Melakukan penghitungan biaya persediaan sangat penting untuk Anda pemilik bisnis yang harus memantau persediaan seperti pada industri retail atau manufaktur.
Pada artikel kali ini kami akan menjelaskan panduan tentang akuntansi biaya persediaan ini lebih dari sekadar perhitungan biaya sederhana untuk memberikan semua yang dibutuhkan oleh para profesional dalam memilih metode pelaporan keuangan.
Artikel ini akan membahas secara lengkap definisi, rumus, contoh, saran ahli, dan bagan perbandingan biaya persediaan untuk membantu Anda memahami konsep-konsepnya.
Apa itu Biaya Persediaan?
Penetapan biaya persediaan, juga disebut akuntansi biaya persediaan, adalah ketika perusahaan menetapkan biaya ke produk.
Biaya-biaya ini juga termasuk biaya tak terduga seperti biaya penyimpanan, administrasi, dan fluktuasi pasar.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) menggunakan aturan akuntansi standar untuk memastikan perusahaan tidak melebih-lebihkan biaya-biaya ini.
Biaya persediaan adalah bagian dari teknik pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan yang tepat dalam rantai pasokan membantu mengurangi total biaya persediaan dan membantu dalam menentukan berapa banyak produk yang harus dibawa oleh perusahaan.
Semua informasi ini membantu perusahaan memutuskan margin yang dibutuhkan untuk diberikan kepada setiap produk atau jenis produk.
Pakar industri Steven J. Weil, Ph.D. dan Presiden di RMS Accounting membahas tentang biaya persediaan dan pelacakan persediaan di dunia nyata. Dia mengatakan,
“Cara terbaik untuk melacak penyusutan adalah dengan melakukan inventarisasi fisik secara rutin, untuk memeriksa apakah yang dikatakan sistem sudah benar.”
“Kami biasanya ingin membebankan biaya inventaris berdasarkan departemen. Menetapkan margin yang sama di setiap departemen akan lebih mudah dilacak. Margin yang sama ini menunjukkan kepada kita ketika terjadi penyusutan dan berapa banyak produk yang masuk (dan apa yang bisa masuk).”
Baca juga: Biaya Non Operasional Akuntansi: Jenis dan Contoh Pencatatannya
Perbedaan Harga Pokok Penjualan dan Biaya Persediaan
Dalam akuntansi, perbedaan harga pokok penjualan (HPP) dan nilai persediaan diwakili oleh tempat akuntan mencatatnya.
Perusahaan menilai persediaan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan sebagai bagian dari aset lancar. HPP mewakili biaya persediaan barang yang dijual kepada pelanggan.
Akuntan mencatat saldo persediaan akhir sebagai aset lancar di neraca. Ketika persediaan meningkat, aset di neraca meningkat.
Ketika persediaan berkurang, aset di neraca juga berkurang. Akuntan juga mencatat perubahan persediaan sebagai bagian dari HPP pada laporan laba rugi.
Alih-alih menunjukkan perubahan persediaan sebagai penyesuaian HPP, akuntan menyesuaikan beberapa laporan laba rugi untuk menunjukkan perhitungan HPP sebagai:
Persediaan Awal + Pembelian Bersih = Barang Tersedia untuk Dijual – Persediaan Akhir
Perusahaan umumnya melaporkan nilai persediaan pada biaya yang dibayarkan.
Namun, produsen akan melaporkan persediaan sebesar biaya untuk memproduksi barang tersebut, termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.
Biasanya, persediaan adalah aset yang signifikan, jika bukan yang terbesar, yang dilaporkan di neraca perusahaan.
Baca juga: Demand Forecasting Adalah: Jenis, Metode, dan Contohnya
Metode Biaya Persediaan
Metode yang digunakan perusahaan untuk membebankan biaya persediaan mereka secara langsung memandu pendapatan dan nilai persediaan yang mereka laporkan pada laporan keuangan mereka.
Setiap perusahaan memilih pendekatan sistematis untuk menghitung dan melaporkan perputaran persediaannya, dan regulator mengharapkan mereka untuk tetap menggunakan metode tersebut setiap tahun.
Ada empat metode utama untuk menghitung HPP dan persediaan akhir untuk suatu periode.
- First In, First Out (FIFO): Perusahaan menjual persediaan yang pertama kali mereka beli.
- Last In, First Out (LIFO): Perusahaan menjual persediaan pertama yang mereka beli terakhir.
- Biaya Rata-rata Tertimbang atau Weighted Average Cost (WAC): Perusahaan menghitung rata-rata biaya persediaan dan berapa banyak yang mereka jual selama periode tersebut.
- Identifikasi Spesifik: Secara teknis bukan merupakan metode arus biaya tetapi diperbolehkan di bawah GAAP, opsi ini sering kali menggunakan nomor seri untuk membedakan produk dan biaya persediaannya secara spesifik.
Baca juga: Fifo, Lifo dan Average: Pengertian Lengkap dan Perbedaannya
GAAP mencakup FIFO, WAC, dan Identifikasi Spesifik. Standar akuntansi di Indonesia tidak mencakup LIFO, tetapi disebutkan di atas untuk tujuan perbandingan.
Untuk membandingkan metode, pertimbangkan contoh Jack’s Furniture dan penjualan rak bukunya.
Terlepas dari asumsi arus biaya mana yang digunakan perusahaan, neraca untuk periode tersebut dimulai dengan cara yang sama.
