Mengenal Konsep Materialitas dalam Akuntansi dan Audit

konsep materialitas dalam akuntansi dan audit

Dalam dunia akuntansi dan audit, konsep materialitas seringkali menjadi topik yang cukup kompleks dan sulit dipahami.

Namun, sebenarnya konsep ini sangatlah penting dalam menentukan keandalan laporan keuangan suatu entitas.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail konsep materialitas dalam akuntansi dan audit. Termasuk bagaimana konsep ini diterapkan dalam praktik audit dan bagaimana para auditor dapat menentukan batas materialitas yang tepat.

Pengertian Konsep Materialitas dalam Akuntansi dan Audit

apa itu materialitas

Konsep materialitas (materiality) adalah salah satu konsep penting dalam akuntansi dan audit. Konsep ini mengacu pada kecenderungan seseorang untuk menganggap suatu informasi sebagai penting atau tidak penting.

Dalam konteks akuntansi dan audit, konsep materialitas digunakan untuk menentukan apakah kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan suatu entitas dapat memengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

Dalam hal ini, konsep materiality sangat penting bagi para auditor dalam menentukan risiko dan kesalahan yang harus mereka periksa dalam audit.

Seorang auditor harus menentukan batas materialitas, yaitu batas jumlah atau persentase dari total aset, pendapatan, atau pengeluaran suatu entitas yang dianggap material.

Misalnya, jika suatu entitas memiliki total aset sebesar 1 miliar rupiah, maka batas materialitas yang ditetapkan oleh auditor mungkin sekitar 10 juta rupiah atau 1 persen dari total aset.

Artinya, jika ada kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan yang kurang dari batas materialitas ini, maka auditor mungkin akan menganggapnya tidak material dan tidak perlu diperbaiki.

Namun, jika kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan melebihi batas materialitas, maka auditor harus melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki laporan keuangan tersebut.

Tindakan korektif ini mungkin meliputi melakukan audit tambahan, meminta entitas untuk mengubah atau merevisi laporan keuangan, atau memberikan opini audit yang tidak terbatas.

Baca juga: Cara Menghitung Persentase Diskon Beserta Rumus dan Contoh Kasusnya

Apakah konsep materialitas dalam akuntansi dan audit berbeda?

Tidak, konsep materiality dalam akuntansi dan audit tidak berbeda. Konsep materialitas adalah konsep yang sama yang digunakan baik dalam akuntansi maupun dalam audit.

Dalam akuntansi, materialitas digunakan untuk menentukan apakah suatu informasi dalam laporan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan pada keputusan pengguna laporan keuangan.

Sedangkan dalam audit, materialitas digunakan untuk menentukan apakah kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan dapat memengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

Dalam kedua konteks ini, materialitas memainkan peran penting dalam memastikan keakuratan dan keandalan laporan keuangan.

Oleh karena itu, para akuntan dan auditor harus memahami dan menerapkan konsep materialitas dengan tepat dalam pekerjaan mereka.

Banner 2 kledo

Baca juga: Balanced Scorecard: Pengertian Lengkap dan Cara Membuatnya

Tujuan Konsep Materialitas

Konsep materiality adalah konsep penting dalam akuntansi dan audit. Tujuan utama dari konsep materiality adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan adalah akurat, andal, dan relevan bagi pengguna laporan keuangan.

Dalam akuntansi, tujuan dari konsep materialitas adalah untuk memastikan bahwa suatu informasi dalam laporan keuangan memiliki pengaruh yang signifikan pada keputusan pengguna laporan keuangan.

Dalam hal ini, materiality membantu para akuntan untuk menentukan apakah suatu transaksi atau peristiwa harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan.

Sementara itu, dalam audit, tujuan dari konsep materialityadalah untuk menentukan apakah kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan dapat memengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

Dalam hal ini, materiality membantu para auditor untuk menentukan seberapa besar risiko kesalahan atau ketidakakuratan dalam laporan keuangan yang dapat diterima.

Selain itu, tujuan dari konsep materiality dalam akuntansi dan audit adalah untuk memastikan bahwa sumber daya perusahaan digunakan dengan efisien dan efektif.

Output-nya, konsep materiality membantu perusahaan untuk memastikan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan tidak melebihi manfaat yang diperoleh dari laporan keuangan tersebut.

Baca juga: Cost Pool: Pengertian Lengkap, Manfaat, dan Contohnya

Apa Saja Prinsip-Prinsip Materialitas?

Prinsip materialitas menetapkan bahwa informasi keuangan harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan jika informasi tersebut memiliki dampak signifikan pada pengambilan keputusan.

Prinsip materialitas dalam akuntansi dan audit memiliki beberapa prinsip utama, antara lain:

Materialitas kualitatif

Prinsip materialitas kualitatif menyatakan bahwa informasi keuangan harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan jika informasi tersebut dapat memengaruhi pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan.

