Memahami Dispatching dan Jenisnya dalam Proses Produksi

dispatching proses produksi banner

Dispatching merupakan salah satu tahapan penting dalam proses produksi yang memastikan seluruh rencana dapat terlaksana dengan tepat waktu dan sesuai urutan.

Setelah perencanaan, penjadwalan, dan perhitungan kebutuhan material selesai, dispatching berperan sebagai langkah eksekusi yang menghubungkan antara rencana di atas kertas dengan kegiatan nyata di lantai produksi.

Tanpa proses dispatching yang baik, aliran produksi dapat terganggu, terjadi penundaan, atau bahkan muncul hambatan yang menghambat efisiensi.

Oleh karena itu, pada artikel ini kita akan mempelajari proses dispatching dalam perencanaan dan kontrol produksi beserta jenis dan tantangannya.

Apa Itu Dispatching dalam Proses Produksi?

Dispatching dalam manajemen produksi adalah proses memulai pekerjaan di lantai produksi sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

Jadi, setelah semua perencanaan selesai (mulai dari penjadwalan hingga pengaturan urutan kerja), dispatching memastikan semuanya benar-benar dijalankan.

Intinya, dispatching adalah tahap di mana perintah kerja diberikan kepada pekerja atau bagian produksi.

Pada tahap ini, dispatcher (orang yang bertanggung jawab) akan:

  • Mengirimkan instruksi kerja ke bagian atau bengkel terkait.
  • Menentukan siapa yang harus mengerjakan tugas tertentu.
  • Memastikan pekerjaan dimulai sesuai urutan dan waktu yang sudah direncanakan.

Fungsi ini sangat penting karena menjadi penghubung langsung antara rencana produksi dan pelaksanaannya.

Dispatching memastikan produksi berjalan lancar dan sesuai target, sekaligus membantu menjaga komunikasi antara bagian produksi dengan bagian penjualan.

kledo banner 1

Baca Juga: Proses Produksi: Pengertian, Elemen, Jenis, dan Tahapannya

Fungsi dan Tujuan Dispatching dalam Proses Produksi

Dalam manajemen produksi modern, dispatching berperan menjembatani perencanaan (planning) dan eksekusi (operational execution) di lantai produksi.

Berikut fungsi dan tujuan utamanya:

  • Mengalokasikan tugas ke mesin dan operator: Dispatching menentukan pekerjaan apa yang harus dilakukan, oleh siapa, dan kapan harus memulainya. Instruksi ini membantu operator memahami prioritas pekerjaan sehingga tidak terjadi kebingungan atau penundaan.
  • Menjaga alur produksi tetap teratur: Dengan memastikan setiap proses berjalan sesuai urutan (routing) dan waktu yang ditetapkan (scheduling), dispatching mencegah pekerjaan menumpuk di satu titik dan menjaga aliran produksi tetap stabil.
  • Mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas mesin: Dispatching mengatur alokasi mesin agar tidak ada mesin yang idle terlalu lama atau overload. Hal ini membantu meningkatkan efisiensi penggunaan aset dan mengurangi biaya operasional.
  • Meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian order: Dengan dispatching yang terencana, pekerjaan dapat diselesaikan sesuai deadline sehingga pesanan pelanggan tidak terlambat. Ini sangat penting untuk menjaga kepuasan pelanggan dan memenuhi komitmen produksi.
  • Mengurangi risiko bottleneck: Dispatching memberikan instruksi berdasarkan kapasitas riil di lantai produksi. Jika satu mesin penuh, dispatching dapat mengalihkan pekerjaan ke mesin lain atau mengatur jadwal ulang untuk menghindari hambatan.
  • Memastikan ketersediaan bahan baku dan komponen: Dispatching memastikan bahwa pekerjaan hanya berjalan ketika bahan baku, komponen, dan alat-alat benar-benar tersedia. Dengan begitu, proses tidak terhenti di tengah jalan akibat kekurangan material.
  • Memantau proses produksi secara real-time: Melalui catatan dispatching, bagian produksi dapat memantau pekerjaan, mulai dari mana yang sudah selesai, mana yang sedang berjalan, dan mana yang tertunda.
  • Mendukung pengendalian kualitas produk: Dispatching memastikan proses tertentu dilakukan oleh operator atau mesin yang tepat, sesuai SOP, sehingga kualitas produk akhir tetap konsisten.
  • Sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan: Data dispatching membantu manajemen mengevaluasi performa produksi, mencari akar masalah keterlambatan, serta menentukan area yang perlu diperbaiki.

Baca Juga: Tahapan Siklus Produksi, Pengertian, Manfaat, dan Tantangannya

Mengenal 12 Tahapan dalam Perencanaan dan Kontrol Produksi

dispatching proses produksi 1

Dispatching adalah salah satu dari 12 tahapan dalam perencanaan dan kontrol produksi. 12 tahap ini adalah:

Tahap 1: Demand Forecasting (Peramalan Permintaan)

Ini adalah langkah paling awal dan paling penting.

Pada tahap ini, perusahaan menganalisis data historis, tren pasar, dan pola permintaan pelanggan untuk memprediksi kebutuhan produk di masa depan.