Jurnal ini menunjukkan persediaan awal, pembelian, dan biaya terkait yang sama:
Contoh Persediaan Awal dan Pembelian
Pembelian | HPP | Saldo persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total |
1-Nov | Persediaan awal | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
6-Nov | Pembelian | 50 | 110.000 | 5.500.000 | 50 | 110.000 | 5.500.000 |
Namun, ketika pelanggan membeli 60 unit, perbedaan dalam asumsi arus biaya ini menjadi jelas. Dalam FIFO, biaya persediaan akhir menjadi lebih tinggi untuk mencerminkan kenaikan harga.
Sebagai perbandingan, dalam LIFO, biaya persediaan akhir lebih rendah sebagai cerminan dari kenaikan harga rak buku.
Dalam contoh WAC, biaya persediaan akhir berada di tengah-tengah LIFO dan FIFO, yang menunjukkan bahwa harga berubah.
Contoh FIFO
Pembelian | HPP | Saldo Persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
9-Nov | Penjualan | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
10 | 110.000 | 1.100.000 | 40 | 110.000 | 4.400.000 |
Contoh LIFO
Pembelian | HPP | Saldo Persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
9-Nov | Penjualan | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
10 | 100.000 | 1.000.000 | 40 | 100.000 | 4.000.000 |
Contoh WAC atau rata rata tertimbang
Pembelian | HPP | Saldo Persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
9-Nov | Penjualan | 60 | 105.000 | 6.300.000 | 40 | 105.000 | 4.200.000 |
Penggunaan nomor seri atau label identifikasi mengakomodasi penggunaan metode ini dan identifikasi setiap item dalam persediaan, yang mencatat kapan perusahaan membeli item tersebut dan berapa harga yang dibayarkan.
Jika transaksi-transaksi ini adalah satu-satunya transaksi dalam periode ini dan penjualannya adalah 12.000.000, maka laporan laba rugi dan neraca akan terlihat seperti berikut ini:
Contoh FIFO, LIFO, dan WAC
FIFO | LIFO | WAC | |
---|---|---|---|
Laporan laba rugi | |||
Penjualan | 12.000.000 | 12.000.000 | 12.000.000 |
HPP | 6.100.000 | 6.500.000 | 6.300.000 |
Laba kotor | 5.900.000 | 5.500.000 | 5.700.000 |
Neraca | |||
Persediaan | 4.400.000 | 4.000.000 | 4.200.000 |
Seperti yang telah disebutkan, identifikasi spesifik secara teknis bukan merupakan asumsi aliran biaya, tetapi merupakan teknik untuk menentukan biaya persediaan.
Dalam hal ini, aliran fisik persediaan sesuai dengan metode dan tidak bergantung pada waktu untuk penentuan biaya.
Baca juga: Inventory Plan (Recana Persediaan): Proses dan Analisanya
Contoh Identifikasi Spesifik
Pertimbangkan sebuah dealer barang seni yang mengkhususkan diri pada satu jenis produk saja, yaitu bola dunia buatan tangan. Berikut ini adalah contoh dari aliran persediaannya:
Dibeli dengan harga grosir | Dijual secara eceran | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
1-Jan | Persediaan awal | 10 | 10.000.000 | 100.000.000 | |||
15-Jan | Penjualan | 5 | 21.000.000 | 105.000.000 | |||
16-Jan | Pembelian | 9 | 12.000.000 | 108.000.000 | |||
18-Jan | Penjualan | 7 | 21.000.000 | 147.000.000 | |||
16-Jan | Pembelian | 13 | 9.900.000 | 128.000.000 | |||
26-Jan | Penjualan | 5 | 21.000.000 | 105.000.000 | |||
29-Jan | Pembelian | 4 | 11.000.000 | 44.000.000 | |||
Total | 36 | 380.700.000 | 17 | 357.000.000 |
Dari informasi ini dan informasi tentang produk spesifik mana yang dijual oleh dealer selama periode tersebut, ia dapat menghitung angka-angka berikut:
Persediaan Akhir, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Kotor untuk Identifikasi Spesifik
Total yang tersedia | Jumlah akhir persediaan (tidak terjual) | Biaya persediaan akhir | HPP | Gross Profit |
---|---|---|---|---|
10 @ 10.000.000 (1-Jan) | 6 | 60.000.000 | 40.000.000 | |
9 @ 12.000.000 (16-Jan) | 7 | 84.000.000 | 24.000.000 | |
13 @ 9.900.000 (23-Jan) | 3 | 29.700.000 | 99.000.000 | |
4 @ 11.000.000 (29-Jan) | 3 | 33.000.000 | 11.000.000 | |
Totals | 19 | 206.700.000 | 174.000.000 | 183.000.000 |
Persediaan akhir dan HPP didasarkan pada apa yang dijual atau tidak dijual oleh dealer dari setiap pembelian yang diidentifikasi secara spesifik atau persediaan awal.
Perhatikan bagaimana ia memisahkan setiap pembelian berdasarkan harga yang dibayarkan untuk pembelian tersebut.
Dia tahu bahwa pelanggan membeli barang buatan tangannya berdasarkan barang tertentu yang mereka sukai, bukan berdasarkan tempat dia membelinya.
Laba kotor atau gross profit adalah penjualan ritel periode dikurangi total yang dibelanjakan pada awalnya untuk barang-barang tertentu yang ia jual selama periode tersebut.
