Dalam dunia bisnis, proses pengadaan barang dan jasa, atau yang dikenal dengan istilah procurement, memegang peranan penting dalam menunjang kelancaran operasional dan pertumbuhan perusahaan.
Baik Anda yang bertugas mencari dan membeli kebutuhan perusahaan, meninjau kualitas barang dan jasa, maupun mengelola anggaran, semuanya terlibat dalam proses procurement.
Memahami lebih dalam tentang procurement tidak hanya membantu Anda menjalankan tugas dengan lebih efektif, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap efisiensi dan keberhasilan bisnis secara keseluruhan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara komprehensif mengenai apa itu procurement, tahapan-tahapan yang terlibat di dalamnya, berbagai jenis procurement yang ada, serta tips praktis untuk mengelolanya dengan lebih baik.
Apa yang Dimaksud dengan Proses Procurement?
Proses procurement atau pengadaan adalah serangkaian langkah dan prosedur yang digunakan bisnis untuk mendapatkan barang atau jasa.
Proses ini sangat penting bagi bisnis karena dapat berdampak langsung pada keuntungan, pengeluaran, dan penghematan.
Bisnis sering menilai proses pengadaan untuk membuat penyesuaian dan perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bisnis.
Tujuan utama dari proses procurement adalah untuk mencapai efisiensi dan nilai maksimum saat mendapatkan barang dan jasa untuk bisnis.
Baca juga: Mengenal Analisis Trend (Trend Analysis) dalam Laporan Keuangan
Perbedaan Procurement dengan Purchasing
Ketika membahas tentang procurement, tidak jarang kita juga menemui istilah purchasing atau pembelian.
Sekilas keduanya terdengar mirip, bahkan sering digunakan secara bergantian.
Namun, jika ditelaah lebih dalam, procurement dan purchasing memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dari sisi cakupan dan tujuan prosesnya.
Procurement adalah proses strategis yang mencakup seluruh tahapan pengadaan barang atau jasa dalam sebuah organisasi, dimulai dari identifikasi kebutuhan, pencarian dan evaluasi vendor, negosiasi kontrak, hingga pengelolaan hubungan jangka panjang dengan penyedia.
Tujuan utama procurement bukan sekadar “membeli”, melainkan memastikan bahwa barang dan jasa yang diperoleh benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis, efisien secara biaya, dan mendukung keberlanjutan operasional perusahaan.
Sementara itu, purchasing merupakan bagian dari proses procurement yang lebih berfokus pada aspek transaksional.
Aktivitas purchasing biasanya dimulai setelah keputusan pembelian dibuat. Di dalamnya termasuk pembuatan purchase order (PO), pemrosesan pembayaran, pencatatan transaksi, hingga penerimaan barang atau jasa.
Jadi, bisa dikatakan purchasing adalah eksekusi dari keputusan strategis yang dibuat dalam proses procurement.
Selain cakupan proses, ada pula perbedaan dalam hal tujuan jangka panjang.
Procurement tidak hanya fokus pada pengadaan satu kali, melainkan juga membangun dan menjaga hubungan jangka panjang dengan vendor yang kredibel dan dapat diandalkan.
Hal ini penting agar perusahaan memiliki rantai pasokan yang stabil dan bisa melakukan repeat order tanpa harus mengulang proses dari nol.
Sebagai ilustrasi:
- Jika purchasing adalah seperti membeli alat tulis ke toko terdekat karena stok habis, maka procurement adalah ketika perusahaan menyusun rencana pengadaan alat tulis selama satu tahun, memilih vendor terbaik, menegosiasikan harga, dan menyusun kontrak kerja sama.
