Akuntansi pada perusahaan dagang berbeda dengan akuntansi pada bisnis jasa atau bisnis manufaktur.
Sebab, perusahaan dagang harus secara akurat melacak harga pokok barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali serta inventaris barangnya.
Akuntansi untuk perusahaan dagang melacak transaksi penjualan, transaksi pembelian, dan persediaan.
Selain itu, Anda perlu mengukur laba kotor dalam bisnis dagang karena ini membandingkan pendapatan (penjualan barang) dan biaya pembelian barang untuk dijual kembali (harga pokok penjualan).
Karena jumlah harga pokok penjualan berdampak langsung pada keuntungan, maka Anda perlu mencatatnya secara akurat.
Karena itu, jurnal umum yang terperinci akan sangat membantu Anda dalam mendapatkan informasi ini.
Pada artikel ini, kami akan membahas apa itu jurnal umum perusahaan dagang dan beberapa contoh kasus pembuatannya.
Apa itu Jurnal Umum Perusahaan Dagang?
Jurnal umum perusahaan dagang berarti buku catatan yang mencatat seluruh transaksi keuangan yang terjadi pada suatu perusahaan dagang.
Jurnal ini mencatat debit dan kredit beserta deskripsi dari masing-masing transaksi.
Selain itu, jurnal ini juga berfungsi sebagai logbook yang merekam transaksi secara kronologis, sebelum mencatatnya di buku besar.
Dengan menggunakan jurnal umum, perusahaan dagang dapat memastikan bahwa semua aktivitas finansial mereka terdokumentasi secara akurat.
Baca Juga: Perbedaan Jurnal Umum & Jurnal Khusus Serta Pembahasan Lengkapnya
Pentingnya Jurnal Umum Perusahaan Dagang
Berikut adalah beberapa alasan mengapa jurnal umum penting bagi perusahaan dagang:
- Mencatat Semua Transaksi Secara Kronologis: Jurnal umum mencatat semua transaksi secara urut berdasarkan waktu kejadian. Ini membantu dalam pelacakan dan penelusuran transaksi, serta mencegah adanya transaksi yang terlewat.
- Dasar Penyusunan Laporan Keuangan: Semua data yang tercatat di jurnal umum akan dipindahkan ke buku besar, yang kemudian menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, dan arus kas.
- Memudahkan Audit dan Pemeriksaan: Dengan adanya jurnal umum, auditor atau pihak internal bisa dengan mudah memeriksa asal mula suatu transaksi dan memverifikasi keabsahannya.
- Membantu Pengambilan Keputusan: Manajemen perusahaan bisa menggunakan data dari jurnal umum untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan, memahami alur kas, dan merencanakan strategi bisnis.
- Menjaga Keseimbangan Akuntansi: Jurnal umum menggunakan sistem pencatatan double-entry (debit dan kredit), sehingga membantu menjaga keseimbangan antara aktiva dan pasiva dalam pembukuan.
Baca Juga: Contoh Jurnal Umum Perusahaan Manufaktur dan Cara Membuatnya
COA Tambahan dalam Perusahaan Dagang
COA (Chart of Account) atau bagan akun adalah daftar sistematis dari semua akun yang perusahaan gunakan untuk mencatat dan mengelola transaksi keuangan mereka.
Perusahaan dagang membutuhkannya untuk memvalidasi informasi keuangan penting.
Akun-akun umum yang mungkin perlu ditambahkan ke COA untuk bisnis merchandising adalah:
Persediaan dagang | Aset |
Estimasi pengembalian persediaan | Aset |
Utang pengembalian dana pelanggan | Kewajiban |
HPP | Beban |
Ongkos kirim | Beban |
Dalam perusahaan dagang, melacak pembelian serta menilai persediaan sangat penting untuk keberhasilan bisnis.
Pengendalian yang cermat terhadap harga pokok barang dagangan berdampak langsung pada keuntungan bisnis.
Sebab, melindungi persediaan dari pencurian, kehilangan, pembusukan, dan kerusakan berdampak pada harga pokok barang dagangan.