Metode yang kurang umum yang tidak tercakup dalam GAAP meliputi:
- Highest In, First Out (HIFO): Perusahaan menjual persediaan dengan biaya tertinggi terlebih dahulu.
- Lowest In, First Out (LOFO): Perusahaan menjual persediaan dengan biaya terendah terlebih dahulu.
- First Expired, First Out (FEFO): Perusahaan menjual persediaan yang pertama kali habis masa berlakunya terlebih dahulu.
Dengan menggunakan contoh rak buku di atas di Jack’s Furniture, jurnal dimulai dengan cara yang sama.
Contoh Persediaan Awal dan Pembelian
Pembelian | HPP | Saldo persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total |
1-Nov | Persediaan awal | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
6-Nov | Pembelian | 50 | 110.000 | 5.500.000 | 50 | 110.000 | 5.500.000 |
HPP dan saldo persediaan sekali lagi berubah ketika pelanggan membeli 60 unit dengan metode HIFO dan LOFO selama satu periode.
Contoh HIFO menghapus persediaan dengan biaya tertinggi terlebih dahulu, sehingga menyisakan nilai persediaan yang lebih sedikit, dan contoh LOFO menghapus persediaan dengan biaya terendah terlebih dahulu, sehingga menyisakan nilai persediaan yang lebih tinggi.
Contoh HIFO
Pembelian | HPP | Saldo Persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
9-Nov | Penjualan | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
10 | 100.000 | 1.000.000 | 40 | 100.000 | 4.000.000 |
Contoh LOFO
Pembelian | HPP | Saldo Persediaan | ||||||||
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total | Unit | Biaya persediaan | Total |
9-Nov | Penjualan | 50 | 100.000 | 5.500.000 | ||||||
10 | 100.000 | 1.000.000 | 40 | 100.000 | 4.000.000 |
Untuk laporan laba rugi dan neraca untuk penjualan senilai 12.000.000, HIFO dan LOFO akan membandingkan sebagai berikut:
Contoh HIFO dan LOFO
LOFO | HIFO | |
---|---|---|
Laporan laba rugi | ||
Penjualan | 12.000.000 | 12.000.000 |
HPP | 6.100.000 | 6.500.000 |
Laba kotor | 5.900.000 | 5.500.000 |
Neraca | ||
Persediaan | 4.400.000 | 4.000.000 |
Baca juga: Siklus Persediaan dan Pergudangan: Pengertian dan Cara Auditnya
Dalam FEFO, tanggal kedaluwarsa mendorong penjualan. Misalnya, jika pengecer memulai dengan dan membeli total 80 unit dan menjual 40 unit dengan dua tanggal kedaluwarsa yang berbeda, maka akan terlihat seperti berikut ini:
Contoh FEFO
Pembelian | HPP | Saldo persediaan | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tanggal | Keterangan | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total | Unit | Biaya per unit | Total |
1-Nov | Persediaan awal (Kadaluarsa 6-Desember) | 50 | 10.000 | 500.000 | ||||||
6-Nov | Pembelian (Kadaluarsa 2 Desember) | 30 | 11.000 | 330.000 | 50 | 11.000 | 330.000 | |||
9-Nov | Penjualan | 30 | 11.000 | 330.000 | ||||||
10 | 10.000 | 100.000 | 40 | 10.000 | 400.000 |
Barang-barang yang tersedia setelah penjualan memiliki tanggal kedaluwarsa yang lebih lambat. Perusahaan menghabiskan stok dengan tanggal kedaluwarsa paling awal terlebih dahulu.
Penyesuaian dan estimasi penilaian ersediaan
GAAP mengizinkan penyesuaian dalam penilaian persediaan ketika memiliki masa depan yang tidak pasti, seperti kapan persediaan menjadi usang. Metode untuk penyesuaian ini meliputi:
- Lower of Cost or Market (LCM): Perusahaan mencatat biaya terendah, baik harga beli atau harga pasar, dari persediaan mereka.
- Net Realizable Value (NRV): Perusahaan mencatat estimasi harga jual, dikurangi biaya penjualan atau pelepasan.
Terakhir, beberapa metode mengestimasi nilai biaya persediaan akhir:
- Retail Inventory Method: Perusahaan menghitung biaya persediaan berdasarkan hubungan dengan harga eceran.
- Metode Laba Kotor: Perusahaan menghitung jumlah persediaan dan harga pokok penjualan dengan menggunakan rasio terhadap penjualan.
Baca juga: Valuasi Persediaan: Pengertian, Metode, dan Contoh Penghitungannya
Biaya Persediaan Rata-rata Tertimbang atau Metode Persediaan Biaya Rata-rata
Metode biaya persediaan rata-rata tertimbang, juga disebut metode persediaan biaya rata-rata, adalah salah satu pendekatan yang sesuai dengan GAAP yang digunakan perusahaan untuk menilai persediaan bisnis mereka.
Metode ini menghitung biaya per unit dengan menggunakan rata-rata tertimbang untuk harga pokok penjualan dan persediaan.
Rumus untuk metode biaya rata-rata tertimbang adalah perhitungan per unit.
Membagi total harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk setiap item persediaan.
