Manajemen Risiko Supplier: Mengenal Kategori dan Tipsnya

manajemen risiko supplier banner

Manajemen risiko supplier merupakan bagian penting dari strategi manajemen risiko sebuah bisnis.

Bisnis melakukan proses pengadaan atau procurement untuk mendapatkan bahan dan produk yang mereka butuhkan, dan dalam prosesnya mereka berkoordinasi dengan berbagai supplier.

Seiring bisnis bertumbuh, biasanya semakin banyak supplier yang dibutuhkan. Namun dari sini, banyak muncul risiko baru yang perlu bisnis kelola.

Pada artikel ini, kita akan membahas pentingnya manajemen risiko supplier, kategori risikonya, dan tips manajemen yang perlu Anda ketahui.

Apa Itu Manajemen Risiko Supplier?

Manajemen risiko supplier adalah proses mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang mungkin timbul dalam kerja sama dengan pemasok pihak ketiga.

Manajemen risiko supplier merupakan bagian penting dari strategi manajemen risiko secara keseluruhan dan dapat membantu melindungi bisnis dari gangguan dalam operasi rantai pasok, masalah kualitas, serta kerugian finansial.

Tujuan utama dari manajemen risiko supplier adalah melindungi kepentingan organisasi dengan meminimalisir dampak dari masalah yang berkaitan dengan pemasok.

Untuk mencapai hal ini, strategi manajemen risiko supplier harus mampu:

  1. Mengidentifikasi masalah potensial yang dapat merugikan bisnis
  2. Menilai kemungkinan dan tingkat keparahan masalah tersebut
  3. Menetapkan langkah-langkah pengendalian untuk mengurangi risikonya.
kledo banner 2

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Supplier, Distributor, dan Grosir

Mengapa Manajemen Risiko Supplier Itu Penting?

Dalam kolaborasi dengan pemasok, gangguan pada rantai pasok tidak dapat dihindari. Penyebabnya biasanya adalah faktor-faktor berikut:

  • Kurangnya pengetahuan tentang risiko pemasok
  • Penilaian risiko pihak ketiga yang tidak memadai
  • Kontrak yang kurang mendetail
  • Kurang memahami konsekuensi dari gangguan dalam rantai pasok
  • Tidak adanya rencana darurat yang memadai untuk mengurangi risiko dan menjaga ketahanan rantai pasok
  • Tanggung jawab pengelolaan risiko pemasok yang tersebar di berbagai bagian organisasi

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, penerapan manajemen risiko supplier yang tepat menjadi sangat penting untuk melindungi organisasi dari konsekuensi gangguan rantai pasok.

Berikut beberapa alasan utama mengapa manajemen risiko supplier itu penting:

1. Menjamin keberlangsungan operasional

Dalam beberapa kasus, gangguan pada rantai pasok dapat menyebabkan penghentian total operasional.

Hal ini terutama berlaku bagi perusahaan yang bergantung pada sistem pengiriman just-in-time.

Dengan memiliki rencana yang mengantisipasi potensi gangguan, perusahaan dapat memastikan operasi tetap berjalan, meskipun dengan kapasitas yang berkurang.

2. Melindungi bisnis dari kerugian finansial

Bersikap proaktif selalu lebih baik, dan hal ini juga berlaku dalam manajemen risiko rantai pasok.

Dengan memiliki rencana untuk menghadapi gangguan, bisnis dapat menghindari atau meminimalkan kerugian finansial.

3. Memastikan kepatuhan terhadap regulasi

Banyak bisnis yang harus mematuhi peraturan dari lembaga industri atau pemerintah.

Jika pemasok gagal memenuhi kewajiban regulasinya, organisasi bisa menghadapi risiko ketidakpatuhan.

Melalui perencanaan yang matang, perusahaan dapat memastikan pemasok mematuhi semua regulasi yang berlaku.

4. Menjaga reputasi organisasi

Reputasi perusahaan bisa sangat terdampak jika dikaitkan dengan pemasok yang memiliki masalah etika atau hukum.

Misalnya, jika sebuah perusahaan diketahui menggunakan tenaga kerja di bawah umur dalam rantai pasoknya, berita tersebut akan cepat menyebar dan memicu boikot dari pelanggan terhadap produk maupun brand yang terkait.

Dengan memiliki supply chain risk management yang efektif, perusahaan dapat mengambil langkah pencegahan lebih awal untuk menghindari situasi seperti ini.

5. Menghindari gangguan dalam rantai pasok

Gangguan pada rantai pasok dapat menimbulkan efek berantai, menyebabkan keterlambatan atau kekurangan bahan di tahap berikutnya.

Dengan memiliki manajemen risiko supplier, bisnis dapat mengidentifikasi dan mengantisipasi risiko gangguan ini sejak awal.

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Supplier, Distributor, dan Grosir

8 Kategori Risiko Supplier

manajemen risiko supplier 1

Risiko yang berkaitan dengan pemasok dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal, dan setiap kategori risiko menghadirkan tantangan yang berbeda.