Hasilnya menjadi dasar untuk membuat rencana produksi.

Tahap 2: Master Planning (Perencanaan Induk Produksi)

Tahap ini menggunakan data penting dari berbagai departemen, terutama penjualan dan engineering.

Data yang digunakan misalnya jumlah pesanan, tanggal pengiriman, dan spesifikasi teknis dari tim engineering.

Tahap ini membantu menjawab pertanyaan:

  • Apa yang akan diproduksi?
  • Kapan barang akan diproduksi?
  • Bagaimana cara memproduksinya?

Tahap 3: Material Requirements Planning (MRP)

Pada tahap ini, sistem MRP menghitung bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan rencana produksi induk.

Faktor yang diperhitungkan meliputi lead time, level persediaan, dan kendala kapasitas. Hasilnya berupa rekomendasi pembelian dan perencanaan material.

Tahap 4: Capacity Planning (Perencanaan Kapasitas)

Perusahaan mengevaluasi kapasitas produksi yang tersedia, termasuk tenaga kerja, mesin, dan peralatan.

Tujuannya memastikan jadwal produksi bisa berjalan dengan sumber daya yang ada, sekaligus mengidentifikasi potensi bottleneck.

Tahap 5: Routing

Routing menentukan jalur atau urutan proses yang harus dilalui bahan baku hingga menjadi produk jadi.

Semua tahap direncanakan secara rinci untuk memastikan penggunaan sumber daya (tenaga kerja, mesin, material) yang semaksimal mungkin.

Selain itu, tahap ini juga mempertimbangkan kecepatan, biaya, dan alternatif proses.

Tahap 6: Scheduling (Penjadwalan)

Penjadwalan produksi menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap proses produksi.

Di sini fokusnya adalah “kapan” aktivitas dilakukan. Scheduling mengatur urutan dan durasi pekerjaan menggunakan master schedule, daily schedule, dan operational schedule.

Tahap 7: Loading

Tahap ini menerapkan rencana scheduling dan routing ke mesin atau tenaga kerja. Loading memastikan setiap orang dan mesin mendapat beban kerja yang sesuai.

Informasi yang diperlukan: waktu penyelesaian, kapasitas kerja, dan ketersediaan tenaga kerja serta peralatan.

Tahap 8: Dispatching

Dispatching adalah tahap memulai aktivitas produksi. Pada langkah ini, perusahaan mengeluarkan perintah kerja dan instruksi sesuai urutan dan waktu yang sudah direncanakan.

Tugas dispatching meliputi:

  • Menyediakan alat dan perlengkapan sebelum dibutuhkan pekerja.
  • Memberikan work order, instruksi, dan blueprint kepada pekerja untuk memulai pekerjaan.

Tahap 9: Follow-Up

Follow-up bertujuan mengecek apakah proses berjalan sesuai rencana. Tahap ini mencatat keterlambatan, hambatan, atau potensi masalah dalam aliran produksi.

Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki proses dan memastikan pekerjaan selesai tepat waktu.

Tahap 10: Quality Control (Pengendalian Kualitas)

Tahap ini memastikan kualitas produk tetap terjaga.

Inspeksi, pengujian, dan audit dilakukan sepanjang proses produksi untuk menemukan dan memperbaiki masalah kualitas.

Tahap 11: Pemantauan dan peningkatan performa

Pada tahap ini perusahaan mengukur KPI seperti output produksi, cycle time, dan pemanfaatan sumber daya.

Di sini, perusahaan menganalisis data untuk menemukan area yang bisa diperbaiki dan menentukan tindakan korektif.

Tahap 12: Feedback and Continuous Improvement

Tahap terakhir adalah mengumpulkan umpan balik dari produksi, pelanggan, dan sumber lainnya.

Perusahaan bisa menggunakan umpan balik untuk peningkatan proses secara berkelanjutan sehingga produksi semakin efisien dan efektif dari waktu ke waktu.

Baca Juga: Memahami Pengertian, Jenis, dan Tujuan Kegiatan Produksi

Tantangan Umum dalam Dispatching dan Cara Mengatasinya

dispatching proses produksi 2

Dispatching memiliki peran penting dalam kelancaran proses produksi, namun tak jarang perusahaan menghadapi beberapa kendala dalam pelaksanaannya.

Berikut tantangan yang paling umum serta solusi untuk mengatasinya:

a. Informasi yang tidak akurat atau terlambat

Dispatching sangat bergantung pada data real-time mengenai kapasitas mesin, stok bahan baku, dan status pekerjaan.

Data yang tidak akurat dapat mengakibatkan penjadwalan menjadi kacau, pekerjaan menumpuk, hingga lebih banyak hambatan lainnya.

b. Bottleneck pada mesin atau workstation tertentu

Jika ada mesin yang sering overload atau lambat, dispatching pun menjadi terhambat.

Solusinya adalah melakukan analisis kapasitas dan pertimbangkan redistribusi beban kerja atau penambahan shift/operator.

c. Perubahan prioritas yang mendadak

Permintaan pelanggan atau manajemen kadang berubah secara tiba-tiba, membuat perusahaan harus menyesuaikan ulang rencana dispatching.