WAC = HPP / Persediaan (Terjual)
Sebagai contoh, Trax adalah sebuah bisnis kecil yang membeli dan menjual papan permainan. Untuk bulan November, berikut ini adalah pembelian dan penjualannya:
Tanggal | Jumlah Unit Terjual per Pembelian | Biaya Per Unit Aktual | Total Biaya Aktual |
---|---|---|---|
1-Nov | 200 | 250.000 | 50.000.000 |
3-Nov | -100 | ||
4-Nov | 200 | 265.000 | 53.000.000 |
9-Nov | -75 | ||
10-Nov | 150 | 245.000 | 36.750.000 |
15-Nov | -200 | ||
22-Nov | 300 | 225.000 | 67.500.000 |
25-Nov | -300 | ||
26-Nov | 300 | 270.000 | 81.000.000 |
27-Nov | -300 | ||
30-Nov | 400 | 240.000 | 96.000.000 |
Persediaan akhir | 575 |
Persediaan akhir adalah total unit yang tersedia dikurangi total unit yang terjual selama periode tersebut. Dalam contoh ini, persediaan akhir = (200 + 200 + 150 + 300 + 300 + 400) – (100 + 75 + 200 + 300 + 300) = 1.550 unit yang dibeli – 975 unit yang terjual = 575 unit yang tersisa.
Hitunglah biaya rata-rata tertimbang untuk papan permainan dengan menggunakan bagan berikut ini yang menunjukkan jumlah unit yang dibeli, biaya untuk setiap unit pada tanggal pembelian, dan total biaya yang dibayarkan untuk pembelian pada hari itu.
Tanggal | Jumlah Unit Terjual per Pembelian | Biaya Per Unit Aktual | Total Biaya Aktual |
---|---|---|---|
1-Nov | 200 | 250.000 | 50.000.000 |
4-Nov | 200 | 260.000 | 53.000.000 |
10-Nov | 150 | 245.000 | 36.750.000 |
22-Nov | 300 | 225.000 | 67.500.000 |
26-Nov | 300 | 270.000 | 81.000.000 |
30-Nov | 400 | 240.000 | 96.000.000 |
Total | 1.550 | 384.250.000 |
Biaya unit rata-rata tertimbang berdasarkan tabel di atas untuk Trax di bulan November adalah 384.250.000/1550 = 247.900 per unit.
Penilaian harga pokok penjualan (HPP) adalah jumlah unit yang terjual dikalikan dengan biaya rata-rata tertimbang.
HPP = 975 x 247.900 = 241.702.500
Penilaian persediaan akhir adalah 575 unit yang tersisa dikalikan dengan biaya rata-rata tertimbang.
Persediaan = 575 x 247.900 = 142.542.500
Bersama-sama, HPP dan penilaian persediaan ditambahkan ke total biaya aktual yang tersedia untuk dijual.
Total Biaya Aktual yang Tersedia untuk Dijual = 241.702.500+ 142.542.500 = 384.250.00
Baca juga: Akuntansi Persediaan: Pengertian, Jenis Valuasi, dan Manfaatnya
Asumsi Arus Biaya Persediaan
Asumsi arus biaya persediaan adalah metode yang digunakan akuntan untuk menghapus biaya persediaan perusahaan mereka dan melaporkannya sebagai harga pokok penjualan untuk penilaian akuntansi.
Contoh dari asumsi ini termasuk FIFO, LIFO, dan WAC.
Asumsi arus biaya tidak selalu mewakili arus fisik barang yang sebenarnya. Asumsi tersebut hanyalah biaya yang dibebankan ke unit persediaan perusahaan.
Metode penetapan biaya persediaan utama yang sesuai dengan GAAP adalah FIFO dan WAC. LIFO juga disertakan di bawah ini untuk tujuan perbandingan:
Metode Biaya Persediaan Utama
Metode Persediaan | Penjelasan | Kapan digunakan | Efek dalam laporan keuangan |
---|---|---|---|
LIFO (Last In, First Out) | Perusahaan menetapkan biaya terbaru ke persediaan untuk HPP. | Ketika harga-harga naik (inflasi), HPP adalah yang tertinggi dengan penghasilan kena pajak terendah. | Selama periode kenaikan biaya: Neraca – biaya persediaan yang lebih rendah, ekuitas pemegang saham yang lebih rendah; Laporan laba rugi – pendapatan yang lebih rendah dan HPP yang lebih tinggi. |
FIFO (First In, First Out) | Perusahaan mencocokkan biaya tertua dengan pendapatan dan menetapkannya ke HPP. | Ketika harga naik, HPP terendah dan penghasilan kena pajak tertinggi. | Selama periode peningkatan biaya: Neraca – nilai yang lebih akurat (lebih tinggi) untuk persediaan akhir; Laporan laba rugi – peningkatan laba bersih. |
WAC (Weighted Average Cost) | Biaya unit rata-rata selama periode tersebut, dihitung dari total biaya yang tersedia untuk dijual dengan total unit yang tersedia untuk dijual. | Digunakan oleh perusahaan dengan volume dan perputaran inventaris yang lebih tinggi. | Dengan kenaikan harga: biaya rata-rata lebih tinggi dan laba bersih lebih rendah. Hasilnya akan berada di antara yang dihasilkan oleh FIFO atau LIFO. |
SI (Specific Identification) | Melacak item persediaan secara individual. | Digunakan untuk barang unik, bernilai tinggi, dan bervolume rendah seperti barang seni atau perhiasan. | Pengaruhnya terhadap laba bersih tergantung pada barang yang dijual dan biaya perolehannya. |
Bandingkan metode-metode ini dengan menggunakan penjualan dan pembelian papan seluncur salju Trax untuk bulan Januari dan Februari:
- Pada bulan Januari, Trax membeli 500 papan permainan salju dengan harga masing-masing 250.000 = 125.000.000.