Materialitas kuantitatif

Prinsip materialitas kuantitatif menyatakan bahwa informasi keuangan harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan jika informasi tersebut memiliki dampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan.

Materialitas relatif

Prinsip materialitas relatif menyatakan bahwa pengukuran materialitas harus relatif terhadap ukuran dan kompleksitas perusahaan.

Hal ini karena suatu informasi keuangan mungkin tidak signifikan bagi perusahaan besar, tetapi dapat memiliki dampak yang signifikan pada perusahaan kecil.

Materialitas dalam konteks waktu

Prinsip materialitas dalam konteks waktu menyatakan bahwa informasi keuangan harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan jika informasi tersebut memiliki dampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan dalam periode waktu tertentu.

Materialitas dalam konteks keseluruhan

Prinsip materialitas dalam konteks keseluruhan menyatakan bahwa informasi keuangan harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan jika informasi tersebut memiliki dampak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Cara Menetapkan Item Bersifat Material atau Tidak

Dalam akuntansi dan audit, menetapkan apakah sebuah item bersifat material atau tidak sangat penting.

Hal ini karena informasi keuangan yang material harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan sehingga informasi tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi para pengguna laporan keuangan.

Berikut adalah beberapa cara untuk menetapkan apakah sebuah item bersifat material atau tidak:

Ukuran nominal

Cara yang paling umum untuk menentukan materialitas adalah dengan mengukur ukuran nominal dari item tersebut.

Sebuah item dianggap material jika ukurannya melebihi ambang batas materialitas.

Ambang batas materialitas ditentukan oleh auditor atau akuntan berdasarkan kebijakan perusahaan dan kebutuhan pengguna laporan keuangan.

Persentase dari laba kotor atau aset

Cara lain untuk menentukan materialitas adalah dengan mengukur persentase dari laba kotor atau aset.

Sebuah item dianggap material jika persentase dari laba kotor atau aset yang terkait dengan item tersebut melebihi ambang batas materialitas.

Pengaruh pada pengambilan keputusan

Salah satu cara untuk menentukan apakah sebuah item material atau tidak adalah dengan mempertimbangkan pengaruhnya pada pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan.

Jika informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan investasi atau bisnis, maka informasi tersebut dapat dianggap material.

Faktor risiko

Menetapkan materialitas juga dapat melibatkan mempertimbangkan faktor risiko dalam keputusan bisnis.

Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki risiko tinggi dalam suatu bidang bisnis tertentu, maka informasi keuangan terkait dengan bidang bisnis tersebut dapat dianggap material.

Pertimbangan kualitatif

Selain faktor kuantitatif, pertimbangan kualitatif juga dapat berperan dalam menentukan materialitas.

Misalnya, informasi yang berkaitan dengan masalah hukum atau etika dapat dianggap material meskipun ukurannya kecil.

Baca juga: Pengertian Order Management, Siklus, dan Contoh Softwarenya

Proses Audit Keuangan dan Konsep Materialitas

konsep materialitas 2

Audit keuangan adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti yang relevan mengenai informasi keuangan suatu perusahaan atau organisasi dengan tujuan memberikan opini terhadap kebenaran dan kewajaran laporan keuangan.

Dalam proses audit keuangan, konsep materialitas sangat penting karena informasi keuangan yang material harus dicatat atau dilaporkan dalam laporan keuangan.

Sehingga informasi tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi para pengguna laporan keuangan.

Berikut adalah beberapa tahapan dalam proses audit keuangan yang berkaitan dengan konsep materialitas:

Perencanaan audit

Tahap ini dilakukan sebelum audit dimulai. Dalam tahap ini, auditor melakukan penentuan materialitas dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, kompleksitas bisnis, tingkat risiko, dan faktor-faktor lain yang relevan.

Pengumpulan data dan evaluasi risiko

Pada tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data dan melakukan evaluasi risiko.

Auditor mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi materialitas seperti adanya risiko kecurangan atau kesalahan akuntansi.

Penentuan materialitas dan perencanaan prosedur audit

Setelah pengumpulan data dan evaluasi risiko dilakukan, auditor menentukan materialitas dan merencanakan prosedur audit yang sesuai dengan tingkat materialitas tersebut.

Auditor juga mempertimbangkan risiko yang terkait dengan item-item yang dianggap material.

Pelaksanaan prosedur audit

Pada tahap ini, auditor melaksanakan prosedur audit sesuai dengan rencana audit yang telah disusun.

Auditor memeriksa dokumen-dokumen, melakukan wawancara, dan melakukan pengujian substantif lainnya untuk memperoleh bukti yang cukup dan memadai.

Penilaian hasil audit

Setelah pelaksanaan prosedur audit selesai, auditor mengevaluasi bukti-bukti yang telah dikumpulkan dan membuat penilaian hasil audit.