Untuk mengatasinya, terapkan metode dispatching yang fleksibel seperti EDD (Earliest Due Date) atau CR (Critical Ratio), serta gunakan software produksi untuk mempercepat penyesuaian.

d. Kurangnya koordinasi antara bagian perencanaan dan lantai produksi

Kadang, terjadi miskomunikasi yang membuat instruksi tidak terlaksana sesuai jadwal.

Untuk mengatasi miskomunikasi, buat SOP komunikasi yang jelas dan gunakan dashboard produksi agar semua pihak bisa melihat status dan kemajuan setiap pekerjaan.

e. Keterbatasan tenaga kerja atau kemampuan operator

Dispatching juga bisa terhambat jika operator tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan pekerjaan sesuai instruksi.

Karena itu, lakukan pelatihan berkala dan sesuaikan beban tugas dengan tingkat kemampuan operator.

Baca Juga: Cara Melakukan Optimasi Produksi dalam Manufaktur

Jenis-Jenis Dispatching dalam Proses Produksi

dispatching proses produksi 3

Dalam manajemen produksi, dispatching memiliki beberapa jenis atau pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pabrik, kapasitas mesin, dan karakteristik alur kerja.

Berikut jenis-jenis dispatching yang paling umum digunakan:

1. Centralized Dispatching (Dispatching terpusat)

Pada metode ini, semua keputusan dispatching berpusat pada satu departemen atau satu orang yang bertanggung jawab.

Pada metode ini, tim perencanaan mengatur dan mengirim instruksi ke seluruh area produksi.

Metode ini cocok untuk pabrik dengan struktur yang terkontrol dan alur produksi yang jelas.

2. Decentralized Dispatching

Keputusan dispatching dilakukan oleh masing-masing departemen atau workstation di lantai produksi.

Pada metode ini, setiap divisi memiliki wewenang menentukan prioritas pekerjaannya. Metode ini cocok untuk pabrik dengan banyak lini produksi yang perlu fleksibilitas tinggi.

3. Shop-Floor Dispatching

Metode ini dinamis karena fokus pada pengelolaan pekerjaan langsung di setiap lantai produksi. Jadi, perusahaan melihat kapasitas mesin saat itu.

Operator, supervisor, dan sistem shop floor bekerja sama menentukan instruksi kerja berikutnya.

4. Automated Dispatching

Dispatching ini dilakukan secara otomatis menggunakan software produksi atau ERP.

Sistem akan mengirim instruksi kerja berdasarkan jadwal, kapasitas mesin, dan prioritas order.

Sering terintegrasi dengan IoT, barcode, atau MES (Manufacturing Execution System).

Baca Juga: Pengertian Perencanaan Produksi, Jenis, Tahapan, dan Fungsinya

Contoh Penerapan Dispatching dalam Proses Produksi

Agar pembahasan lebih konkret, berikut beberapa contoh penerapan dispatching dalam berbagai jenis industri:

a. Industri otomotif

Saat produksi mobil, dispatching mengatur urutan pengerjaan mulai dari perakitan body, pengecatan, hingga instalasi komponen elektronik.

Setelahny, Instruksi dikirim berdasarkan prioritas pesanan dan ketersediaan komponen.

b. Industri makanan dan minuman

Dispatching memastikan proses seperti mixing, filling, sealing, dan packaging berlangsung sesuai urutan dan kapasitas mesin.

Misalnya, jika mesin filling sedang dalam perbaikan, dispatching akan memindahkan batch produksi ke lini lain untuk menghindari keterlambatan.

c. Industri tekstil

Dispatching menentukan kapan mesin weaving, dyeing, dan finishing harus bekerja berdasarkan jadwal dye lot dan target output.

Hal ini mencegah antrian panjang pada proses pewarnaan.

d. Industri elektronik

Pada industri ini, dispatching mengatur prioritas soldering, assembly, dan testing.

Jika terdapat pesanan yang urgent, dispatching dapat mengatur ulang prioritas agar pesanan tersebut diproses lebih cepat.

Baca Juga: Cara Melakukan Optimasi Produksi dalam Manufaktur

Kesimpulan

Dispatching merupakan elemen kunci dalam memastikan proses produksi berjalan sesuai rencana.

Tanpa dispatching yang terstruktur, proses produksi berisiko mengalami keterlambatan dan ketidaksesuaian output.

Karena itu, perusahaan perlu memastikan setiap tahap produksi terdokumentasi dengan baik dan terintegrasi dengan sistem yang mampu memberikan visibilitas menyeluruh terhadap biaya, persediaan, serta pemakaian material.

Software akuntansi Kledo dapat mendukung proses dispatching dan keseluruhan pengendalian produksi.

Dengan fitur pencatatan biaya produksi, manajemen persediaan, hingga laporan keuangan real-time, Kledo membantu bisnis memonitor penggunaan bahan baku dan menghitung biaya secara akurat.

Yuk, coba Kledo sekarang lewat tautan ini!

salsabilanisa

Tinggalkan Komentar

14 − 4 =