- Pada bulan Februari, Trax membeli 400 papan permainan dengan harga masing-masing 275.000 = 110.000.000.
- Untuk periode akuntansi Januari-Februari, Trax memiliki 900 papan permainan dan menjual 200 papan.
Metode Perhitungan Biaya Persediaan Utama
Metode persediaan | Biaya Tersedia untuk Dijual | HPP | Persediaan Akhir |
---|---|---|---|
LIFO | 275.000 untuk 400 orang pertama, kemudian 250.000 per papan permainan | 200 papan permainan x 275.000 = 55.000.000 | (200 papan permainan x 275.000) + (500 papan permainan x 250.000) = 180.000.000 |
FIFO | 250.000 untuk 500 pertama, kemudian 275.000 per papan permainan | 200 papan permainan x 250.000 = 50.000.000 | (300 papan permainan x 250.000) + (400 papan permainan x 275.000) = 185.000.000 |
WAC | 235.000,000/900 papan permainan = 261.110 per papan permaianan | 261.110 x 200 papan permainan = 52.222.220 | 261.110 x 700 papan permainan = 182.777.000 |
Akuntan tidak akan menggunakan metode identifikasi spesifik dalam contoh ini karena retailer tidak melacak papan permainan dengan kode identifikasi yang unik.
Identifikasi spesifik akan menjadi metode yang baik jika perusahaan menjual papan permainan yang merupakan karya seni satu-satunya atau barang koleksi dari atlet terkenal.
Dalam kasus ini, melacak aliran fisik barang lebih mudah dibandingkan dengan operasi ritel bervolume tinggi. Untuk menghitung persediaan akhir dalam metode identifikasi spesifik, hitunglah biaya setiap barang dalam persediaan pada akhir periode.
Berikut ini adalah tiga metode biaya persediaan alternatif. GAAP tidak menyetujui metode-metode ini, sehingga para akuntan jarang menggunakannya.
Baca juga: Tahapan dan Prosedur Audit Persediaan yang Harus Anda Ketahui
Metode Penilaian Persediaan yang Tidak Berdasarkan Biaya
Berikut ini adalah metode penilaian persediaan yang tidak didasarkan pada biaya perolehan. GAAP mengakui keduanya sebagai metode yang valid untuk menilai persediaan.
Metode persediaan | Penjelasan | Kapan harus digunakan | Efek dalam laporan keuangan |
---|---|---|---|
LCM (Lower of Cost or Market) | Catat biaya persediaan dengan biaya mana pun yang lebih rendah: biaya asli atau harga pasar saat ini. | Ketika nilai sebuah barang lebih kecil dari biayanya, perusahaan menyesuaikan persediaan ke bawah dan mencatat kerugian. | Neraca – mengurangi nilai buku persediaan dengan jumlah penyesuaian; Laporan laba rugi – menurunkan laba yang dilaporkan. |
NTV (Net Realizable Value) | Estimasi harga jual dikurangi biaya penjualan atau disposal. | Sebagai perhitungan untuk LCM atau nilai pasar yang ada untuk mencegah bisnis dari kerugian. | Laporan laba rugi – perusahaan mengakui kerugian nilai pasar sebagai beban, laba yang lebih rendah. Neraca – nilai tercatat persediaan berkurang. |
Contoh kasus
Bob Store adalah toko mainan yang menjual produk “fidget spinner”. Para terapis awalnya mengembangkan mainan ini untuk anak-anak dengan gangguan perhatian, tetapi mainan ini menjadi tren pada tahun 2017 dengan puncak penjualan pada bulan Juni.
Pada bulan September berikutnya, ketika Bob’s membeli 20.000 dengan harga 8000 per unit, banyak sekolah yang melarangnya, dan permintaannya anjlok. Nilai pasar fidget spinner juga turun menjadi 5000 per unit.
Contoh Metode Penilaian Persediaan LCM
Asumsi biaya | Harga pasar persediaan | Harga persediaan | LCM |
---|---|---|---|
LCM | 5000 x 20.000 = 100.000.000 | 8000 x 20.000 = 160.000.000 | 100.000.000(Cost) |
Berdasarkan informasi ini, Bob store melaporkan LCM-nya sebagai nilai pasar sebagai biaya persediaan fidget spinner.
Khawatir permintaan produk akan terus menurun, pada bulan Oktober, Toko Bob storevmenerima tawaran untuk menjual sisa stok fidget spinner seharga 90.000.000.
Bob membayar 1.000.000 kepada agen yang menemukan penawar tersebut. Bob juga mencatat biaya penyimpanan sebesar 500.000.
Contoh Metode Penilaian Persediaan NRV
Asumsi biaya | Nilai persediaan | Hasil yang Direalisasikan dari Deadstock | Kerugian |
---|---|---|---|
NRV | 90.000.000 – (1.000.000 + 500.000) = 88.500.000 | 88.500.000 | 160.000.000 – 88.500.000 = 71.500.000 |
Nilai realisasi bersih untuk persediaan Bob store adalah 88.500.000. Ia juga mencatat pendapatan dari deadstock sebesar 88.500.000 dan kerugian sebesar 71.500.000 untuk periode tersebut.