Oleh karena itu, akuntansi pembelian dan persediaan merupakan faktor kunci keberhasilan dalam perusahaan dagang apa pun.
Baca juga: Contoh Jurnal Umum dan Cara Membuatnya
Metode Pencatatan Jurnal Umum Perusaahaan Dagang
Dalam mencatat jurnal umum perusahaan dagang, ada dua metode yang paling umum, yaitu metode persediaan perpetual dan periodik.
Dalam metode persediaan perpetual, bisnis biasanya memindai barang dagangan setiap saat. Saat masuk ke gudang, meninggalkan gudang, melewati kasir, dan keluar dari toko.
Hal ini memungkinkan bisnis memiliki pelaporan yang akurat tentang berapa banyak setiap item yang tersedia untuk penjualan.
Sementara itu, dalam metode persediaan periodik, suatu bisnis melacak persediaan sebulan sekali atau setahun sekali (secara berkala) dengan melakukan penghitungan fisik seluruh barang dagangan.
Karena metode ini tidak memberikan informasi bisnis yang up to date, maka metode ini hanya digunakan oleh bisnis yang persediaannya sedikit.
Setiap transaksi penjualan pada bisnis merchandising terdiri dari transaksi penjualan dan transaksi pengeluaran/persediaan.
Misalnya: suatu bisnis menjual produk ke pelanggan secara kredit. Harga jualnya 10.000. Harga pembelian (harga pokok barang dagangan) adalah 5.000.
Pencatatan penjualannya pun sebagai berikut:
Piutang | 10.000 | |
Pendapatan penjualan | 10.000 | |
HPP | 5.000 | |
Persediaan | 5.000 |
Bagian pertama dari ayat jurnal mencatat penjualan kepada pelanggan. Bagian kedua dari transaksi mengeluarkan barang dagangan dari persediaan dan menjadi beban.
Dalam akuntansi, barang dagangan disimpan dalam persediaan sampai dijual. Ketika terjual, biaya keluar dari persediaan dan menjadi harga pokok penjualan.
Karena Anda tidak dapat menjual dari rak kosong, kami akan memulai diskusi transaksi akuntansi langkah demi langkah dengan sisi pembelian dan persediaan pada perusahaan dagang.
Karena sebagian besar bisnis menggunakan metode persediaan perpetual, kita berasumsi perusahaan dalam contoh ini memiliki sistem pemindaian dan pelacakan sehingga memungkinkan untuk menggunakan metode persediaan perpetual.
Baca juga: Contoh Jurnal Umum Perusahaan Retail dan Cara Membuatnya
Perbedaan Jurnal Umum Perusahaan Dagang dan Jasa
Perbedaan antara jurnal umum perusahaan barang (perusahaan dagang atau manufaktur) dan perusahaan jasa terletak pada jenis transaksi yang dicatat.
Hal ini pun mencerminkan perbedaan operasional keduanya.
1. Sifat transaksi yang dicatat
Perusahaan Barang (Dagang/Manufaktur): Jurnal umum mencatat transaksi yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, dan pengelolaan persediaan barang yang memilki wujud nyata.
Ini termasuk pencatatan pembelian persediaan, harga pokok penjualan (HPP), biaya angkut masuk, retur pembelian, dan penyesuaian terkait akun persediaan.
Perusahaan manufaktur juga mencatat persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, serta biaya overhead pabrik.
Perusahaan ini sangat memperhatikan persediaan dan HPP karena keuntungan mereka bergantung pada selisih antara biaya pembelian/manufaktur dengan harga jual.
Perusahaan Jasa: Jurnal umum mencatat pendapatan jasa, biaya yang terkait dengan penyediaan jasa, dan biaya operasional lainnya.
Tidak ada persediaan atau HPP karena perusahaan jasa menjual layanan yang bersifat tidak berwujud. Transaksi yang mereka catat biasanya berupa penerimaan pendapatan jasa, gaji, sewa, utilitas, dan biaya operasional lainnya.
Lalu, mereka mencatat pendapatan saat memberikan jasa, tidak selalu saat menerima kas.