Singkatnya:
Aspek | Procurement | Purchasing |
---|---|---|
Cakupan | Strategis dan menyeluruh | Operasional dan transaksional |
Fokus | Perencanaan, evaluasi vendor, negosiasi | Pembuatan PO, pembayaran, penerimaan |
Tujuan | Efisiensi jangka panjang, manajemen vendor | Penyelesaian pembelian |
Hubungan dengan vendor | Jangka panjang dan kolaboratif | Jangka pendek dan fungsional |
Dengan memahami perbedaan keduanya, perusahaan bisa lebih tepat dalam menempatkan strategi pengadaan dan memastikan bahwa setiap proses berjalan dengan efektif.
Baca juga: Laporan Pembelian: Pengertian, Format, dan Cara Membuatnya
Alur dalam Proses Procurement

Setiap bisnis memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda, sehingga proses procurement bisa bervariasi antar perusahaan.
Meskipun detailnya bisa berbeda-beda, secara umum terdapat sejumlah langkah yang cukup konsisten dan bisa dijadikan acuan dalam menyusun alur procurement yang efektif.
Berikut ini adalah 10 tahapan utama dalam proses procurement yang bisa diterapkan oleh berbagai jenis bisnis:
1. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis
Langkah pertama dimulai dengan memahami apa saja barang atau jasa yang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan.
Ini mencakup konsultasi dengan berbagai divisi atau departemen untuk mengidentifikasi kebutuhan internal yang mendesak maupun jangka panjang.
Kebutuhan ini bisa mencakup alat kerja, bahan baku, hingga layanan yang mendukung produktivitas.
Agar prosesnya lebih terstruktur, tim juga bisa menyusun rencana kebutuhan yang mempertimbangkan aspek biaya, nilai manfaat, profitabilitas, dan waktu pengadaan.
Baca juga: Manajemen Pengadaan: Pengertian, Manfaat, dan Tips Mengelolanya
2. Menyusun skala prioritas
Ketika terdapat lebih dari satu kebutuhan, langkah selanjutnya adalah memprioritaskan mana yang paling mendesak atau memiliki dampak paling besar bagi operasional bisnis.
Misalnya, barang yang akan digunakan oleh beberapa departemen atau kebutuhan yang sifatnya rutin lebih diutamakan.
Pada tahap ini, perusahaan juga bisa mulai merinci spesifikasi barang atau jasa, seperti kode produk, kuantitas, atau deskripsi layanan yang dibutuhkan.
Baca juga: 6 Metode Pengadaan dan Tips Memilih Suplier yang Benar
3. Mengajukan permintaan pembelian
Setelah kebutuhan jelas dan sudah diprioritaskan, tim procurement dapat mengajukan permintaan pembelian (purchase requisition) ke bagian terkait, biasanya keuangan atau manajemen.
Pengajuan ini bisa dilakukan melalui sistem digital maupun secara manual, tergantung pada kebijakan internal.
Permintaan tersebut akan ditinjau untuk memastikan bahwa anggaran tersedia, kebutuhan memang valid, dan tidak ada potensi kendala dalam pengadaan.
Baca juga: 6 Jenis Biaya Logistik pada Bisnis dan Cara Menghematnya
4. Memilih pemasok dengan RFQ atau RFP
Jika permintaan telah disetujui, tahap berikutnya adalah mencari dan memilih pemasok.
Salah satu metode umum yang digunakan adalah mengirimkan Request for Quotation (RFQ) atau Request for Proposal (RFP) kepada calon vendor.
Dokumen ini berisi permintaan penawaran harga, spesifikasi barang atau jasa, serta detail kebutuhan lainnya.
Dengan RFQ/RFP yang jelas dan terstruktur, perusahaan dapat membandingkan penawaran dari beberapa pemasok secara objektif.
Jika perusahaan sudah memiliki vendor yang pernah bekerja sama dan terbukti kredibel, mereka juga bisa dipertimbangkan kembali untuk efisiensi waktu.
5. Negosiasi harga dan ketentuan kerja sama
Setelah pemasok terpilih, proses negosiasi dimulai.
Di tahap ini, tim procurement dan vendor akan membahas harga, syarat pembayaran, durasi pengiriman, serta ketentuan lain yang tercantum dalam kontrak.