Taksiran Penilaian Persediaan Biaya
Berikut ini adalah dua metode untuk mengestimasi persediaan akhir dan dengan demikian nilai persediaan.
Sebagai estimasi, perusahaan tidak boleh berharap bahwa estimasi tersebut sepenuhnya akurat, sehingga mereka harus memperhitungkan kehilangan stok akibat kerusakan dan pencurian dan menambahkannya dengan persediaan periodik.
Asumsi biaya | Penjelasan | Kapan digunakan | Efek dalam laporan keuangan |
---|---|---|---|
Metode Persediaan Retail | Tidak menggunakan unit persediaan; sebagai gantinya, perusahaan menghitung sebagai HPP total nilai penjualan ritel barang dikalikan dengan rasio biaya terhadap ritel. | Berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagangan dan harga jual eceran; ketika pengecer menjual kembali barang dagangan untuk mengestimasi saldo persediaan akhir periode. | Memberikan perkiraan persediaan akhir. |
Metode Laba Kotor | Tidak menggunakan unit persediaan, perusahaan menggunakan estimasi margin laba kotor rata-rata (Penjualan – Harga Pokok Penjualan) | Untuk ritel, retailer yang tidak memiliki inventaris fisik dihitung pada akhir periode. | Memberikan perkiraan persediaan akhir. |
Contoh
Pacific Bead menjual manik-manik buatan tangan dari pengrajin lokal ke pasar ritel dan pelanggan di luar negeri.
Dari software akuntansi perusahaan, berikut ini adalah informasi periode pelaporannya.
- Biaya persediaan pada awal periode: 6.000.000
- Harga pokok persediaan yang dibeli: 4.000.000
- Nilai retail persediaan pada awal periode: 12.000.000
- Nilai retail persediaan yang dibeli: 8.000.000
- Total penjualan tahun ini: 7.500.000
- Margin kotor selama 12 bulan terakhir: 50%
Contoh Metode Penilaian Persediaan Retail
Asumsi biaya | Nilai persediaan | Hasil yang Direalisasikan dari Deadstock | Kerugian |
---|---|---|---|
Metode persediaan retaik | Tersedia: 6.000.000 + 4.000.000 = 10.000.000. Retail: 12.000.000 + 8.000.000 = 20.000.000 | 7.500.000 * (1 – 10.000.000/20.000.000) = 3.750.000 | 10.000.000 – 3.750.000 = 6.250.000 |
Sebuah perusahaan manik-manik yang berbeda di daerah tersebut, ABC Beads, menghitung nilai persediaannya di akhir periode dengan menggunakan metode laba kotor.
Dari software akuntansi, perusahaan ini melaporkan angka-angka berikut ini.
- Harga pokok sekotak manik-manik: 7.000
- Harga jual sekotak manik-manik: 17.000
- Total Penjualan: 28.000.000
- Pembelian manik-manik: 4.000.000
- Nilai persediaan sebelumnya: 19.000.000
Contoh Metode Penilaian Persediaan Laba Kotor
Asumsi biaya | Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual | Biaya penjualan | Persediaan akhir |
---|---|---|---|
Metode biaya kotot | 19.000.000 + 4.000.000 = 23.000.000 | Laba kotor yang diharapkan = (17.000 – 7.000)/17.000 = 59% 28.000.000 * (1 – 59%) = 11.480.000 | 23.000.000 – 11.480.000 = 11.520.000 |
Baca juga: Pengertian Laporan Persediaan Barang, Cara Membuat, dan Jenisnya
Bagaimana Memilih Metode Akuntansi Biaya Persediaan yang Tepat?
Untuk memilih metode yang tepat, perusahaan harus terlebih dahulu memahami bagaimana metode yang berbeda akan mengubah neraca dan laporan laba rugi mereka.
Terlepas dari metode yang digunakan perusahaan, yang paling penting adalah menggunakan metode yang sama untuk menyajikan angka-angka dari tahun ke tahun.
Prinsip konsistensi ini, dengan menggunakan metode yang sama dari periode ke periode, memungkinkan perusahaan untuk menyajikan angka yang paling adil dan membayar pajak yang sesuai berdasarkan pendapatan yang dilaporkan.
Akuntan Anda dapat membantu Anda memutuskan metode apa yang terbaik untuk perusahaan Anda.
Mereka dapat membuat rekomendasi bisnis dan melihat data Anda yang telah direkonsiliasi.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, ketika sebuah perusahaan menggunakan metode WAC dengan inflasi, perusahaan tersebut akan melaporkan HPP yang lebih rendah dibandingkan dengan LIFO, namun lebih tinggi dibandingkan dengan FIFO.
Anda akan mendapatkan nilai persediaan yang paling up to date jika menggunakan metode FIFO, karena metode tersebut menggunakan biaya pembelian terbaru, tetapi lebih rendah dari LIFO.
Dengan menggunakan WAC, perusahaan dapat memanipulasi pendapatannya menjelang akhir tahun dengan berapa banyak persediaan yang dibelinya.
Secara keseluruhan, proses rata-rata dalam WAC mengurangi efek waktu yang terkait dengan pembelian persediaan.
Setiap metode juga akan sedikit berubah berdasarkan apakah perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik atau perpetual.
