Cash Conversion Cycle: Pengertian, Rumus, dan Cara Hitungnya

Cash Conversion Cycle merupakan perkiraan jumlah hari yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan untuk mengubah persediaan menjadi kas setelah terjadi penjualan kepada pelanggan.

Kas adalah sumber kehidupan bagi setiap bisnis, dan pengelolaan kas yang baik itu penting agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang.

Ada kalanya bisnis memiliki kas dalam jumlah besar, misalnya setelah terjadi penjualan dalam skala besar. Namun, ada juga kondisi ketika kas menjadi terbatas, seperti setelah melakukan pembelian besar.

Artikel ini akan membahas cash conversion cycle, cara menghitungnya, benchmark-nya dengan industri lain, hingga cara menurunkannya.

Apa itu Cash Conversion Cycle?

Cash conversion cycle (CCC) adalah metrik keuangan yang mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaan dan sumber daya lainnya menjadi kas yang berasal dari penjualan.

Cash conversion cycle juga dikenal sebagai cash flow conversion cycle, cash-to-cash cycle, atau net operating cycle.

Metrik ini memperkirakan jumlah hari yang diperlukan perusahaan untuk menjual persediaan, menagih piutang, dan membayar kewajiban usaha.

Gampangnya, CCC menggambarkan perjalanan uang, mulai dari saat digunakan untuk membeli bahan baku atau produk hingga kembali masuk ke rekening perusahaan sebagai pembayaran dari pelanggan.

kledo banner 1

Baca Juga: Cash Position: Pengertian, Rumus, dan Contoh Kasusnya

Mengapa Penting Menghitung Cash Conversion Cycle?

CCC merupakan indikator utama efisiensi operasional dan likuiditas perusahaan.

  • Semakin pendek siklusnya, semakin cepat perusahaan dapat memperoleh kembali uangnya. Dengan begitu, perusahaan juga bisa segera membayar tagihan, berinvestasi dalam pengembangan bisnis, atau menghadapi pengeluaran tak terduga.
  • Jika siklusnya panjang, berarti perusahaan sering kali mengalami tekanan arus kas karena harus menunggu dana masuk sementara kewajiban terus bertambah.

Karena itu, biasanya manajer keuangan menggunakan CCC untuk mengoptimalkan modal kerja, sedangkan pemilik bisnis memanfaatkannya sebagai dasar dalam mengambil keputusan terkait pembelian persediaan dan penetapan syarat pembayaran.

Selain itu, analis keuangan juga menjadikan CCC sebagai salah satu indikator penting dalam menilai efisiensi operasional dan stabilitas keuangan sebuah perusahaan.

Baca Juga: Rasio Cakupan Kas (Cash Coverage): Rumus dan Kalkulatornya

3 Komponen dalam Cash Conversion Cycle

CCC terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

  • Days inventory outstanding
  • Days sales outstanding
  • Days payable outstanding

Setiap komponen tersebut memiliki peran penting dalam menghitung nilai CCC secara keseluruhan.

Days Inventory Outstanding (DIO)

Days Inventory Outstanding (DIO) adalah metrik modal kerja yang menunjukkan rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual seluruh persediaannya.

Perusahaan pada umumnya berupaya untuk menjaga nilai DIO serendah mungkin. DIO yang rendah menandakan bahwa persediaan dapat berputar dengan cepat, sehingga dana yang tertanam dalam stok tidak terlalu lama tertahan dan arus kas menjadi lebih sehat.

Rumus DIO adalah sebagai berikut:

DIO = (Rata-rata atau Saldo Akhir Persediaan ÷ Harga Pokok Penjualan) × 365

Days Sales Outstanding (DSO)

Days Sales Outstanding (DSO) adalah metrik yang mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih dan menerima pembayaran dari pelanggan atas penjualan kredit.

Semakin rendah nilai DSO, semakin cepat perusahaan dapat mengonversi piutang menjadi kas. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang yang baik dan membantu menjaga kelancaran arus kas perusahaan.

Rumus DSO adalah:

DSO = (Rata-rata atau Saldo Akhir Piutang Usaha ÷ Pendapatan) × 365

Days Payable Outstanding (DPO)

Days Payable Outstanding (DPO) menunjukkan rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar kewajibannya kepada pemasok atas barang atau jasa yang diterima.

Jika nilai DPO suatu perusahaan relatif tinggi daripada perusahaan lain dalam industri yang sama, hal ini sering kali mencerminkan daya tawar yang kuat terhadap pemasok.