2. Adanya persediaan dan harga pokok penjualan
- Perusahaan barang memiliki akun persediaan dan menghitung harga pokok penjualan, yang menjadi bagian penting dalam jurnal umum mereka. Ini membuat pencatatan menjadi lebih kompleks.
- Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan atau HPP, sehingga pencatatan di jurnal umumnya lebih sederhana.
3. Pengakuan pendapatan
- Perusahaan jasa mencatat pendapatan setelah memberikan jasa (pendapatan diakui), tidak harus saat kas diterima, dan jurnal mencerminkan waktu tersebut.
- Pada perusahaan barang, pendapatan diakui saat barang dijual dan diserahkan, dan jurnal mencatat pendapatan penjualan serta harga pokok penjualan terkait.
4. Contoh entri jurnal umum
Aspek | Jurnal Umum Perusahaan Barang | Jurnal Umum Perusahaan Jasa |
---|---|---|
Pendapatan | Pendapatan penjualan barang | Pendapatan jasa yang diberikan |
Persediaan | Pembelian persediaan, penyesuaian persediaan, HPP | Tidak ada entri terkait persediaan |
Biaya | Biaya angkut masuk, retur pembelian, biaya manufaktur | Biaya operasional seperti gaji, sewa, utilitas |
Kompleksitas | Lebih kompleks karena ada akuntansi persediaan dan manufaktur | Lebih sederhana, fokus pada pendapatan jasa dan biaya operasional |
Baca Juga: Jurnal Pembalik Akuntansi: Cara membuat, Contoh, dan Manfaatnya
Cara Membuat Jurnal Umum Perusahaan Dagang
1. Analisa dan klasifikasi transaksi
Untuk membuat jurnal umum perusahaan dagang, langkah pertama adalah menganalisis setiap transaksi yang terjadi.
Anda perlu mengidentifikasi akun-akun yang terpengaruh oleh transaksi tersebut, misalnya kas, persediaan, penjualan, atau pembelian.
Lalu, Anda perlu menentukan apakah akun tersebut harus didebet atau dikredit berdasarkan prinsip akuntansi.
2. Siapkan format jurnal umum
Siapkan format jurnal umum yang terdiri dari kolom tanggal, keterangan akun, referensi akun, debit, dan kredit.
Pada kolom tanggal, tuliskan tanggal transaksi secara kronologis. Kemudian, catat nama akun yang didebet pada baris pertama dan akun yang dikredit pada baris kedua dengan sedikit indentasi agar jelas perbedaannya.
3. Catat Jumlah dan Keterangan Transaksi
Masukkan nilai nominal transaksi pada kolom debit dan kredit dengan memastikan jumlah debit sama dengan jumlah kredit untuk menjaga keseimbangan pembukuan.
Jangan lupa menambahkan keterangan singkat yang menjelaskan transaksi tersebut agar memudahkan pemahaman saat melihat kembali jurnal.
4. Verifikasi dan dokumentasi
Lakukan verifikasi dengan memeriksa kembali seluruh entri untuk memastikan tidak ada kesalahan pencatatan.
Simpan juga bukti transaksi sebagai pendukung pencatatan untuk mempermudah pertanggungjawaban data.
Kemudian, Anda bisa memposting jurnal umum yang sudah lengkap dan benar ke buku besar sebagai tahap berikutnya dalam siklus akuntansi perusahaan dagang.
Jika Anda menggunakan software akuntansi Kledo, maka pencatatan jurnal ukum Anda akan lebih sederhana.
Anda bisa menghemat banyak waktu, karena aplikasi ini menyederhanakan banyak proses pencatatatan seperti di video ini:
Baca Juga: Contoh Jurnal Pembalik Perusahaan Dagang dan Manfaatnya
Jurnal Umum Perusahaan Dagang: Transaksi Pembelian

Dua ayat jurnal umum dapat digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan. Satu-satunya perbedaan adalah bagaimana perusahaan membayar barang dagangannya – tunai atau kredit.
Katakanlah PT ABC. membeli 100 Action Figure seharga 5.000 per buah.
Pada transaksi pertama, perusahaan membayar barang dagangan secara tunai.
Persediaan dagang | 500.000 | |
Kas | 500.000 |
Pada transaksi kedua, perusahaan membeli barang dagangan secara kredit (membayar kemudian).