Untuk informasi lebih lanjut tentang sistem persediaan periodik, baca “Persediaan Periodik: Apakah Ini Pilihan yang Tepat?“
Pelajari lebih lanjut tentang sistem persediaan perpetual dengan membaca “Panduan Pasti untuk Persediaan Perpetual.”
Perubahan ini disebabkan oleh waktu penghitungan yang dilakukan dalam sistem yang berbeda.
Misalnya, metode WAC dalam sistem perpetual menghasilkan sistem rata-rata tertimbang untuk setiap penjualan.
Dengan menggunakan metode WAC dalam sistem periodik, perusahaan hanya melakukan perhitungan pada akhir periode, dengan mempertimbangkan semua yang terjadi dan menjaga harga lebih konsisten selama periode tersebut.
Lebih dalam Tentang Biaya Persediaan
Biaya inventaris adalah biaya yang merupakan bagian dari total biaya suatu produk.
Biaya-biaya ini mencakup semua yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam persediaan dan siap dijual. Misalnya, ini dapat mencakup bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya pengiriman, biaya administrasi dan penyimpanan tertentu.
Akuntan biasanya mencatat biaya inventaris sebagai aset di neraca. Pada akhirnya, akuntan membebankannya sebagai biaya, dan memindahkannya dari neraca ke harga pokok penjualan dalam laporan laba rugi.
Biaya yang dianggap dapat diinventarisasi oleh akuntan berbeda di berbagai industri.
Biaya-biaya yang dapat diinventarisasi ini biasanya terbagi dalam tiga kategori biaya: biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya administrasi.
Biaya pemesanan adalah angka yang biasanya dialokasikan oleh akuntan ke pusat biaya overhead karena biaya ini terdiri dari penggajian, tunjangan, dan aktivitas departemen pengadaan seperti prakualifikasi pemasok.
Biaya penyimpanan adalah biaya yang dibayarkan perusahaan untuk menyimpan barang yang belum terjual, dan akuntan dapat memasukkannya ke dalam pusat biaya overhead.
Biaya administrasi adalah biaya yang sering dikaitkan dengan departemen akuntansi, seperti upah dan tunjangan.
Personel tersebut menghasilkan data tentang harga pokok penjualan dan persediaan yang ada, menanggapi auditor, dan memenuhi permintaan analisis akuntansi lainnya yang berkaitan dengan persediaan.
Mungkin ada biaya administrasi untuk fungsi-fungsi ini yang tersebar di beberapa departemen, termasuk pembelian dan pengendalian persediaan, serta akuntansi.
Biaya Penyimpanan Persediaan
Biaya penyimpanan persediaan, atau biaya penyimpanan, adalah biaya yang terkait dengan penyimpanan persediaan yang tidak terjual.
Biaya termasuk ruang penyimpanan, penanganan stok, kerugian perusahaan jika barang menjadi usang atau rusak, dan biaya modal yang berkaitan dengan persediaan yang tidak terjual.
Biaya ruang penyimpanan adalah untuk fasilitas yang menampung persediaan dan termasuk penyusutan, biaya utilitas, asuransi, dan staf.
Biaya penanganan persediaan terdiri dari upaya untuk memasukkan persediaan ke dalam tempat penyimpanan, pemeliharaan yang diperlukan dan peralatan penanganan dan keamanan.
Keusangan adalah ketika persediaan tidak lagi berguna atau sudah usang. Perusahaan harus membuang stok ini dengan biaya yang lebih murah atau tanpa biaya. Biaya modal sering kali memiliki biaya bunga yang terkait dengan inventarisasi stok sebelum dijual.
Rumus biaya penyimpanan persediaan
Ada beberapa cara untuk menghitung biaya penyimpanan, seperti memanfaatkan persentase dari nilai inventaris Anda.
Namun, cara terbaik adalah perusahaan menjumlahkan biaya penyimpanan yang diketahui dan membagi jumlah tersebut dengan nilai inventaris mereka, sehingga menghasilkan persentase untuk digunakan di masa mendatang.
Sebagai latihan, perusahaan harus merinci biaya spesifik mereka. Biaya penyimpanan persediaan harus mencakup:
- Biaya modal
- Biaya pengiriman
- Biaya penyimpanan
- Biaya tenaga kerja
- Biaya asuransi dan penggantian
- Biaya peluang
- Stok yang sudah usang, kedaluwarsa atau dicuri
Setiap industri memiliki estimasi standar yang berbeda untuk perhitungan ini, seperti 2% untuk biaya penyimpanan dan 15% untuk biaya modal.
Perusahaan tidak memasukkan biaya-biaya ini ke dalam akun persediaan, tetapi membebankannya pada saat terjadi. Pertimbangan biaya-biaya ini sangat penting untuk memastikan margin laba cukup untuk menutupinya.
Rumus Biaya Persediaan
Rumus biaya persediaan penting karena secara langsung mempengaruhi laba perusahaan.
Rumus ini menggunakan nilai persediaan awal, nilai persediaan akhir, dan biaya pembelian selama periode tersebut.
Hitung biaya inventaris dengan menambahkan persediaan awal ke pembelian persediaan dan mengurangkan persediaan akhir.
Misalnya, perusahaan menilai persediaan pada awal periode sebesar 50.000.000.