Berikut adalah beberapa jenis risiko supplier yang paling umum dan perlu perusahaan antisipasi:

1. Risiko keamanan siber

Sistem supplier dapat rentan terhadap pelanggaran data, ransomware, atau serangan rantai pasok (supply chain attacks).

Sebab, supplier tingkat bawah sering kali menjadi target peretas yang berusaha mengeksploitasi celah keamanan untuk menembus sistem organisasi yang lebih besar.

2. Risiko ekonomi

Perubahan besar dalam pasar dapat muncul akibat faktor ekonomi seperti inflasi, fluktuasi nilai mata uang, hambatan perdagangan, dan penurunan kondisi keuangan secara umum yang memengaruhi kemampuan supplier untuk menyediakan barang atau jasa.

Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, tekanan inflasi memaksa banyak bisnis untuk menegosiasikan ulang kontrak dengan supplier mereka, mencari mitra baru, atau bahkan membebankan kenaikan biaya kepada konsumen.

3. Risiko kinerja

Risiko ini muncul ketika supplier mengalami masalah seperti keterlambatan produksi atau masalah kualitas bahan baku, sehingga kemampuannya untuk memenuhi permintaan dengan barang atau jasa berkualitas tepat waktu menjadi terganggu.

Contohnya, masalah kualitas pada supplier semikonduktor dapat menghentikan lini perakitan mobil selama beberapa hari.

4. Risiko keuangan

Jika supplier utama menghadapi masalah likuiditas, kebangkrutan, atau kesulitan keuangan lainnya, pengiriman bahan dapat terhenti secara mendadak.

Hal ini dapat mengganggu jadwal produksi dan meningkatkan biaya operasional.

Misalnya, supplier tingkat menengah yang bangkrut akibat kenaikan mendadak harga bahan bakar dan biaya asuransi dapat memaksa pembeli mencari sumber pasokan darurat dengan biaya lebih tinggi.

Baca Juga: Mengetahui 4 Jenis Risiko Keuangan dalam Bisnis dan Cara Mitigasinya

5. Risiko berbasis kejadian

Bencana alam, pandemi, dan konflik geopolitik dapat menimbulkan gangguan mendadak.

Berdasarkan World Economic Forum’s “2025 Global Risks Report”, konflik bersenjata antarnegara menjadi risiko paling mendesak, disusul oleh cuaca ekstrem seperti badai, gempa bumi, tsunami, dan banjir.

Kejadian-kejadian ini dapat mengganggu jalur perdagangan dan melemahkan jaringan pasokan global maupun regional, yang berujung pada terhentinya produksi di berbagai bisnis yang menunggu pasokan bahan.

6. Risiko regulasi

Pembeli perlu memastikan bahwa supplier mematuhi standar hukum yang berlaku, termasuk regulasi lingkungan, ketenagakerjaan, dan perlindungan data.

Ketidakpatuhan terhadap regulasi dapat berakibat pada denda atau bahkan pencabutan izin operasional.

7. Risiko kategori

Setiap industri menghadapi jenis risiko yang berbeda, tetapi sektor dengan produk sangat spesifik seperti logam tanah jarang dalam industri elektronik lebih rentan terhadap gangguan dan kenaikan harga.

Penyebabnya adalah sulitnya mencari supplier pengganti ketika supplier utama tidak dapat menyediakan bahan.

Sementara itu, industri pertanian menghadapi risiko seperti kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan yang dapat menghancurkan tanaman dan infrastruktur secara tiba-tiba, menghentikan pengiriman, serta meningkatkan biaya pembelian.

8. Risiko etika

Selain pelanggaran terhadap tenaga kerja dan lingkungan, risiko etika dapat mencakup:

  • Penipuan dalam rantai pasok
  • Korupsi (termasuk suap)
  • Praktik perdagangan tidak etis seperti penetapan harga berlebihan, kontrak yang tidak adil, serta pelecehan atau diskriminasi terhadap karyawan maupun pelanggan.

Risiko ini dapat berdampak serius pada bisnis, termasuk kerusakan reputasi, tanggung jawab hukum, dan hilangnya kepercayaan pelanggan.

Baca Juga: Mengetahui 4 Jenis Risiko Keuangan dalam Bisnis dan Cara Mitigasinya

Tips Manajemen Risiko Supplier

manajemen risiko supplier 2

Dalam manajemen risiko supplier, perusahaan perlu terlebih dahulu mengidentifikasi kerentanan yang ada, menilai potensi dampaknya, dan merancang strategi mitigasi sebelum risiko tersebut berkembang menjadi gangguan besar.

Dengan mengikuti langkah-langkah berikut, bisnis dapat mempersiapkan diri menghadapi berbagai ancaman yang mungkin terjadi:

1. Identifikasi risiko

Langkah pertama dalam mengelola risiko supplier adalah mengidentifikasi semua potensi ancaman yang dapat memengaruhi rantai pasok, termasuk masalah keuangan, regulasi, etika, dan lingkungan.

Perusahaan dapat menggunakan analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam basis supplier-nya.