Negosiasi bukan hanya soal harga terbaik, tapi juga membangun kesepakatan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Tim juga biasanya melibatkan pemangku kepentingan dari berbagai divisi sebelum menandatangani kontrak.
6. Menyusun dan mengirimkan purchase order (PO)
Setelah kesepakatan dicapai, tim procurement akan menyusun purchase order (PO) berdasarkan dokumen permintaan pembelian yang telah disetujui.
PO ini merupakan dokumen resmi yang dikirimkan ke vendor dan memuat rincian barang/jasa, kuantitas, harga, serta syarat-syarat yang telah disepakati.
PO bisa dikirim melalui berbagai saluran seperti email, platform e-procurement, atau metode lain yang disepakati dengan pemasok.
Baca juga: Pengertian Price Skimming, Tujuan, Contoh, Pro dan Kontranya
7. Meninjau barang atau jasa
Bisnis memiliki pilihan untuk menerima barang atau jasa yang dibeli, tergantung pada apakah barang atau jasa tersebut sesuai dengan rincian kontrak.
Jika ada masalah dengan barang atau jasa, mereka dapat menindaklanjuti dengan pemasok untuk menyelesaikannya secara tepat waktu.
Setelah menerima barang atau jasa, tim procurement dapat meninjau hal-hal berikut ini untuk mengetahui kualitasnya:
- Barang tiba dalam kondisi baik
- Barang lengkap tanpa ada bagian yang hilang
- Pemasok memenuhi jadwal pengiriman
- Layanan memenuhi kewajiban yang dikontrak
8. Memverifikasi dan mencocokkan faktur
Setelah barang atau jasa diterima, vendor akan mengirimkan faktur (invoice) sebagai tagihan pembayaran.
Tim procurement atau keuangan kemudian mencocokkan faktur tersebut dengan PO dan bukti penerimaan barang, melalui proses yang disebut three-way matching.
Proses ini penting untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam tagihan dan barang yang diterima sesuai dengan pesanan.
9. Melakukan pembayaran ke pemasok
Jika faktur telah diverifikasi, proses pembayaran dapat dilanjutkan.
Tim keuangan akan mengeksekusi pembayaran sesuai dengan metode dan tenggat waktu yang tercantum dalam kontrak.
Proses ini bisa melibatkan transfer bank, pembayaran digital, atau metode lain tergantung kebijakan perusahaan.
Baca juga: Pentingnya Change Management (Manajemen Perubahan) dalam Strategi Bisnis
10. Menyimpan dan mengarsipkan dokumen
Tahap akhir dari proses procurement adalah dokumentasi.
Seluruh dokumen terkaitmulai dari PR, PO, kontrak, faktur, hingga bukti pembayaran perlu disimpan dengan rapi untuk keperluan audit, pelaporan pajak, evaluasi vendor, maupun referensi di masa mendatang.
Dengan pencatatan yang tertib, perusahaan dapat melacak riwayat pembelian, mengidentifikasi potensi masalah, serta memperbaiki strategi procurement di masa depan.
Baca juga: Belanja Modal: Pengertian, Jenis, Cara Hitung, dan Tips Mengelolanya
Jenis-jenis Procurement

Berikut adalah empat jenis procurement:
1. Direct procurement
Direct procurement adalah pengadaan barang, bahan, atau layanan yang dapat digunakan bisnis untuk menghasilkan keuntungan melalui produksi produk akhir atau penjualan kembali.
Barang-barang procurement langsung dapat mencakup peralatan, perangkat keras, bahan mentah, atau barang yang dijual kembali.
Tujuan memperoleh barang-barang ini termasuk mengembangkan hubungan yang berkelanjutan dengan bisnis dan pemasok lain dan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.
2. Indirect procurement
Indirect procurement adalah pengadaan barang, bahan, atau jasa yang digunakan secara internal untuk mendukung operasi sehari-hari.
Procurement ini dapat membantu anggota tim dalam melakukan pekerjaan, perjalanan, dan mengelola fasilitas.