Persediaan dagang | 500 | |
Utang usaha | 500 |
Satu-satunya perbedaan antara transaksi adalah metode pembayarannya.
Seringkali, vendor atau pemasok akan menawarkan syarat pembayaran yang dapat berdampak pada harga barang dagangan.
Baca juga: Jurnal Utang Usaha: Contoh dan Cara Membuatnya
Apa itu ketentuan pembayaran pada faktur atau tagihan?
Setiap faktur atau tagihan dari vendor menentukan kapan vendor mengharapkan pembayaran.
Berikut adalah beberapa syarat pembayaran umum dan artinya:
Due on Receipt | Vendor menginginkan pembayaran segera setelah barang diterima. |
COD | Cash on Delivery–pembayaran harus dilakukan pada saat pengiriman. |
Net 30 | Jumlah penuh faktur akan jatuh tempo dalam 30 hari. |
Net 15 | Jumlah penuh faktur akan jatuh tempo dalam 15 hari. |
2% 10, net 30 | Jika faktur dibayar dalam waktu 10 hari, diskon 2% dapat diambil, jika tidak, faktur akan jatuh tempo penuh dalam 30 hari. |
1% 15, net 20 | Jika faktur dibayar dalam waktu 15 hari, diskon 1% dapat diambil, jika tidak, faktur akan jatuh tempo penuh dalam 20 hari. |
Payment in Advance | Pembayaran harus dilakukan sebelum barang dikirimkan. |
Deposit | Sebagian dari pembelian harus dibayar sebelum pengiriman (deposit 50%, deposit 33%, dll.) |
Untuk keperluan artikel ini, kami akan fokus pada tawaran diskon. Ketika vendor menawarkan diskon pada bisnis dagangan, diskon tersebut mengurangi harga pokok barang dagangan.
Dalam jurnal aslinya, PT ABC. membeli 100 Action Figure masing-masing seharga 5.000.
Persediaan dagang | 500.000 | |
Utang | 500.000 |
Jika vendor yang menjual barang ke PT ABC menawarkan diskon 2% jika dibayar dalam waktu 10 hari, diskon tersebut digunakan untuk mengurangi harga pokok barang dagangan.
Untuk menghitung besarnya diskon:
- jumlah faktur x persen diskon = diskon [500.000 x 2% = 10.000]
- Jumlah total faktur setelah diskon adalah 490.000 [500.000 – 10.000].
Ada dua cara untuk memperhitungkan perbedaan harga pokok barang dagangan ini:
- Gross Method
- Net Method
Banyak buku akuntansi mengatakan bahwa karena perusahaan “selalu” mengambil diskon, maka gunakan net method. Padahal di dunia nyata, perusahaan “terkadang” mengambil diskon.
Karena sebagian besar akuntansi dilakukan menggunakan software akuntansi, gross method harus digunakan agar software dapat melacak diskon apa yang tersedia.
Mari kita lihat transaksi kita menggunakan gross method:
Transaksi dicatat sebesar jumlah penuh faktur pada saat pembelian:
Persediaan dagang | 500.000 | |
Utang | 500.000 |
Pada saat pembayaran, jika pada masa diskon, transaksi pembayaran invoice tercatat sebagai berikut:
Utang | 500.000 | |
Persediaan dagang | 10.000 | |
Kas | 490.000 |
Jumlah penuh tagihan (dikurangi dengan mendebit) dari Hutang Usaha untuk menunjukkan tagihan telah dibayar lunas.
Karena diskon telah diterapkan, Uang tunai yang dibayarkan kurang dari jumlah penuh faktur. Kami mengurangi Kas (dikurangi dengan mengkredit).
Awalnya, kami mencatat biaya Persediaan Barang Dagangan kami sebesar 500.000. Diskon menguranginya sebesar 10.000. Sekarang, total biaya Persediaan Barang Dagangan kami adalah 490.000 [500.000 – 10.000].
