Manajemen persediaan merupakan aspek penting dalam setiap bisnis karena berpengaruh langsung terhadap profitabilitas, pelaporan keuangan, dan kepuasan pelanggan.
Metode average inventory atau metode biaya rata-rata adalah salah satu metode utama untuk melacak dan menilai nilai persediaan.
Metode ini menyeimbangkan kesederhanaan dan ketepatan, sehingga menjadi pilihan populer bagi berbagai jenis dan skala bisnis.
Artikel ini akan membahas tentang metode average inventory, kelebihan dan kekurangannya, serta perannya dalam praktik manajemen persediaan modern.
Apa Itu Metode Average Inventory?
Metode average inventory adalah perhitungan yang bisnis gunakan untuk memperkirakan jumlah persediaan rata-rata yang tersedia selama periode waktu tertentu.
Metode ini menghitung biaya rata-rata dari seluruh unit persediaan untuk menentukan harga pokok penjualan (HPP) dan nilai persediaan yang tersisa.
Pendekatan ini sangat cocok untuk bisnis yang menjual produk dengan karakteristik serupa karena memberikan perhitungan yang konsisten dan efisien terhadap biaya persediaan.
Selain itu, metode ini juga sangat sederhana dan mudah digunakan untuk barang yang dibeli atau diproduksi sendiri oleh bisnis.
Baca Juga: Mengenal Sistem Inventory dalam Bisnis dan Tips Memilihnya
Rumus dan Perhitungan Metode Average Inventory
Untuk menentukan average inventory (rata-rata persediaan) selama dua atau lebih periode akuntansi, gunakan rumus berikut:
Average Inventory = (Persediaan saat ini + Persediaan sebelumnya) / Jumlah periode
Rumus ini bisa diterapkan untuk berbagai rentang waktu.
Misalnya, Anda dapat menghitung rata-rata persediaan selama satu tahun dengan menjumlahkan nilai persediaan di akhir setiap bulan, lalu membaginya dengan 12.
Atau, untuk periode yang lebih singkat seperti satu bulan, cukup tambahkan nilai persediaan di awal dan akhir bulan, lalu bagi dua.
Contoh kasus:

Sebuah toko kopi membeli 50 bungkus biji kopi arabika seharga Rp100.000 per bungkus.
Beberapa minggu kemudian, toko tersebut menambah stok dengan membeli 30 bungkus tambahan seharga Rp110.000 per bungkus.
Dengan metode average cost, toko menghitung biaya rata-rata per bungkus kopi:
(50 × Rp100.000 + 30 × Rp110.000) / (50 + 30) = Rp103.750 per bungkus
Jika toko menjual 40 bungkus, maka harga pokok penjualan (HPP) dihitung sebagai:
40 × Rp103.750 = Rp4.150.000
Sisa persediaan tetap dinilai berdasarkan biaya rata-rata Rp103.750 per bungkus, terlepas dari harga pembelian awal.
Metode ini memudahkan penilaian persediaan, terutama bagi bisnis yang menghadapi fluktuasi harga bahan baku.
Selain itu, metode ini membantu menjaga konsistensi laporan keuangan dan mempermudah penetapan harga jual yang stabil.
Baca Juga: Cara Hitung HPP, Beserta Rumus, dan Contoh Kasusnya
Keunggulan Metode Average Inventory
Metode average inventory menawarkan sejumlah keuntungan bagi berbagai jenis bisnis, terutama yang memiliki produk seragam atau dengan volume persediaan besar.
1. Sederhana dan mudah diterapkan
Dibandingkan dengan metode First-In, First-Out (FIFO) dan Last-In, First-Out (LIFO), metode average cost jauh lebih sederhana karena tidak memerlukan pencatatan detail untuk setiap unit barang.
Perhitungannya cukup berdasarkan rata-rata biaya dari seluruh unit persediaan, sehingga tidak perlu melacak harga per unit secara individual.
Kesederhanaan ini sangat membantu bagi bisnis dengan jumlah stok besar dan produk yang sejenis, seperti toko bahan bangunan, grosir sembako, atau produsen minuman.