Barang-barang procurement tidak langsung dapat mencakup outsourcing, perlengkapan kantor, barang yang mudah rusak, perabotan atau kendaraan transportasi.
Tujuan dari procurement barang ini termasuk menciptakan lingkungan kerja operasional dan mengoptimalkan dukungan untuk staf.
Baca juga: Perbedaan Manajemen Produk dan Pengembangan Produk
3. Procurement jasa
Procurement jasa adalah pengadaan layanan berbasis orang. Sebagai contoh, sebuah bisnis mungkin menginginkan layanan pemasaran eksternal untuk menangani komunikasi, materi promosi, dan penjangkauan.
Tujuan mendapatkan layanan eksternal ini dapat mencakup mengisi kesenjangan layanan dan memberikan waktu staf penuh waktu untuk tanggung jawab lain yang terkait dengan tujuan bisnis.
Bisnis bisa mendapatkan layanan eksternal untuk dukungan TI, layanan keamanan, layanan pelanggan, kontraktor, atau firma hukum.
4. Procurement barang
Procurement barang adalah perolehan barang fisik yang dapat digunakan oleh para profesional untuk layanan atau dijual kembali.
Misalnya, sebuah bisnis dapat memperoleh langganan perangkat lunak untuk penggunaan kantor.
Mereka juga dapat memperoleh perabot yang dapat digunakan sementara oleh karyawan dan kemudian digunakan kembali sebagai barang yang dijual kembali.
Procurement barang dapat berupa procurement langsung atau tidak langsung, tergantung pada penggunaan dan nilainya bagi bisnis.
Baca juga: 10 Contoh Software Akuntansi Desktop untuk Bisnis Anda
Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Procurement?
Manajemen procurement mengawasi semua langkah yang terlibat dalam procurement barang dan jasa.
Tergantung pada bisnisnya, hal ini dapat dilakukan oleh seorang individu, tim individu atau oleh anggota berbagai departemen.
Tanggung jawab mereka mungkin termasuk berkomunikasi dengan pemasok eksternal, membangun hubungan jangka pendek atau jangka panjang dengan pemasok dan membandingkan biaya dengan keuntungan barang dan jasa untuk memastikan bisnis menerima nilai maksimum.
Tergantung pada jenis bisnisnya, para profesional dapat menggunakan manajemen procurement secara bergantian dengan purchase management atau source management.
Baca juga: Purchasing Management: Pengertian, Manfaat, Tahapan, dan Tipsnya
Tips untuk meningkatkan proses procurement
1. Menetapkan kebijakan procurement yang strategis
Setiap kali Anda melakukan kualifikasi pemasok baru, Anda harus melakukan prosedur keamanan yang jelas.
Sekarang pertimbangkan peritel terbesar kedua di dunia dengan 2.800 pemasok di seluruh dunia.
Membangun hubungan baru dengan setiap pemasok merupakan tugas yang melelahkan dan mengandung banyak risiko tingkat tinggi, dan memitigasi risiko ini membutuhkan banyak sumber daya.
Sebagai gantinya, lakukan mitigasi sejak awal dengan menentukan praktik terbaik penerimaan pemasok.
Buatlah proses langkah-langkah yang komprehensif untuk membantu Anda:
- Memformalkan perencanaan seluruh proses (membakukan proses, melacak data, dan kinerja pemasok)
- Melakukan uji tuntas (menyoroti kriteria pemasok, memeriksa riwayat pemasok, manajemen kontrak)
- Melatih dan menerima pemasok (melatih pemasok di platform Anda, membakukan proses penerimaan, berkomunikasi secara konsisten)
Lakukan analisis SWOT baru terhadap lingkungan Anda dan gunakan risiko untuk memodifikasi kebijakan procurement yang ada.
Bekerja berdasarkan kebijakan yang sudah ada akan membantu Anda menyelaraskan kebijakan baru dengan kebutuhan bisnis.