Dengan kata lain, perusahaan memiliki fleksibilitas waktu pembayaran yang lebih panjang tanpa mengganggu hubungan bisnis.

Rumus DPO adalah:

DPO = (Rata-rata atau Saldo Akhir Utang Usaha ÷ Harga Pokok Penjualan) × 365

Baca Juga: Cash Opname Adalah: Berikut Pembahasan Lengkapnya

Rumus Cash Conversion Cycle

cash conversion cycle 1

Rumus ini digunakan untuk menghitung lamanya waktu yang perusahaan butuhkan dalam mengonversi aktivitas operasionalnya menjadi kas.

Cash Conversion Cycle = Days Inventory Outstanding (DIO) + Days Sales Outstanding (DSO) – Days Payable Outstanding (DPO)

Contoh perhitungan

Agar lebih paham, berikut contoh perhitungan CCC pada sebuah perusahaan dengan data data keuangan sebagai berikut dalam satu tahun:

  • Rata-rata persediaan: Rp120.000.000
  • Harga pokok penjualan (HPP): Rp720.000.000
  • Rata-rata piutang usaha: Rp90.000.000
  • Total pendapatan: Rp900.000.000
  • Rata-rata utang usaha: Rp100.000.000

Berdasarkan data tersebut, kita akan menghitung masing-masing komponen CCC, yaitu DIO, DSO, dan DPO.

1. Menghitung Days Inventory Outstanding (DIO)

Days inventory outstanding menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaannya.

Rumus:
DIO = (Rata-rata Persediaan ÷ Harga Pokok Penjualan) × 365

Perhitungan:
DIO = (Rp120.000.000 ÷ Rp720.000.000) × 365
DIO = 0,1667 × 365
DIO ≈ 61 hari

Artinya, perusahaan membutuhkan rata-rata 61 hari untuk menjual persediaannya.

2. Menghitung Days Sales Outstanding (DSO)

Days sales outstanding mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih pembayaran dari pelanggan setelah penjualan dilakukan.

Rumus:
DSO = (Rata-rata Piutang Usaha ÷ Pendapatan) × 365

Perhitungan:
DSO = (Rp90.000.000 ÷ Rp900.000.000) × 365
DSO = 0,1 × 365
DSO ≈ 37 hari

Artinya, perusahaan rata-rata menerima pembayaran dari pelanggan dalam waktu 37 hari setelah penjualan.

3. Menghitung Days Payable Outstanding (DPO)

Days payable outstanding menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar pemasok.

Rumus:
DPO = (Rata-rata Utang Usaha ÷ Harga Pokok Penjualan) × 365

Perhitungan:
DPO = (Rp100.000.000 ÷ Rp720.000.000) × 365
DPO = 0,1389 × 365
DPO ≈ 51 hari

Artinya, perusahaan membayar pemasok rata-rata setelah 51 hari.

4. Menghitung Cash Conversion Cycle

Setelah mengetahui semua komponen, Anda bisa menghitung CCC dengan rumus ini:

CCC = DIO + DSO – DPO

Perhitungan:
CCC = 61 + 37 – 51
CCC = 47 hari

Interpretasi Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa cash conversion cycle perusahaan adalah 47 hari.

Ini berarti perusahaan membutuhkan waktu rata-rata 47 hari sejak mengeluarkan kas untuk persediaan hingga menerima kembali kas dari pelanggan.

Semakin pendek cash conversion cycle, semakin cepat kas berputar dan semakin sehat arus kas perusahaan.

Sebaliknya, jika siklus terlalu panjang, perusahaan berisiko mengalami tekanan kas meskipun secara laporan laba rugi terlihat menguntungkan.

Baca Juga: Cash Ratio: Pengertian, Rumus, Contoh Kasus, dan Perbedaannya

Apa yang Dimaksud dengan Cash Conversion Cycle yang Baik?

cash conversion cycle 3

Secara umum, perusahaan dengan CCC yang lebih rendah berada dalam kondisi yang lebih baik dari sisi manajemen kas.

Jika nilai CCC menunjukkan tren menurun dibandingkan periode sebelumnya, hal ini merupakan sinyal positif yang menandakan peningkatan efisiensi operasional.

Sebaliknya, CCC yang terus meningkat dapat menjadi indikasi adanya ketidakefisienan dalam model bisnis perusahaan.