Sekarang, mari kita lihat transaksi kita menggunakan metode net:
Transaksi dicatat sebesar jumlah diskon pada faktur pada saat pembelian:
Persediaan dagang | 490.000 | |
Utang | 490.000 |
Pada saat pembayaran, jika pada masa diskon, dicatat transaksi pembayaran invoice sebagai berikut:
Utang | 490.000 | |
Kas | 490.000 |
Jika invoice tidak dibayar pada periode diskon, maka perlu dilakukan penyesuaian untuk mencatat diskon yang hilang.
Hal ini menambahkan biaya diskon yang diambil kembali ke biaya Persediaan Barang Dagangan.
Utang | 490.000 | |
Persediaan dagang | 10.000 | |
Kas | 500.000 |
Baca juga: Imputed Cost: Pengertian, Lengkap dan Contohnya
Jurnal Umum Perusahaan Dagang: Retur dan Potongan Pembelian

Terkadang, karena kesalahan dalam pemesanan atau pemenuhan pesanan atau karena cacat pada barang dagangan, pelanggan mungkin perlu mengembalikan barang dagangan kepada penjual.
Ketika hal ini terjadi, transaksi akuntansi dicatat untuk menunjukkan perubahan transaksi tersebut.
Dalam contoh kita sebelumnya, PT ABC membeli 100 Action Figure masing-masing seharga 5.000. Dengan asumsi perusahaan menggunakan gross method dalam memasukkan tagihan, ayat jurnalnya adalah:
Persediaan dagang | 500.000 | |
Utang | 500.000 |
Sekarang, katakanlah 10 Action Figure hilang dalam proses penerimaan. PT ABC memberi tahu pemasok bahwa pesanannya telah berkurang sebesar 10.
Pemasok mengeluarkan memo kredit kepada PT ABC. sebesar 50.000 [10 action figure x 5.000 masing-masing]. PT ABC mencatat memo kredit untuk mengurangi persediaan barang dagang dan hutang usaha.
Utang | 50.000 | |
Persediaan dagang | 50.000 |
Jumlah total yang harus perusahaan bayarkan kepada pemasok adalah 450.000 [500.000 – 50.000]. Persediaan PT ABC dikurangi dengan nilai 10 action figure yang hilang.
Ketika tiba waktunya untuk membayar tagihan, PT ABC akan mencatat ayat jurnal berikut:
Utang | 450.000 | |
Kas | 450.000 |
Bagi bisnis besar yang mengharapkan imbal hasil tinggi, perusahaan dapat membuat akun penyisihan retur pembelian.
Ini menentukan jumlah pengembalian yang diharapkan dan menyisihkannya dalam akun penyisihan, seperti halnya Penyisihan Piutang Tak Tertagih.
Baja juga: Contoh Jurnal Pendapatan Akuntansi dalam Bisnis
Jurnal Umum Perusahaan Dagang: Transaksi Penjualan

Pada proses pencatatan akuntansi manual dalam perusahaan dagang, ada dua bagian dalam setiap transaksi penjualan:
- Mencatat penjualan kepada pelanggan sebagai pembayaran tunai atau piutang usaha.
- Memindahkan barang dagangan yang terjual dari persediaan barang dagangan ke dalam harga pokok penjualan.
Sebagai ilustrasi, kami akan menggunakan contoh berikut:
PT ABC menjual 20 Action Figure ke Toko Mainan Dyno-Mart seharga 10.000 per buah. Action figur ini berharga PT ABC 5.000 per buah.
Jurnal penjualan tunai dalam perusahaan dagang
Jika Dyno-Mart membayar tunai untuk barang dagangan tersebut, maka buat ayat jurnal berikut untuk mencatat penjualan:
Kas | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 |
Bagian kedua dari entri jurnal, mencatat biaya barang dagangan yang terjual dan mengeluarkannya dari persediaan.
[Catatan: ketika membeli barang dagangan, masukkan ke akun persediaan barang dagangan sampai terjual. Jika sudah terjual, catat biayanya. Hal ini karena Prinsip Pencocokan – yang mewajibkan akuntan mencatat pendapatan dan biaya pada periode akuntansi yang sama.]