Baca juga: 11 Cara Melacak Pengeluaran Bisnis dan Tips Menguranginya
2. Berkomunikasi dengan tim Anda
Komunikasi adalah kuncinya! Komunikasi yang konsisten dengan tim Anda dapat berkontribusi pada kesuksesan yang berkelanjutan dengan menjamin semua pemangku kepentingan memiliki pemahaman yang sama.
Dengarkan tim dan pemasok Anda untuk mengidentifikasi masalah dan prosedur yang tidak efisien yang terjadi.
Misalnya, pesanan yang tidak disengaja atau kesalahan, atau kurangnya kepercayaan dengan pemasok tertentu – sehingga memungkinkan untuk menangani masalah sebelum menjadi bola salju.
Hubungan ini saling menguntungkan dan perlu dibina secara profesional.
Jika terjadi gangguan atau konflik yang tidak terduga, hubungan Anda dapat membantu meminimalkan dampak pada rantai pasokan atau area bisnis Anda.
3. Mengelola persediaan
Cobalah untuk melihat persediaan Anda sebagai bagian dari profitabilitas Anda. Manajemen persediaan yang efektif berarti Anda tidak memiliki terlalu banyak atau sedikit inventaris untuk memenuhi permintaan pada waktu tertentu.
Cara paling akurat untuk mengelola inventaris adalah dengan berinvestasi pada alat manajemen inventaris.
Pilih alat yang tepat untuk bisnis Anda untuk membantu meminimalkan kesalahan manusia: pesanan, stok, bahan baku, dll.
Meskipun tampaknya bijaksana untuk menyimpan stok ekstra dan melebihi permintaan, hal ini juga berarti peningkatan biaya untuk menyimpannya, yang akan menghambat arus kas yang berharga.
4. Menstandarkan proses
Proses yang terstandardisasi juga merupakan cara yang sangat berharga untuk menghemat waktu dan meningkatkan kepatuhan. Ini adalah metode pengoptimalan yang dapat diterapkan ke semua unit bisnis.
Proses yang terstandardisasi dapat menetapkan pedoman, dan standar tolok ukur untuk cara yang lebih mudah dalam memantau hasil.
Dalam procurement, proses internal yang umum ini dapat secara signifikan mengurangi kesalahan manusia (entri data, transaksi, dll.).
Ini juga merupakan cara yang baik untuk menciptakan proses seleksi yang transparan dan adil bagi pemasok Anda.
5. Menggunakan tools yang tepat
Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini sudah banyak alat atau software yang tepat untuk membuat proses procurement menjadi lebih mudah dan praktis.
Saat ini ada berbagai software yang membantu Anda dalam mengelola persediaan, bahan baku, atau barang terkait bisnis yang memerlukan proses pengadaan seperti software manajemen persediaan, software khusus procurement, atau software akuntansi.
Salah satu software akuntansi yang bisa membantu Anda memantau tingkat ketersediaan stok dalam bisnis adalah dengan menggunakan software akuntansi yang memiliki fitur persediaan terlengkap seperti Kledo.
Kledo sendiri bisa Anda gunakan secara gratis selama 14 hari atau selamanya melalui gambar di bawah ini:
Baca juga: 10 Tips dalam Membuat Desain Invoice Terbaik dan Contohnya
Tips Bekerja di Bidang Procurement
Bekerja di bidang procurement bukan hanya soal membeli barang atau jasa, tapi juga mengelola berbagai proses yang kompleks agar kebutuhan perusahaan terpenuhi dengan tepat dan efisien.
Profesi ini menuntut kemampuan analisis, komunikasi, negosiasi, serta pemahaman mendalam tentang bisnis dan pemasok.
Agar Anda bisa sukses dan berkembang dalam peran ini, penting untuk memahami kualifikasi yang dibutuhkan, tugas dan tanggung jawab sehari-hari, serta gambaran mengenai kompensasi yang layak.
Selanjutnya, mari kita bahas lebih detail poin-poin penting tersebut di bagian berikutnya.