Interpretasi Cash Conversion Cycle

  • CCC Tinggi: CCC yang tinggi menunjukkan bahwa profil arus kas riil perusahaan semakin jauh berbeda dari gambaran laba yang ditampilkan dalam laporan laba rugi. Kondisi ini menandakan bahwa kas perusahaan banyak tertahan dalam operasional.
  • CCC Rendah: Penyebab utamanya adalah perputaran persediaan yang cepat, daya tawar yang kuat terhadap pemasok, serta sistem penagihan piutang yang efektif dalam mengumpulkan pembayaran dari pelanggan kredit.

Apabila CCC perusahaan lebih tinggi daripada standar industri, hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar kas perusahaan terikat dalam aktivitas operasional.

Sebagai contoh, perusahaan mungkin menyimpan persediaan dalam waktu yang terlalu lama sebelum berhasil menjualnya.

Cash Conversion Cycle Positif dan Negatif

  • CCC Positif: CCC yang bernilai positif, meskipun tergolong rendah daripada perusahaan sejenis, pada dasarnya tetap mencerminkan penggunaan kas dalam operasional perusahaan.
  • CCC Negatif: Meskipun jarang terjadi, beberapa perusahaan dapat memiliki CCC negatif. Kondisi ini berarti operasional perusahaan justru menjadi sumber kas. CCC negatif biasanya dicapai ketika perusahaan mampu menjual persediaan dan menerima pembayaran dari pelanggan sebelum melakukan pembayaran kepada pemasok.

Baca Juga: Pahami Analisis Arus Kas (Cash Flow Analysis) untuk Bisnis

Benchmark Cash Conversion Cycle (CCC) Berdasarkan Industri

Rata-rata CCC berbeda antarindustri. Penyebab perbedaan ini adalah cara pengelolaan persediaan, ketentuan pembayaran dengan pemasok, serta perilaku pembayaran pelanggan.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan interpretasi yang paling relevan, bandingkan CCC bisnis Anda dengan perusahaan lain dalam industri yang sama.

1. Retail

Rata-rata CCC: 60–90 hari

Perusahaan ritel umumnya menyimpan persediaan dalam waktu yang cukup lama, tetapi biasanya menerima pembayaran dari pelanggan dengan cepat.

Namun, karena adanya persaingan dalam ketentuan pembayaran dari pemasok, nilai DPO dapat bervariasi.

Retail besar seperti Walmart atau Amazon memiliki CCC yang sangat rendah karena adanya inventory turnover yang cepat dan jangka waktu pembayaran ke pemasok yang panjang.

2. Teknologi dan elektronik

Rata-rata CCC: 35–55 hari

Keterangan: Perusahaan teknologi, khususnya produsen hardware umumnya memiliki CCC yang lebih pendek.

Penyebabnya adalah perputaran persediaan yang cepat dan periode penagihan piutang yang singkat. Namun, perusahaan dengan siklus produksi yang panjang, seperti produsen semikonduktor, cenderung memiliki CCC yang lebih lama.

3. Otomotif

Rata-rata CCC: 60–100 hari

Industri otomotif umumnya memiliki CCC yang panjang karena waktu produksi dan penjualan kendaraan yang lama.

Produsen sering menyimpan persediaan dalam jangka waktu panjang dan memiliki DSO yang relatif lama dengan dealer.

Sebaliknya, pemasok biasanya mendapatkan ketentuan pembayaran yang lebih menguntungkan.

4. Manufaktur

Rata-rata CCC: 50–100 hari

Perusahaan manufaktur berhadapan dengan bahan baku dan proses produksi yang memerlukan waktu, sehingga nilai DIO cenderung tinggi.

Selain itu, ketentuan piutang usaha sering kali cukup panjang, meskipun DPO masih dapat dinegosiasikan agar lebih lama.

5. Makanan dan Minuman

Rata-rata CCC: 20–50 hari

CCC pada industri makanan dan minuman relatif singkat karena perputaran persediaan yang cepat, mengingat produk bersifat mudah rusak.

Namun, usaha berskala kecil biasanya memiliki CCC yang lebih panjang daripada perusahaan besar yang mampu menegosiasikan ketentuan pembayaran yang lebih baik dengan pemasok.

6. Farmasi

Rata-rata CCC: 100–150 hari

Industri farmasi umumnya memiliki CCC yang panjang akibat proses riset dan pengembangan yang signifikan, periode penyimpanan persediaan yang lama, serta regulasi yang ketat.