Metode ini juga memberikan hasil yang konsisten dan mudah dipahami dalam pelaporan keuangan maupun pengelolaan stok.
2. Menyeimbangkan fluktuasi harga
Dengan menghitung rata-rata dari semua biaya pembelian, metode ini dapat meredam efek perubahan harga pasar.
Artinya, ketika terjadi kenaikan atau penurunan harga yang tajam, nilai persediaan dan harga pokok penjualan (HPP) tidak akan berfluktuasi secara ekstrem.
Pendekatan ini membantu bisnis mendapatkan gambaran yang lebih stabil dan dapat diprediksi tentang biaya serta nilai persediaan yang tersisa, sehingga perencanaan keuangan dan strategi penetapan harga.
3. Sesuai dengan standar akuntansi internasional
Metode average cost diakui oleh GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) dan IFRS (International Financial Reporting Standards).
Kepatuhan ini penting bagi bisnis yang ingin memperoleh pendanaan eksternal atau bekerja sama dengan investor, karena laporan keuangannya dianggap lebih transparan dan kredibel.
Selain itu, metode ini juga telah disetujui oleh otoritas pajak di berbagai negara untuk tujuan pelaporan dan akuntansi, selama penerapannya konsisten dan sesuai aturan yang berlaku.
4. Cocok untuk bisnis dengan produk homogen
Metode average cost sangat ideal untuk bisnis yang menjual produk seragam atau dengan harga pembelian yang relatif konsisten seperti ritel sembako, toko kopi, farmasi, atau produsen makanan olahan.
Dalam kasus ini, metode average cost mempermudah perhitungan nilai persediaan tanpa harus memisahkan setiap unit berdasarkan harga pembeliannya.
Baca Juga: Mengenal Beberapa Jenis Produk dan Proses Pemasarannya
Kekurangan Metode Average Inventory

Seperti halnya metode akuntansi lainnya, metode average cost inventory memiliki sejumlah kelemahan yang perlu dipertimbangkan sebelum diterapkan dalam bisnis.
1. Kurang akurat di pasar dengan fluktuasi harga tinggi
Metode ini bergantung pada data pembelian historis untuk menghitung nilai rata-rata, sehingga kurang mencerminkan harga pasar terkini.
Dalam kondisi harga bahan baku atau barang dagang yang sering berubah, hal ini bisa menyebabkan nilai persediaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah daripada nilai sebenarnya.
Ketidakakuratan ini juga dapat memengaruhi laporan laba rugi laba bisa tampak lebih besar atau lebih kecil tergantung pada tren harga.
Selain itu, metode ini kurang cocok untuk bisnis yang menjual barang unik, bernilai tinggi, atau dengan variasi harga signifikan, karena tidak melacak biaya spesifik per unit.
2. Potensi ketidaksesuaian antara biaya dan pendapatan
Ketika harga pembelian persediaan berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, metode average cost berisiko tidak mencocokkan biaya barang yang dijual dengan pendapatan yang dihasilkan secara akurat.
Karena semua unit dihitung dengan satu harga rata-rata tanpa memperhatikan waktu atau harga pembelian, laporan keuangan bisa menampilkan nilai persediaan yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi sebenarnya.
Akibatnya, HPP (Harga Pokok Penjualan) dan nilai persediaan akhir bisa menjadi kurang relevan dengan situasi pasar saat ini.
3. Distorsi nilai persediaan
Dalam periode kenaikan harga, metode average cost dapat menurunkan nilai persediaan, yang membuat aset perusahaan tampak lebih rendah dari kenyataan.
Hal ini bisa berdampak pada rasio keuangan dan bahkan menimbulkan risiko kekurangan stok.
Sebaliknya, ketika harga turun, nilai persediaan bisa terlalu tinggi sehingga laporan keuangan tampak lebih kuat dari yang sebenarnya.
Distorsi semacam ini dapat mempersulit evaluasi kinerja keuangan dan pengambilan keputusan bisnis yang akurat.
