Bisnis FnB menjadi semakin kompetitif, dan salah satu cara untuk bersaing di industri adalah dengan menetapkan KPI keuangan yang tepat.
Dengan KPI keuangan, Anda bisa mengambil keputusan yang lebih strategis untuk meningkatkan keuntungan bisnis FnB Anda.
Selain itu, melacak KPI keuangan juga akan membantu Anda mendeteksi potensi permasalahan sebelum masalah tersebut membesar.
Artikel ini akan membahas 10 KPI keuangan bisnis FnB yang perlu Anda pantau, masing-masing dengan rumus menghitung dan contohnya.
KPI 1: Margin Laba Kotor
Margin laba kotor adalah persentase dari total pendapatan penjualan yang tersisa setelah dikurangi biaya langsung untuk menghasilkan produk atau layanan (seperti biaya bahan baku makanan dan tenaga kerja dapur).
Semakin tinggi margin laba kotor, semakin efisien operasional bisnis FnB Anda.
Rumus:
Margin Laba Kotor = (Laba Kotor / Total Penjualan) × 100
- Laba kotor didapat dengan cara mengurangi Total Penjualan dengan Cost of Goods Sold (COGS) atau biaya pokok penjualan.
- Selanjutnya, Gross Profit dibagi dengan Total Penjualan, lalu dikali 100%.
Contoh:
Sebuah kafe menghasilkan penjualan Rp100.000.000 dalam satu bulan. Jika biaya bahan baku (kopi, susu, kue, dll.) adalah Rp40.000.000, maka berapa margin laba kotornya?
Laba Kotor = Rp100.000.000 – Rp40.000.000 = Rp60.000.000
Gross Profit Margin = (Rp60.000.000 ÷ Rp100.000.000) × 100 = 60%
Artinya, kafe tersebut masih menyimpan 60% dari total penjualannya setelah menutup biaya bahan baku.
KPI 2: Margin Laba Bersih
Margin laba bersih atau net profit margin menunjukkan seberapa besar keuntungan bersih yang bisnis peroleh setelah dikurangi semua biaya termasuk biaya bahan baku, gaji karyawan, sewa tempat, listrik, hingga biaya pemasaran.
KPI keuangan ini penting untuk memahami profitabilitas bisnis FnB Anda yang sebenarnya.
Rumus
Margin Laba Bersih = (Laba Bersih / Total Penjualan) × 100
- Laba Bersih diperoleh dengan mengurangi Total Penjualan dengan Total Biaya Operasional (COGS, gaji karyawan, biaya sewa, listrik, pajak, dll.).
- Selanjutnya, hasilnya dibagi dengan Total Penjualan, lalu dikali 100%.
Contoh:
Sebuah restoran memperoleh penjualan Rp200.000.000 per bulan.
Sementara itu, rincian biaya operasionalnya sebagai berikut:
- Biaya bahan baku Rp80.000.000
- Gaji karyawan Rp50.000.000
- Sewa tempat Rp20.000.000,
- Baya operasional lainnya Rp10.000.000.
Total Biaya = Rp80.000.000 + Rp50.000.000 + Rp20.000.000 + Rp10.000.000 = Rp160.000.000
Laba Bersih = Rp200.000.000 – Rp160.000.000 = Rp40.000.000
Margin Laba Bersih= (Rp40.000.000 ÷ Rp200.000.000) × 100 = 20%
Ini berarti restoran mendapatkan keuntungan bersih 20% dari total penjualannya.
Baca Juga: Margin dan Markup: Pengertian, Perbedaan, dan Contohnya
KPI 3: Rata-Rata Nilai Transaksi

Average check size (atau rata-rata nilai transaksi) adalah ukuran rata-rata jumlah uang yang pelanggan belanjakan dalam setiap transaksi di bisnis Anda.
KPI keuangan ini memberikan gambaran tentang perilaku belanja pelanggan dan efektivitas strategi harga menu di bisnis FnB Anda.
Dengan memantau KPI ini, Anda bisa mengevaluasi apakah pelanggan cenderung membeli menu dengan harga tinggi, sering menambah pesanan tambahan, atau hanya membeli menu standar.