Waktu dari produksi hingga penjualan cukup panjang, meskipun perusahaan besar sering kali memperoleh ketentuan DPO yang lebih menguntungkan.

7. Pakaian

Rata-rata CCC: 50–90 hari

Perusahaan apparel sering kali harus menyimpan persediaan dalam jumlah besar dan waktu yang lama sebelum terjual, terutama pada model fast fashion.

Namun, mereka biasanya memiliki ketentuan pembayaran yang baik dengan pemasok (DPO tinggi), sehingga dapat membantu menekan nilai CCC.

8. Barang Konsumsi

Rata-rata CCC: 40–70 hari

Perusahaan barang konsumsi biasanya memiliki CCC yang lebih pendek karena produk yang cepat bergerak dan kemampuan untuk menegosiasikan ketentuan pembayaran yang baik dengan pemasok (DPO lebih panjang).

9. Telekomunikasi

Rata-rata CCC: 30–60 hari

Perusahaan telekomunikasi umumnya memiliki CCC yang relatif singkat, dengan nilai DIO dan DSO yang moderat.

Basis pelanggan yang besar memungkinkan penagihan pendapatan yang efisien, meskipun mereka sering menangani peralatan dengan kebutuhan investasi tinggi dan perputaran persediaan yang lebih lama.

Baca Juga: Cash Shortage: Pengertian, Penyebab, Konsekuensi, dan Solusinya

Cara Menurunkan Cash Conversion Cycle (CCC)

cash conversion cycle 2

Menurunkan CCC dapat memberikan manfaat langsung bagi bisnis. Dengan memperpendek siklus ini, Anda dapat membebaskan modal kerja yang sebelumnya tertahan dalam operasional.

Hal ini memberi fleksibilitas keuangan yang lebih besar untuk berinvestasi dalam pertumbuhan usaha, menghadapi pengeluaran tak terduga, atau sekadar menjaga arus kas tetap sehat.

Berikut beberapa strategi praktis untuk menurunkan CCC:

  • Optimalkan manajemen persediaan: Gunakan alat peramalan permintaan (demand forecasting) untuk menghindari kelebihan stok, serta terapkan sistem pemesanan just-in-time guna menekan biaya penyimpanan.
  • Negosiasikan ketentuan pembayaran yang lebih baik dengan pemasok: Ajukan perpanjangan jangka waktu pembayaran atau manfaatkan diskon pembayaran lebih awal yang menguntungkan bagi bisnis Anda.
  • Percepat waktu penagihan kepada pelanggan: Tawarkan insentif pembayaran lebih awal dan lakukan tindak lanjut secara rutin terhadap piutang yang telah jatuh tempo.
  • Manfaatkan teknologi untuk penagihan yang lebih cepat: Otomatiskan pembuatan invoice dan gunakan sistem pembayaran elektronik untuk mempercepat proses transaksi.
  • Terapkan sistem pelacakan persediaan: Gunakan pemantauan stok secara real-time untuk mengidentifikasi barang yang perputarannya lambat, lalu sesuaikan strategi pembelian.
  • Tinjau kebijakan kredit secara berkala: Lakukan penilaian kelayakan kredit pelanggan dan sesuaikan ketentuan pembayaran berdasarkan tingkat risiko masing-masing.
  • Pertimbangkan factoring atau pembiayaan invoice: Ubah piutang menjadi kas secara langsung ketika waktu arus kas menjadi sangat krusial bagi operasional bisnis.

Baca Juga: Cara Melakukan Optimasi Arus Kas Bagi Para Pemilik Bisnis

Kesimpulan

Jadi, itulah penjelasan mengenai cash conversion cycle (CCC). CCC merupakan indikator penting yang membantu bisnis memahami seberapa efisien operasionalnya dalam mengubah persediaan dan piutang menjadi kas.

Dengan mengelola CCC secara optimal, bisnis dapat menjaga arus kas tetap sehat. Apalagi, jika Anda menggabungkannya dengan pengelolaan keuangan yang optimal.

Software akuntansi Kledo dapat menjadi solusi yang tepat karena bisa memantau persediaan, mencatat piutang dan utang, serta menyajikan laporan keuangan secara real-time dan terintegrasi.

Yuk, coba Kledo gratis sekarang juga! Dapatkan diskon 37% untuk berlangganan paket berbayar jika Anda mendaftar melalui tautan ini!

salsabilanisa

Tinggalkan Komentar

13 + 6 =