Apa saja kualifikasi untuk posisi procurement?
Menjadi profesional di bidang procurement tidak hanya membutuhkan kemampuan dasar membeli barang atau jasa, tapi juga berbagai kualifikasi yang mendukung agar proses pengadaan berjalan lancar dan memberikan nilai lebih bagi perusahaan.
Berikut beberapa kualifikasi penting yang biasanya dicari perusahaan:
- Pendidikan Formal yang Relevan
Umumnya, perusahaan mengutamakan kandidat dengan latar belakang pendidikan di bidang Manajemen, Ekonomi, Akuntansi, Teknik Industri, atau bidang terkait lain yang memberikan pemahaman dasar soal bisnis dan rantai pasok. - Pengalaman Kerja di Bidang Procurement atau Terkait
Meski ada peluang untuk fresh graduate, pengalaman minimal 1–3 tahun di procurement, logistik, atau supply chain sangat dihargai. Pengalaman ini membantu memahami proses negosiasi, evaluasi vendor, dan pengelolaan dokumen pengadaan. - Kemampuan Negosiasi dan Komunikasi yang Baik
Procurement melibatkan interaksi intensif dengan banyak pihak, mulai dari pemasok hingga pemangku kepentingan internal. Keterampilan bernegosiasi yang kuat mampu membantu mendapatkan harga dan syarat terbaik, sementara komunikasi yang efektif menjaga hubungan baik antar pihak. - Analisis dan Manajemen Risiko
Kemampuan untuk menganalisis kebutuhan, mengevaluasi risiko pemasok, dan memprediksi kendala dalam rantai pasok sangat penting untuk menjaga kelancaran operasional dan menghindari potensi kerugian. - Pemahaman Teknologi dan Sistem Pengadaan
Menguasai software procurement, ERP, atau aplikasi manajemen pengadaan dapat mempercepat dan mempermudah proses, sekaligus meningkatkan akurasi dan transparansi. - Sertifikasi Profesional (nilai tambah)
Memiliki sertifikasi seperti Certified Procurement Professional (CPP) atau sertifikat supply chain management lainnya bisa menjadi pembeda dan meningkatkan peluang karier.
Dengan kualifikasi tersebut, seorang procurement officer tidak hanya menjalankan fungsi administratif, tetapi juga berperan strategis dalam memastikan perusahaan mendapatkan barang dan jasa berkualitas dengan harga dan syarat yang optimal.
Tugas & tanggung jawab seorang procurement
Seorang profesional procurement memegang peranan penting dalam memastikan kebutuhan barang dan jasa perusahaan terpenuhi secara tepat, efisien, dan sesuai anggaran.
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab utama yang biasanya melekat pada posisi ini:
- Mengidentifikasi Kebutuhan Pengadaan
Procurement bertugas mengumpulkan informasi dan data dari berbagai departemen untuk menentukan kebutuhan barang dan jasa yang harus dipenuhi. Ini termasuk menilai urgensi dan prioritas berdasarkan kebutuhan bisnis. - Mencari dan Memilih Pemasok
Mencari pemasok yang dapat menyediakan barang atau jasa dengan kualitas dan harga terbaik merupakan tanggung jawab penting. Procurement juga melakukan evaluasi terhadap reputasi, kapasitas, dan rekam jejak pemasok untuk memastikan keandalan. - Negosiasi Harga dan Syarat Kontrak
Procurement harus mahir bernegosiasi agar mendapatkan harga, syarat pembayaran, waktu pengiriman, dan kondisi lainnya yang menguntungkan bagi perusahaan. Negosiasi ini juga berperan menjaga hubungan jangka panjang dengan pemasok. - Membuat dan Mengelola Dokumen Pengadaan
Menyusun permintaan pembelian, purchase order, kontrak, dan dokumen terkait secara tepat dan akurat agar proses administrasi berjalan lancar dan sesuai regulasi perusahaan. - Memantau Pelaksanaan Pengadaan
Memastikan barang atau jasa yang dipesan tiba tepat waktu, dalam jumlah yang benar, dan sesuai standar kualitas yang disepakati. Jika ada masalah seperti keterlambatan atau kerusakan, procurement bertanggung jawab untuk menanganinya. - Melakukan Evaluasi dan Pelaporan
Procurement juga harus melakukan evaluasi berkala terhadap kinerja pemasok dan efisiensi proses pengadaan. Laporan ini penting sebagai bahan pengambilan keputusan dan perbaikan ke depan. - Memastikan Kepatuhan dan Pengendalian Risiko
Memastikan seluruh proses pengadaan sesuai dengan kebijakan perusahaan dan peraturan yang berlaku, serta mengelola risiko yang mungkin muncul selama proses procurement. - Kolaborasi dengan Tim Lain
Procurement bekerja sama dengan tim keuangan, operasional, dan manajemen untuk menyelaraskan kebutuhan dan anggaran, serta mendukung kelancaran proses bisnis secara keseluruhan.