Data ini juga berguna untuk merancang strategi upselling (menawarkan menu premium) atau cross-selling (menawarkan menu tambahan/side dish) agar pendapatan per pelanggan meningkat.
Rumus
Rata-Rata Nilai Transaksi = Total Penjualan ÷ Jumlah Transaksi
- Total Penjualan: total omzet dalam periode tertentu.
- Jumlah Transaksi: jumlah struk/bill yang tercatat pada periode yang sama.
Contoh
Dalam sebulan, sebuah kafe mencatat:
- Total Penjualan = Rp300.000.000
- Jumlah Transaksi = 6.000 struk
Maka,
Average Check Size = Rp300.000.000 ÷ 6.000
= Rp50.000 per transaksi
Artinya, rata-rata setiap pelanggan menghabiskan Rp50.000 per kunjungan.
Jika Anda ingin menaikkannya menjadi Rp70.000, maka Anda bisa menerapkan strategi seperti:
- Menciptakan menu spesial premium dengan margin lebih tinggi.
- Menawarkan paket bundling (misalnya kopi + pastry dengan harga sedikit lebih murah daripada beli terpisah).
- Melatih staf untuk upselling (menawarkan minuman ukuran lebih besar atau topping tambahan).
Baca Juga: 7 Strategi Pricing yang Efektif Untuk Bisnis FnB
KPI 4: Biaya Pokok Penjualan
COGS atau biaya pokok penjualan adalah biaya langsung yang dikeluarkan untuk menghasilkan makanan dan minuman yang dijual.
Biasanya meliputi biaya bahan baku seperti sayuran, daging, bumbu, kopi, atau minuman.
Memantau KPI keuangan ini membantu Anda mengendalikan stok, mencegah pemborosan, dan menentukan harga menu bisnis FnB dengan tepat.
Rumus
COGS = Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
- Persediaan Awal: Nilai stok bahan makanan dan minuman di awal periode akuntansi.
- Pembelian: Semua pembelian stok tambahan selama periode tersebut.
- Persediaan Akhir: Nilai stok yang masih tersisa di akhir periode.
Contoh:
Awal bulan, sebuah restoran memiliki stok bahan makanan senilai Rp30.000.000.
Selama bulan itu, restoran membeli bahan tambahan Rp50.000.000. Di akhir bulan, stok yang tersisa bernilai Rp20.000.000.
COGS = Rp30.000.000 + Rp50.000.000 – Rp20.000.000 = Rp60.000.000
Artinya, biaya langsung untuk menghasilkan menu makanan dan minuman bulan itu adalah Rp60.000.000.
KPI 5: Persentase Biaya Makanan (Food Cost Percentage)

Persentase biaya makanan menunjukkan berapa besar porsi pendapatan penjualan yang habis untuk biaya bahan makanan.
KPI ini penting untuk menilai apakah harga menu sudah sesuai dengan biaya produksi, serta untuk menjaga margin keuntungan tetap sehat.
Rumus:
Persentase Biaya Makanan = (Biaya Bahan Makanan / Harga Jual) × 100
Contoh:
Sebuah restoran membuat seporsi steak dengan biaya bahan baku Rp50.000 (daging, bumbu, sayuran). Steak tersebut dijual Rp200.000.
Food Cost Percentage = (Rp50.000 ÷ Rp200.000) × 100 = 25%
Artinya, 25% dari harga jual steak digunakan untuk menutup biaya bahan makanan. Angka ini dianggap sehat karena masih menyisakan ruang untuk biaya tenaga kerja dan operasional.
Baca Juga: Tips Manajemen Food Cost yang Lebih Baik Untuk Bisnis Restoran
KPI 6: Arus Kas
Arus kas atau cash flow adalah jumlah bersih uang tunai yang masuk dan keluar dari bisnis.
KPI keuangan bisnis ini penting untuk menilai likuiditas, kemampuan membayar kewajiban, serta kesehatan finansial secara keseluruhan.
Ingat, arus kas berbeda dengan profitabilitas.
Restoran bisa terlihat untung secara akuntansi, tetapi tetap mengalami kesulitan jika arus kasnya negatif akibat ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Rumus:
Cash Flow = Kas Masuk – Kas Keluar
- Kas Masuk: semua penerimaan uang (penjualan tunai, pembayaran digital, modal masuk, pinjaman).