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Ayat jurnal lengkapnya adalah sebagai berikut:
Kas | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Baca juga: Pengertian Account Receivable, Jenis, dan Contoh Jurnalnya
Penjualan secara kredit dalam perusahaan dagang
Jika pelanggan membeli barang dagangan secara kredit (membayar kemudian), ayat jurnal sedikit berubah untuk mencerminkan pembayaran di masa depan.
Piutang | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Diskon penjualan dalam perusahaan dagang
Ketika pelanggan membeli secara kredit, beberapa bisnis mendorong pelanggan untuk membayar lebih awal dengan menawarkan diskon penjualan. Ketentuan diskon penjualan sama dengan diskon pembelian yang telah kami bahas sebelumnya.
Diskon penjual ada di sisi penjualan transaksi perusahaan dagang:
- Diskon pembeli ada di sisi pembelian transaksi di Perusahaan
- Penjual menentukan tawaran diskon
Misalnya, PT ABC menawarkan diskon 2% jika Dyno-Mart membayar dalam waktu 10 hari, diskon tersebut berguna untuk mengurangi jumlah penjualan.
Pikirkan itu seperti ini. Jika Anda berbelanja obral dan Anda membayar 10.000 untuk kemeja seharga 20.000, pendapatan toko adalah 10.000, bukan 20.000. Itu mirip dengan diskon penjualan.
Berikut catatan ayat atas penjualan asli barang dagangan ke Dyno-Mart:
Piutang | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Dyno-mart membayar tagihannya dalam waktu 10 hari dan mengambil diskon penjualan. Untuk menghitung besarnya diskon:
jumlah faktur x persen diskon = diskon [200.000 x 2% = 4.000]
Jumlah total pembayaran setelah diskon diterapkan adalah 196.000 [200.000 – 4.000].
Ketika menerima pembayaran dari Dyno-mart, maka perusahaan perlu membuat jurnal berikut untuk mencatat pembayaran dan diskon penjualan:
Kas | 196.000 | |
Diskon penjualan | 4.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Diskon Penjualan adalah akun kontra pendapatan. Efek bersih dari akun Diskon Penjualan adalah mengurangi pendapatan tanpa mengubah saldo Pendapatan Penjualan akun utama. (Untuk mengetahui lebih lanjut tentang cara kerja akun kontra, lihat artikel ini.
Pada laporan laba rugi, bagian pendapatan akan menunjukkan hal berikut:
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
Dikurangi diskon penjualan | 4.000 | |
Penjualan bersih | 196.000 |
Baca juga: Contoh Jurnal Umum Perusahaan Jasa dan Cara Membuatnya
Jurnal Umum Perusahaan Dagang: Pengangkutan, FOB Destination dan FOB Shipping Point

Setiap kali pembelian dan penjualan barang dagangan terlibat, biaya pengangkutan dan pengiriman menjadi faktor dalam menghitung biaya dan harga jual barang dagangan.
Syarat-syarat jual beli menentukan kapan kepemilikan barang berpindah antara penjual dan pembeli dan siapa yang membayar biaya pengiriman.
Dua metode yang umum digunakan adalah FOB Destination atau FOB Shipping Point.
Apa itu FOB Destination?
Dengan FOB destination, kepemilikan barang dagangan berpindah ke pembeli saat barang tersebut dikirimkan. Penjual membayar biaya pengiriman.
Titik pengiriman tersebut dapat berupa gudang, dealer, atau kotak surat Anda. Sampai barang dagangan tersebut terkirim dengan aman, penjuallah yang memilikinya. Apabila barang dagangan rusak dalam perjalanan, maka kerugian menjadi tanggungan penjual.
Baca juga: Jurnal Pembelian Barang Dagang: Contoh dan Cara Membuatnya
Jurnal untuk pencatatan biaya FOB destination
Jika ketentuan penjualan menunjukkan FOB destination, penjual mencatat biayanya sebagai Biaya Pengiriman atau Pengangkutan.
Misalnya pada transaksi sebelumnya, syaratnya adalah FOB Destination. Biaya pengiriman adalah 15.000.