Perusahaan membeli stok senilai 15.000.000 selama periode tersebut. Nilai persediaan pada akhir periode adalah 25.000.000. Biaya persediaan untuk periode tersebut adalah (50.000.000 + 15.000.000) – 25.000.000 = 40.000.000.
Rumus dasar ini memperhitungkan semua biaya persediaan yang diperlukan untuk mendapatkan dan menyimpan barang yang akan dijual dan berpengaruh pada penentuan pendapatan.
Setiap penyesuaian pada persediaan menyebabkan perubahan pada pendapatan yang dilaporkan.
Persediaan Biaya Standar
Penetapan biaya standar adalah ketika perusahaan membebankan biaya yang diharapkan (atau standar) dari bahan, tenaga kerja, dan overhead ke inventaris, bukan biaya aktual.
Alat manajemen ini membantu merencanakan anggaran, mengelola dan mengendalikan biaya, serta menentukan seberapa sukses perusahaan mengendalikan biaya.
Biaya persediaan standar berasal dari data historis perusahaan dan mencerminkan operasi dalam keadaan normal. Perusahaan menggunakan target biaya ini dalam perencanaan.
Varians adalah perbedaan antara biaya standar (target) dan biaya aktual. Ketika varians negatif terjadi, manajemen harus mengambil tindakan dengan mengidentifikasi akar penyebabnya, memperbaiki operasinya dan berpotensi membuat perubahan pada biaya standar.
Perusahaan yang menggunakan sistem biaya standar biasanya menghasilkan laporan varians untuk menunjukkan perbedaan antara biaya standar dan biaya aktual.
Dalam lingkungan manufaktur, varians harga bahan adalah perbedaan antara biaya yang dianggarkan dan biaya aktual untuk bahan. Rumus untuk varians harga bahan adalah sebagai berikut:
Varians Harga Bahan = (Harga Aktual – Harga Standar) x Kuantitas Aktual yang Dibeli
Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur suku cadang otomotif menganggarkan 348.500.000 (biaya standar) untuk 20.500 (jumlah standar) bahan utama untuk filter oli berkinerja tinggi yang populer untuk tahun ini. Harga standar per unit adalah 17.000.
Dalam entri jurnal yang melaporkan varians, uang yang dicatat adalah uang yang dibelanjakan, dan laporan kinerja menunjukkan biaya aktual bahan untuk bagian ini adalah 389.500.000 (biaya aktual) untuk 20.500 bahan baku (kuantitas aktual).
Harga aktual per unit adalah 19.000. Selisihnya-apakah kredit atau debit-adalah ke akun Varians Harga Bahan.
Dengan menggunakan rumus, varians harga bahan baku = (19.000 – 17.000) x 20.500 = 41.000.000.
Entri jurnal untuk rumus ini adalah sebagai berikut:
Varians Harga Bahan
Akun | Debit | Kredit |
---|---|---|
Persediaan Bahan Baku | 348.500.000 | |
Varians Harga Bahan | 41.000.000 | |
Hutang Usaha | 389.500.000 |
Biaya Persediaan Akhir
Biaya persediaan akhir adalah nilai dari persediaan yang tersisa dan tersedia untuk dijual pada akhir periode.
Dasar perhitungan untuk persediaan akhir adalah persediaan awal ditambah dengan pembelian dikurangi dengan harga pokok penjualan.
Biaya inventaris akhir dapat berubah berdasarkan asumsi arus biaya yang dipilih perusahaan untuk digunakan.
Barang yang dijual pertama kali oleh perusahaan dan biaya relatifnya saat dibeli memengaruhi biaya persediaan yang tersisa, seperti halnya asumsi di balik perkiraan apa pun.
Persediaan Akhir = (Persediaan Awal + Pembelian) – HPP
Contoh dasar penghitungan persediaan akhir adalah untuk PT Goods. Perusahaan ini memulai bulan produksinya dengan persediaan awal sebesar 100.000.000.
Perusahaan ini membeli persediaan senilai 25.000.000 selama bulan tersebut dan menjual persediaan senilai 75.000.000 pada bulan yang sama. Persediaan akhir dihitung sebagai berikut:
Persediaan Akhir = (100.000.000 + 25.000.000) – 75.000.000 = 50.000.000
Baca juga: Jurnal Penyesuaian Persediaan Barang Dagang: Komponen dan Contohnya
Kledo untuk Mengelola Akuntansi Biaya Persediaan yang Lebih Baik
Pemilik bisnis memahami pentingnya menjaga catatan persediaan yang akurat dan peran yang dimainkan oleh catatan ini dalam proses ini.
Temukan alat yang tepat yang dapat menyederhanakan proses akuntansi dan memberikan visibilitas lebih baik ke dalam laporan persediaan dan inventaris yang ada.
Perusahaan yang menggunakan software akuntansi seperti Kledo dan metode akun biaya persediaan dapat lebih memahami kesehatan bisnis mereka, yang pada gilirannya memungkinkan mereka untuk menjalankan strategi bisnis dan pemasaran dengan lebih baik.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari atau selamanya melalui tautan ini.
- Rumus Biaya Variabel dan Kalkulator Biaya Variabel Gratis - 20 Desember 2024
- Cara Menggunakan Aplikasi SIAPIK dari BI dan Download PPTnya - 19 Desember 2024
- Monthly Recurring Revenue (MRR): Rumus dan Cara Menghitungnya - 19 Desember 2024