Auditor mempertimbangkan apakah ada kesalahan atau ketidakwajaran dalam laporan keuangan yang dapat memengaruhi kesimpulan tentang kewajaran dan kebenaran laporan keuangan.

Penyusunan laporan audit

Pada tahap akhir, auditor menyusun laporan audit yang berisi opini mengenai kewajaran dan kebenaran laporan keuangan.

Dalam laporan audit, auditor harus menyebutkan apakah ada kesalahan atau ketidakwajaran yang material dalam laporan keuangan.

Baca juga: Pengertian ROIC, Manfaat, dan Cara Menghitungnya

Contoh Kasus Konsep Materialitas dalam Akuntansi dan Audit

Kasus 1 – Penurunan nilai aset tetap

Sebuah perusahaan properti memiliki aset tetap berupa gedung senilai Rp. 50 miliar.

Setelah melakukan penilaian atas nilai wajar aset tersebut, perusahaan menemukan bahwa nilai wajar aset tersebut turun menjadi Rp. 40 miliar. Penurunan nilai tersebut disebabkan oleh penurunan harga properti di pasar.

Setelah melakukan pertimbangan, perusahaan memutuskan untuk menurunkan nilai aset tetap tersebut di dalam laporan keuangannya.

Namun, perusahaan juga harus memperhatikan apakah penurunan nilai tersebut bersifat material atau tidak.

Auditor yang bertanggung jawab atas audit laporan keuangan perusahaan melakukan penilaian materialitas atas penurunan nilai aset tetap tersebut.

Setelah melakukan analisis, auditor menemukan bahwa penurunan nilai aset tetap sebesar Rp. 10 miliar tersebut hanya mewakili 1% dari total aset perusahaan.

Oleh karena itu, auditor memutuskan bahwa penurunan nilai aset tetap tersebut tidak bersifat material dan tidak perlu disebutkan secara khusus dalam laporan keuangan.

Kasus 2 – Litigasi

Sebuah perusahaan teknologi sedang menghadapi gugatan hukum senilai Rp. 20 miliar.

Perusahaan tersebut harus mempertimbangkan apakah gugatan hukum tersebut memiliki dampak material pada kinerja keuangan perusahaan atau tidak.

Perusahaan melakukan konsultasi dengan auditor untuk menilai materialitas dari gugatan hukum tersebut.

Setelah melakukan analisis, auditor menemukan bahwa nilai gugatan tersebut mewakili 10% dari total kekayaan bersih perusahaan.

Auditor juga menemukan bahwa kemungkinan perusahaan akan kalah dalam gugatan tersebut sangat kecil.

Setelah mempertimbangkan hasil analisis auditor, perusahaan memutuskan untuk tidak menyebutkan gugatan hukum tersebut secara khusus dalam laporan keuangannya karena tidak bersifat material.

Namun, perusahaan harus memberikan catatan kaki pada laporan keuangannya untuk memberikan informasi bahwa perusahaan sedang menghadapi gugatan hukum dan memberikan penjelasan singkat tentang kondisi gugatan tersebut.

Kedua contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya pengungkapan materialitas dalam akuntansi dan audit.

Perusahaan harus memperhatikan apakah peristiwa atau transaksi tertentu bersifat material atau tidak dan harus memutuskan apakah harus menyebutkan secara khusus dalam laporan keuangan atau tidak.

Hal ini sangat penting untuk memberikan informasi yang akurat dan terpercaya kepada para pengguna laporan keuangan perusahaan.

Baca juga: Customer Profitability Analysis (CPA): Pengertian, Rumus, dan Manfaatnya

Kesimpulan

Konsep materialitas sangat penting dalam akuntansi dan audit karena mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

Materialitas berkaitan dengan pentingnya sebuah informasi dalam konteks keseluruhan laporan keuangan.

Dalam akuntansi, materialitas digunakan untuk menentukan apakah sebuah item harus dilaporkan atau tidak.

Sedangkan dalam audit, materialitas digunakan untuk menentukan apakah suatu kesalahan atau kekurangan dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.

Software akuntansi seperti Kledo dapat membantu bisnis Anda dalam menerapkan konsep materialitas.

Kledo membantu perusahaan dalam mencatat dan mengelola data keuangan dengan mudah dan efisien. Dengan memudahkan proses pencatatan dan analisis data, perusahaan dapat dengan cepat menentukan apakah suatu item bersifat material atau tidak.

Selain itu, Kledo menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan terstruktur dengan baik.

Dengan laporan keuangan yang akurat, perusahaan dapat memastikan bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah material dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk buktikan sendiri dengan mencoba Kledo gratis selama 14 hari atau selamanya cukup melalui tautan ini.

Annisa Herawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 3 =