Piutang | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Penjual akan memiliki ayat jurnal tambahan untuk mencatat biaya pengiriman:
Biaya pengantaran | 15.000 | |
Kas (atau Utang) | 15.000 |
Pembeli tidak boleh masuk karena persyaratannya adalah FOB destination, penjual menanggung biayanya.
Baca juga: Accrued Interest: Pengertian, Rumus, dan Penjurnalannya dalam Akuntansi
Apa itu FOB shipping point?
Dengan FOB shipping point, kepemilikan barang dagangan berpindah ke pembeli saat barang tersebut dikirimkan. Pembeli membayar biaya pengiriman. Tempat pengiriman tersebut dapat berupa kantor pos, penjemputan, atau kapal kargo.
Setelah barang dagangan dikirim, pembeli memilikinya. Apabila barang dagangan rusak dalam perjalanan, maka kerugian menjadi tanggungan pembeli.
Pencatatan jurnal untuk biaya FOB shipping point
Bila ketentuan penjualan menunjukkan FOB shipping point, pembeli mencatat biayanya sebagai persediaan barang dagangan. Pengiriman meningkatkan biaya pembelian persediaan tersebut.
Misalnya saja pada transaksi sebelumnya, syaratnya adalah FOB Shipping Point. Biaya pengiriman adalah 15.000. Transaksi awal untuk pembelian tersebut adalah:
Persediaan dagang | 200.000 | |
Utang | 200.000 |
Pembeli akan memiliki ayat jurnal tambahan untuk mencatat biaya pengiriman:
Persediaan dagang | 15.000 | |
Kas (atau utang) | 15.000 |
Penjual tidak dapat membuat entri karena ketentuannya adalah FOB shipping point, pembeli menanggung biayanya.
Baca juga: Contoh Laporan Arus Kas Perusahaan Dagang dan Tahap Membuatnya
Jurnal Umum Perusahaan Dagang: Akuntansi Pajak Penjualan
Indonesia memnugut pajak penjualan. Jadi perusahaan dagang memungut pajak penjualan pada saat penjualan.
Jumlah pajak ditambahkan ke penjualan. Pajak yang dipungut merupakan tanggung jawab perusahaan dagang karena pajak tersebut nantinya disetorkan dan dilaporkan kepada otoritas perpajakan.
Dengan menggunakan contoh kita sebelumnya, katakanlah PT ABC mengenakan pajak penjualan sebesar 5%.
Berikut transaksi asli tanpa pajak penjualan:
Piutang | 200.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Berikut perubahan transaksi ketika pajak penjualan 5% dipungut:
Piutang | 210.000 | |
Pendapatan penjualan | 200.000 | |
Utang pajak penjualan | 10.000 | |
HPP | 100.000 | |
Persediaan dagang | 100.000 |
Pendapatan penjualan untuk transaksi ini tidak berubah. Pajak penjualan yang dipungut bukanlah pendapatan bagi perusahaan.
Piutang usaha meningkat karena pelanggan berhutang pajak penjualan dan membayarnya kepada perusahaan.
Perusahaan mencatat kewajiban untuk menunjukkan bahwa ia berhutang pajak yang dipungut kepada otoritas perpajakan.
Ketika perusahaan membayar pajak penjualan kepada otoritas perpajakan, entri berikut akan dibuat:
Utang pajak penjualan | xx | |
Kas | xx |
Baca juga: Cara Membuat Jurnal Penutup Perusahaan Dagang dan Contohnya
Kesimpulan
Itulah beberapa contoh kasus dalam membuat jurnal umum perusahaan dagang. Tergantung pada bisnis Anda, mungkin akan lebih banyak atau lebih sedikit jurnal umum yang harus Anda buat setiap harinya berdasarkan transaksi yang terjadi.
Jika Anda kesulitan membuat jurnal umum secara manual dan memakan waktu, Anda bisa mencoba menggunakan software akuntansi yang mengotomatiskan pembuatan jurnal sampai pembuatan laporan keuangan seperti Kledo.
Kledo adalah software akuntansi online yang sudah digunakan oleh lebih dari 75 ribu pengguna dari berbagai jenis dan skala bisnis di Indonesia dalam menghadirkan proses pembukuan yang praktis dan terintegrasi.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari melalui tautan ini.