Jadi, meskipun metode inimemberikan kemudahan dalam perhitungan dan pelaporan, bisnis tetap perlu mempertimbangkan karakteristik pasar dan jenis produknya agar hasil penilaian persediaan tetap relevan dan mencerminkan kondisi riil perusahaan.
Baca Juga: Metode Penilaian Persediaan: Pengertian, Jenis, Dan Tips Memilihnya
3 Cara Menggunakan Hasil Perhitungan Metode Average Inventory

Hasil perhitungan average inventory (persediaan rata-rata) sangat berguna dalam berbagai analisis akuntansi dan perencanaan bisnis.
Berikut adalah tiga cara paling umum untuk memanfaatkannya:
1. Menghitung rasio perputaran persediaan rata-rata
Rasio perputaran persediaan (average turnover ratio) mengukur berapa kali persediaan dijual dan digantikan dalam satu periode.
Rumusnya:
Rasio perputaran = Harga Pokok Penjualan (HPP) ÷ Persediaan akhir rata-rata
Contohnya, jika persediaan akhir adalah Rp30.000.000 dan HPP tahunan adalah Rp45.000.000, maka:
Rp45.000.000 ÷ Rp30.000.000 = 1,5
Artinya, persediaan Anda telah terjual dan digantikan 1,5 kali dalam setahun.
Rasio ini membantu menilai seberapa efisien bisnis mengelola stok barangnya.
2. Menghitung persediaan rata-rata dalam suatu periode
Sesuai definisinya, average inventory harus dihitung dari setidaknya dua periode akuntansi, misalnya dua bulan, kuartal, atau tahun.
Dengan menghitung rata-rata dari beberapa periode, Anda bisa mengurangi pengaruh lonjakan atau penurunan stok sementara dan memperoleh ukuran yang lebih stabil untuk dasar pengambilan keputusan atau perbandingan dengan metrik lain.
3. Analisis dukungan penjualan (sales support calculation)
Average inventory juga bisa dibandingkan dengan data pendapatan penjualan untuk menentukan berapa banyak persediaan yang dibutuhkan untuk mendukung tingkat penjualan tertentu.
Misalnya, rata-rata penjualan triwulanan adalah Rp60.000.000 dan rata-rata persediaan adalah 10.000 unit.
Maka, rata-rata 10.000 unit produk dijual setiap bulan untuk menghasilkan penjualan Rp60.000.000 selama periode tersebut.
Perbandingan ini membantu bisnis menyesuaikan jumlah stok agar seimbang, cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan, tetapi tidak berlebihan hingga membebani biaya penyimpanan.
Baca Juga: Metode Penilaian Persediaan: Pengertian, Jenis, Dan Tips Memilihnya
Kesimpulan
Metode average cost inventory merupakan pendekatan yang serbaguna dan banyak digunakan dalam penilaian persediaan.
Kesederhanaan dan kemudahan penerapannya menjadikannya pilihan menarik bagi berbagai jenis bisnis di beragam industri.
Namun, perusahaan tetap perlu mempertimbangkan kebutuhan persediaan yang spesifik serta dampak potensi fluktuasi pasar sebelum memilih metode ini.
Di era digital saat ini, kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data secara real-time menjadi hal yang sangat penting.
Software akuntansi Kledo dapat membantu Anda mengelola persediaan dengan lebih efisien melalui fitur pelacakan stok, integrasi dengan sistem POS, dan laporan keuangan yang akurat.
Dengan Kledo, bisnis Anda dapat memantau nilai persediaan secara tepat waktu, membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas, dan menjaga arus kas tetap sehat di tengah perubahan pasar yang dinamis.
Coba Kledo gratis sekarang juga lewat tautan ini!
- Manajer Akuntansi: Tugas, Keahlian, dan Skill yang Dibutuhkan - 13 November 2025
- Metode Average Inventory adalah: Rumus dan Contohnya - 13 November 2025
- Yield Produksi: Pengertian, Jenis, dan Tips Meningkatkannya - 12 November 2025