Audit rutin juga merupakan cara efektif untuk meninjau proses operasional supplier, sistem kontrol kualitas, protokol kepatuhan, standar keselamatan, serta praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola.

Selain itu, meninjau riwayat supplier seperti performa pengiriman dan catatan insiden dapat membantu perusahaan mengidentifikasi supplier yang sering bermasalah maupun yang berprestasi baik.

2. Menilai dampak risiko

Setelah mengidentifikasi potensi risiko, perusahaan perlu menilai seberapa besar kemungkinan ancaman tersebut terjadi dan jjuga dampaknya.

Misalnya, jika supplier mengalami keterlambatan pengiriman bahan utama, bagaimana hal itu akan memengaruhi jadwal produksi, biaya operasional, dan pengiriman kepada pelanggan?

Perusahaan dapat menggunakan risk scoring matrix untuk memetakan ancaman berdasarkan tingkat kemungkinan dan dampaknya.

Risiko dengan kemungkinan dan dampak tinggi akan muncul di kuadran paling kritis, menunjukkan masalah supplier yang paling berpotensi mengganggu kelangsungan bisnis.

Contohnya, supplier yang beroperasi di negara dengan situasi politik tidak stabil mungkin dikategorikan sebagai risiko tinggi karena potensi pembatasan ekspor.

Baca Juga: Manajemen Risiko: Pengertian, Prinsip, Tahapan, dan Fungsinya

3. Rencanakan strategi mitigasi

Setelah mengetahui risiko yang paling mungkin terjadi dan dampaknya, perusahaan perlu menyusun strategi yang jelas dan dapat ditindaklanjuti untuk mengurangi risiko tersebut.

Strategi mitigasi umumnya meliputi:

  • Diversifikasi supplier untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber
  • Membuat buffer stock
  • Menyiapkan alternatif sumber pasokan
  • Menegosiasikan kontrak yang fleksibel agar perusahaan dapat melakukan penyesuaian dengan cepat bila diperlukan.

Pada tahap ini, bisnis harus menyeimbangkan antara upaya mengurangi risiko dengan menjaga kelancaran operasional dan efisiensi biaya.

Sebagai contoh, mungkin tidak realistis memiliki banyak supplier untuk setiap bahan baku, sehingga perusahaan dapat memprioritaskan rencana darurat untuk komponen yang paling penting atau sulit ditemukan.

4. Lakukan due diligence

Perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan janji supplier bahwa mereka akan memenuhi kebutuhan pasokan.

Penting untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap supplier sebelum menjalin kerja sama, guna memastikan bahwa mereka memiliki sumber daya, kapasitas, dan keahlian yang memadai untuk menyediakan produk berkualitas tepat waktu.

Proses due diligence ini dapat mencakup:

  • Kunjungan langsung ke lokasi supplier
  • Peninjauan proses operasional
  • Analisis laporan keuangan
  • Verifikasi sertifikasi industri untuk memastikan kepatuhan terhadap standar kualitas dan regulasi.

Langkah-langkah ini memberikan jaminan bahwa supplier memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban kontrak mereka.

5. Memantau risiko yang muncul

manajemen risiko supplier 3

Setelah menandatangani kontrak, perusahaan harus terus melakukan pengawasan melalui peninjauan laporan audit dan data kinerja supplier secara rutin.

Spot check dapat membantu mendeteksi potensi masalah lebih awal sebelum berkembang menjadi krisis besar.

Misalnya, supplier yang terkena sanksi regulasi dapat menimbulkan risiko reputasi bagi perusahaan.

Selain itu, sektor-sektor dengan regulasi ketat seperti farmasi dan makanan biasanya mewajibkan dokumentasi bukti pemantauan supplier secara berkelanjutan.

Teknologi vendor management yang mengintegrasikan laporan audit, pemeriksaan kepatuhan, dan data kinerja ke dalam satu platform terpusat juga berperan penting dalam mendeteksi risiko yang muncul.

Melalui wawasan real-time, notifikasi otomatis, dan analisis data, sistem ini membantu perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal potensi gangguan sehingga dapat merespons dengan cepat.

Baca Juga: Mengenal Berbagai Jenis Risiko Bisnis dan Solusi Menimalisirnya

Kesimpulan

Manajemen risiko supplier adalah proses penting untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang mungkin muncul dari hubungan kerja sama dengan supplier.

Dengan strategi manajemen ini, bisnis Anda harapannya bisa terhindar dari gangguan rantai pasok, membangun hubungan bisnis yang berkelanjutan, transparan, serta tangguh.

Agar strategi manajemen risiko supplier berjalan efektif, perusahaan juga perlu memiliki sistem pencatatan dan pelaporan yang akurat.

Software akuntansi Kledo bisa membantu Anda dengan fitur pengelolaan keuangan yang lengkap, pencatatan transaksi otomatis, invoice, membuat laporan tagihan atau pembelian supplier, hingga manajemen inventoris yang lengkap.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, coba Kledo gratis lewat tautan ini!

salsabilanisa

Tinggalkan Komentar

5 + sixteen =