- Kas Keluar: semua pengeluaran uang (gaji karyawan, pembelian bahan baku, sewa, listrik, cicilan hutang).
Contoh:
Dalam satu bulan, sebuah kafe menerima pemasukan Rp150.000.000 dari penjualan. Total pengeluaran, termasuk gaji, bahan baku, dan sewa, adalah Rp120.000.000.
Arus Kas = Rp150.000.000 – Rp120.000.000 = Rp30.000.000 (positif)
Artinya, kafe tersebut memiliki arus kas positif sebesar Rp30.000.000, menandakan lebih banyak uang masuk daripada keluar.
KPI 7: Biaya Utama (Prime Costs)
Prime costs adalah gabungan COGS dan biaya tenaga kerja, atau dua biaya terbesar yang biasanya menyerap anggaran restoran.
Dengan memantau prime costs secara ketat, Anda bisa lebih efektif mengendalikan bahan baku dan tenaga kerja, sehingga profitabilitas bisnis tetap terjaga.
Rumus
Prime Cost = COGS + Total Biaya Tenaga Kerja
- COGS: biaya bahan baku makanan dan minuman.
- Total Biaya Tenaga Kerja: semua biaya terkait karyawan, termasuk gaji pokok, lembur, tunjangan, BPJS/Kesehatan, serta pajak penggajian.
Contoh:
Dalam satu bulan, sebuah restoran mencatat:
- COGS = Rp60.000.000
- Biaya tenaga kerja (gaji + tunjangan + pajak) = Rp40.000.000
Maka, Prime Cost = Rp60.000.000 + Rp40.000.000 = Rp100.000.000
Jika total penjualan restoran bulan itu Rp200.000.000, maka Prime Cost Ratio = (Rp100.000.000 ÷ Rp200.000.000) × 100 = 50%.
Artinya, separuh dari pendapatan digunakan untuk menutup bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Baca Juga: Conversion Cost dan Prime Cost: Definisi dan Perbedaannya
KPI 8: Titik Impas (Break-Even Point)

Break-even point (BEP) adalah titik di mana pendapatan bisnis FnB tepat menutup semua biaya tetap dan biaya variabel.
Jadi, di titik ini, bisnis belum untung, tapi juga tidak rugi.
KPI ini penting karena membantu memahami target penjualan minimum yang harus dicapai agar bisnis bisa berkelanjutan.
Rumus
Break-Even Point (unit) = Total Biaya Tetap ÷ (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)
- Biaya Tetap: biaya yang tidak berubah meski jumlah penjualan naik turun (contoh: sewa, asuransi, gaji tetap).
- Harga Jual per Unit: rata-rata harga jual per porsi makanan/minuman.
- Biaya Variabel per Unit: biaya yang berubah tergantung jumlah produksi (contoh: bahan makanan, listrik per porsi).
Contoh Perhitungan:
- Biaya Tetap per bulan = Rp150.000.000 (sewa, gaji tetap, asuransi)
- Harga jual rata-rata per porsi = Rp100.000
- Biaya variabel rata-rata per porsi = Rp40.000
Maka,
BEP = Rp150.000.000 ÷ (Rp100.000 – Rp40.000)
= Rp150.000.000 ÷ Rp60.000
= 2.500 porsi
Artinya, restoran harus menjual 2.500 porsi per bulan agar mencapai titik impas. Setelah melewati angka ini, setiap porsi tambahan akan menghasilkan keuntungan.
KPI 9: Rasio Perputaran Persediaan
Inventory turnover ratio atau rasio perputaran persediaan menunjukkan berapa kali stok bahan makanan/minuman yang terjual dalam periode tertentu.
- Rasio tinggi → menandakan pengelolaan stok yang efisien, bahan segar cepat digunakan, dan risiko pemborosan lebih rendah.
- Rasio rendah → bisa berarti stok terlalu banyak (overstock), potensi bahan terbuang karena kedaluwarsa, atau ada masalah dalam perencanaan menu.
Namun, jika rasio terlalu tinggi, risiko kehabisan stok (stock out) juga meningkat, yang dapat mengganggu pelayanan pelanggan.
