil, namun Anda akan kesulitan jika Anda berurusan dengan organisasi skala menengah hingga besar dengan jumlah transaksi yang banyak.

Pertimbangkan risiko ruang lingkup dan kriteria area yang akan diaudit ketika Anda mengerjakan sejauh mana pengambilan sampel.

3.Memilih metode pengambilan sampel

Auditor dapat menggunakan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau metode pengambilan sampel statistik untuk kumpulan data tertentu.

Pengambilan sampel berdasarkan penilaian

Pengambilan sampel berdasarkan penilaian bergantung pada kompetensi dan pengalaman tim audit.

Untuk pengambilan sampel berdasarkan penilaian, hal-hal berikut harus dipertimbangkan:

  • Pengalaman audit sebelumnya dalam ruang lingkup audit
  • Kompleksitas persyaratan (termasuk persyaratan undang-undang dan peraturan) untuk mencapai tujuan audit
  • Kompleksitas dan interaksi proses dan sistem manajemen organisasi
  • Setiap perubahan dalam teknologi, faktor manusia, atau sistem manajemen
  • Risiko dan peluang perbaikan yang signifikan yang telah diidentifikasi sebelumnya
  • Output dari pemantauan sistem manajemen

Pengambilan sampel statistik

Jika keputusan dibuat untuk menggunakan pengambilan sampel statistik, rencana pengambilan sampel harus didasarkan pada tujuan audit dan apa yang diketahui tentang karakteristik populasi keseluruhan yang akan dijadikan sampel.

Desain pengambilan sampel statistik menggunakan proses pemilihan sampel berdasarkan teori probabilitas. Pengambilan sampel berbasis atribut digunakan ketika hanya ada dua kemungkinan hasil sampel untuk setiap sampel seperti benar/salah atau lulus/gagal.

Baca juga: Pengertian Audit Kepatuhan, Manfaat, dan Cara Melakukannya

4.Menentukan besarnya sampel yang akan diambil

Ukuran sampel ditentukan oleh waktu yang Anda miliki sebagai auditor. Waktu Anda selalu terbatas, dan meminta waktu tambahan untuk setiap sesi bukanlah tindakan profesional.

Evaluasi waktu Anda dan buatlah ukuran sampel yang realistis. Anda tidak dapat mengaudit sepuluh manajer puncak suatu organisasi jika Anda hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mengaudit kepemimpinan organisasi.

5.Melakukan kegiatan pengambilan sampel

Melakukan audit pengambilan sampel adalah langkah terakhir. Ingatlah bahwa rencana audit tidak dibuat-buat, dan Anda sebagai auditor harus memastikan integritas audit selalu dijaga dengan menggunakan strategi yang Anda pilih selama audit.

Anda dapat mengubah rencana dan pengambilan sampel jika menurut Anda strategi Anda tidak berhasil, atau ini bukan metode terbaik untuk melakukan audit.

Konsultasikan dengan pihak yang diaudit sebelum melakukan perubahan apa pun untuk memastikan mereka memiliki pemahaman yang sama dengan Anda.

Baca juga: Mengenal Konsep Materialitas dalam Akuntansi dan Audit

Contoh Melakukan Audit Sampling

audit sampling 1

Mari kita perhatikan contoh audit sampling untuk hutang suatu perusahaan.

Asumsikan Perusahaan XYZ memiliki total 10.000 transaksi utang usaha sepanjang tahun. Auditor ingin menguji keakuratan dan kelengkapan transaksi tersebut untuk memastikan bahwa transaksi tersebut dicatat dengan benar dalam laporan keuangan.

Daripada memeriksa seluruh 10.000 transaksi, yang akan memakan waktu dan tidak efisien, auditor memutuskan untuk menggunakan sampling audit untuk menguji sebagian transaksi.

Pengambilan sampel statistik

Auditor menggunakan metode pengambilan sampel statistik, seperti pengambilan sampel acak atau pengambilan sampel sistematis, untuk memilih sampel sebanyak 200 transaksi dari 10.000 total transaksi.

Setelah menguji 200 transaksi ini, auditor mengidentifikasi 4 transaksi yang mengandung kesalahan. Auditor kemudian memproyeksikan tingkat kesalahan (4/200 atau 2%) ke seluruh populasi yang berjumlah 10.000 transaksi, yang menunjukkan bahwa total mungkin terdapat sekitar 200 transaksi dengan kesalahan.

Pengambilan sampel non-statistik

Auditor memilih sampel sebanyak 200 transaksi berdasarkan pertimbangan profesionalnya, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran transaksi, kompleksitas, dan area risiko yang diketahui.

Setelah menguji transaksi yang dipilih, auditor mengidentifikasi 6 transaksi yang mengandung kesalahan.

Auditor kemudian menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai apakah kesalahan ini merupakan indikasi potensi salah saji dalam seluruh populasi transaksi utang usaha.

Dalam kedua kasus tersebut, auditor mengevaluasi hasil sampel dan menentukan apakah kesalahan yang teridentifikasi bersifat material terhadap laporan keuangan.

Jika kesalahannya material, auditor dapat melakukan prosedur audit tambahan, merekomendasikan penyesuaian terhadap laporan keuangan, atau memodifikasi opini auditnya.

Baca juga: Kenali Berbagai Istilah Audit dalam Laporan Keuangan Berikut Ini

Kesimpulan

Untuk menetapkan pendekatan audit sampling yang tepat, Anda perlu mempertimbangkan semua faktor yang relevan, seperti risiko apa pun di area yang akan Anda audit, standar yang Anda patuhi, dan persyaratan relevan lainnya.

Untuk membantu menghadirkan data keuangan yang lebih baik dan mempermudah proses audit keuangan, Anda membutuhkan software akuntansi yang canggih untuk peningkatan efisiensi secara keseluruhan.

Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi online seperti Kledo yang sudah dipercaya oleh lebih dari 75 ribu pengguna dari berbagai jenis dan skala bisnis.

Coba gratis Kledo sekarang juga selama 14 hari melalui tautan ini.

sugi priharto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

15 − one =