Gaji procurement di Indonesia
Gaji di bidang procurement di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada pengalaman, lokasi, skala perusahaan, dan tingkat posisi yang diemban.
Secara umum, profesi ini menawarkan kompensasi yang kompetitif mengingat perannya yang strategis dalam menjaga efisiensi dan keberlangsungan bisnis.
1. Gaji Entry-Level (Junior Procurement Officer)
Untuk pemula atau fresh graduate yang baru memasuki bidang procurement, gaji rata-rata berkisar antara Rp4 juta hingga Rp7 juta per bulan.
Pada tahap ini, fokus utama adalah belajar memahami proses procurement dan membantu tim dalam kegiatan administratif.
2. Gaji Mid-Level (Procurement Officer / Specialist)
Setelah memiliki pengalaman sekitar 2-5 tahun, profesional procurement bisa mendapatkan gaji mulai dari Rp7 juta hingga Rp12 juta per bulan.
Pada level ini, tanggung jawab bertambah, seperti mengelola negosiasi dengan pemasok dan mengawasi proses pengadaan secara lebih mandiri.
3. Gaji Senior-Level (Procurement Manager/Head of Procurement)
Untuk posisi manajerial yang memimpin tim procurement, gaji dapat mencapai Rp15 juta hingga Rp30 juta atau lebih per bulan, tergantung perusahaan dan industri.
Mereka bertanggung jawab atas strategi pengadaan, hubungan vendor, serta pengendalian anggaran dan risiko secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaji
- Lokasi kerja: Perusahaan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung biasanya menawarkan gaji lebih tinggi dibanding daerah lain.
- Industri: Sektor minyak dan gas, manufaktur, atau teknologi cenderung memberikan kompensasi lebih besar dibanding sektor lain.
- Kualifikasi dan Sertifikasi: Memiliki sertifikasi profesional bisa meningkatkan nilai tawar gaji.
- Kinerja dan Negosiasi: Kemampuan bernegosiasi dan hasil kerja yang terbukti efektif bisa membuka peluang insentif atau bonus.
Kesempatan pengembangan karier
Selain gaji tetap, banyak perusahaan juga menawarkan bonus, tunjangan, dan kesempatan pengembangan karier yang signifikan, seperti pelatihan lanjutan, sertifikasi, hingga jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Baca juga: Tips Manajemen Rantai Pasok dan Pengertian Lengkapnya
Kesimpulan
Itulah pembahasan lengkap mengenai procurement beserta tahapan dan tips dalam melakukan manajemen pengadaan terbaik dalam bisnis Anda.
Proses pengadaan sangat penting untuk memastikan operasional bisnis Anda berjalan sesuai rencana dan meminimalisir gangguna akibat kehabisan bahan baku, stok, atau alat produksi yang sudah usang.
Jadikan proses manajemen persediaan dan inventory lebih mudah dengan menggunakan tools modern seperti software akuntansi online Kledo yang bisa Anda coba secara gratis melalui tautan ini.