Jadi, kuncinya adalah menemukan rasio ideal sesuai pola penjualan restoran.
Rumus
Inventory Turnover Ratio = COGS ÷ Average Inventory
- COGS (Cost of Goods Sold): total biaya bahan baku yang digunakan dalam periode tertentu.
- Average Inventory: rata-rata nilai persediaan (stok awal + stok akhir ÷ 2).
Contoh Perhitungan
Sebuah restoran Jepang mencatat data bulan September sebagai berikut:
- COGS = Rp120.000.000
- Stok awal = Rp30.000.000
- Stok akhir = Rp50.000.000
Maka, Average Inventory = (Rp30.000.000 + Rp50.000.000) ÷ 2 = Rp40.000.000
Inventory Turnover Ratio = Rp120.000.000 ÷ Rp40.000.000 = 3 kali
Artinya, dalam sebulan stok bahan makanan berputar 3 kali.
Jika target restoran adalah minimal 4 kali per bulan, maka Anda perlu melakukan evaluasi seperti menyesuaikan jumlah pembelian bahan, dan menyusun menu harian agar stok terpakai secara optimal.
Baca Juga: 30 KPI Keuangan Untuk Pengukuran Kesuksesan Bisnis
KPI 10: Profitabilitas Menu
Profitabilitas menu adalah KPI yang digunakan untuk mengetahui kontribusi finansial dari setiap hidangan di menu Anda.
Rumus
Profitabilitas Menu = Harga Jual – (Biaya Bahan + Biaya Tenaga Kerja Langsung)
- Harga Jual: harga menu yang pelanggan bayarkan.
- Biaya Bahan: total biaya bahan makanan/minuman untuk membuat satu porsi menu.
- Biaya Tenaga Kerja Langsung: biaya tenaga kerja langsung untuk mempersiapkan menu (misalnya gaji koki yang dihitung per jam/porsi).
Contoh
Sebuah restoran Italia menjual menu Spaghetti Carbonara dengan:
- Harga jual: Rp75.000
- Biaya bahan: Rp25.000
- Biaya tenaga kerja langsung: Rp10.000
Maka,
Profitabilitas menu = Rp75.000 – (Rp25.000 + Rp10.000) = Rp40.000 per porsi
Artinya, setiap porsi Spaghetti Carbonara menghasilkan laba kotor Rp40.000.
Klasifikasi menu berdasarkan popularitas & profitabilitas
Dengan menghitung profit yang Anda dapatkan per item, Anda bisa mengambil keputusan lebih tepat dalam hal penentuan harga, desain menu, dan pengelolaan stok.
Misalnya, Anda bisa mengelompokkan menu berdasarkan kategori di bawah ini:
- Stars: Untuk hidangan yang populer dan sangat menguntungkan.
- Plow Horses: Menu populer tapi margin rendah.
- Puzzles: Untuk menu yang jarang dipesan tapi marginnya tinggi.
- Dogs: Untuk menu yang jarang dipesan dan profit rendah.
Baca Juga: 21 Financial KPI yang Harus Ada dalam Bisnismu
Kesimpulan
Mengelola KPI keuangan bisnis FnB seperti gross profit margin, food cost percentage, cash flow, hingga menu-item profitability sangat penting untuk menjaga kesehatan finansial sekaligus memastikan bisnis berjalan efisien.
Dengan memahami setiap indikator, Anda bisa mengetahui menu mana yang paling menguntungkan, bagaimana mengontrol biaya bahan baku, kapan harus menambah tenaga kerja, hingga strategi harga yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas.
Gunakan software akuntansi Kledo sebagai solusi pengelolaan keuangan Anda. Dengan fitur pencatatan otomatis, laporan keuangan real-time, hingga manajemen stok, Kledo membantu Anda mengawasi keuangan secara praktis dan akurat.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, coba Kledo lewat tautan ini!
- 10 KPI Keuangan Bisnis FnB yang Harus Anda Tahu - 22 September 2025
- Perizinan Bisnis Retail: Dokumen, Prosedur, dan Tips Penting - 22 September 2025
- 6 Jenis Bisnis Retail yang Perlu Anda Ketahui, Apa Saja? - 19 September 2025