Kebanyakan bisnis terbagi menjadi dua kategori: yaitu B2B (business-to-business) dan B2C (business-to-consumer). Dua perusahaan ini menggunakan strategi yang berbeda dan mengejar jenis klien yang berbeda pula.
Memahami kedua model bisnis ini akan membantu Anda menentukan jenis bisnis apa yang ingin Anda dirikan berdasarkan layanan/komoditas dan tujuan Anda dalam jangka panjang.
Dengan pemahaman ini juga, Anda dapat memahami strategi marketing seperti apa yang cocok dengan masing-masing bisnisnya.
Artikel ini akan membahas pengertian bisnis B2C, jenis-jenis perusahaannya, keunggulan dan tantangan, hingga perbedaannya dengan bisnis B2B.
Apa itu B2C?
Istilah B2C (Business-to-Consumer) merujuk pada semua jenis bisnis yang menjual produk ke pasar konsumen. Jenis bisnis ini fokus membangun interaksi langsung antara perusahaan dan pembelinya.
Berikut adalah beberapa contoh bisnis B2C:
- Produsen yang menjual produk melalui situs web atau bisnis brick-and-mortar (toko fisik).
- Toko kelontong yang menjual makanan langsung untuk konsumen gunakan.
- Toko e-commerce yang menjual produk hand-made pada konsumen.
Terkadang, istilah B2C dapat digunakan untuk menggambarkan bisnis yang hanya menjual produknya langsung ke konsumen, tanpa melalui perantara pihak ketiga.
Baca Juga: Strategi Retail Marketing untuk Tingkatkan Penjualan Bisnis Retail Anda
Asal Muasal Bisnis B2C
Model business-to-consumer mulai populer ketika Amazon dan ecommerce lainnya bertumbuh pada akhir tahun 1990. Pada musim liburan tahun 1998, terjadi peningkatan penjualan online sebanyak $1.5 juta.
Dalam bisnis online ini, toko langsung menjual produknya tanpa perlu memberi komisi pada pihak ketiga. Karena itu, mereka bisa menawarkan harga yang lebih kompetitif untuk konsumennya.
Karena harga yang lebih murah di toko online ini, kebiasaan masyarakat dalam berbelanja pun mengalami perubahan, seperti yang bisa Anda rasakan sekarang.
Amazon pun berkembang dari yang awalnya hanya berupa toko buku online menjadi marketplace global. Perkembangan ini menunjukkan betapa besarnya potensi business-to-consumer.
Baca Juga: Business Planning: Pengertian, Proses, Elemen, & Tips Membuatnya
Jenis-Jenis Perusahaan B2C
Meskipun istilah B2C sering digunakan untuk merujuk pada pemilik toko retail dan marketplace, istilah ini juga dapat diterapkan pada penyedia konten dan layanan.
Umumnya, jenis perusahaan B2C e-commerce meliputi berikut ini:
- Penjual Langsung: Merupakan bisnis e-commerce yang paling umum di mana pelanggan membeli langsung dari toko online seperti Ikea.com.
- Perantara: Perantara menawarkan platform untuk menghubungkan pembeli dengan penjual dan pemilik retail. Mereka memungut biaya persentase kecil dari setiap penjualan yang terjadi di platform-nya. Konsumen sering menggunakan perantara karena mereka menawarkan harga yang lebih rendah. Contohnya adalah Shopee, Tokopedia, dan Facebook Marketplace.
- Berbasis Iklan: Perusahaan B2C berbasis iklan menggunakan strategi pemasaran digital yang mendorong traffic. Bisnis berbasis iklan mendapat keuntungan dari penjualan ruang iklan di situs web dan platform media sosial. HuffPost adalah contoh dari jenis perusahaan B2C ini.
- Berbasis Komunitas: Mirip dengan bisnis berbasis iklan, perusahaan berbasis komunitas menggunakan komunitas daring yang berfokus pada identitas, minat, dan informasi tertentu. Mereka menggunakan data yang dari pengguna situs web, seperti data demografi dan lokasi geografis, untuk menghubungkan pengguna tersebut dengan iklan yang ditargetkan. Contohnya termasuk situs media sosial seperti Facebook dan forum daring.
- Berbasis Biaya: Bisnis e-commerce ini memerlukan langganan berbayar sebagai ganti akses tak terbatas ke konten mereka, seperti Disney+ dan Netflix.
Baca Juga: Perbedaan E-commerce dan Marketplace yang Harus Anda Tahu
Apa Perbedaan B2C dan B2B?
Sebelum lanjut ke perbedaan antara bisnis B2B dan B2C, ada baiknya Anda memahami pengertian B2B terlebih dahulu.
B2B adalah singkatan dari business-to-business. Dalam model bisnis ini, konsumennya adalah bisnis atau perusahaan lain, bukan perorangan.
Contoh model bisnis B2B:
- Menjual software untuk bisnis lain
- Jasa marketing
- Menjual jasa konsultasi
- Membuat produk untuk dijual ke distributor atau toko retail
- Membagikan bahan mentah atau mesin ke produsen
- Situs ecommerce B2B yang menjual ke bisnis lain.
Lalu, perbedaan antara B2B dan B2C adalah:
Panjang siklus penjualan
B2B
Siklus penjualan B2B biasanya lebih panjang dan lebih kompleks daripada B2C. Hal ini karena membangun kepercayaan dan hubungan baik membutuhkan waktu lebih lama dalam B2B.
Sebab, suatu bisnis atau perusahaan perlu melibatkan pemangku kepentingan mereka saat hendak membuat keputusan pembelian. Selain itu, biasanya ada proses dan kebijakan formal yang perlu mereka ikuti saat melakukan pembelian.
Menurut survei Databox, median siklus penjualan B2B hanya lebih dari dua bulan.
B2C
Sementara itu, siklus penjualan B2C cenderung lebih pendek dan tidak terlalu kompleks, bahkan terkadang hanya berlangsung beberapa menit.
Karena saat konsumen hendak membeli barang yang mereka inginkan (baju misalnya), mereka tinggal mencarinya di ecommerce, menambahkkannya ke keranjang, lalu mengklik tombol beli.
Proses pembuatan keputusan
B2B
Dalam bisnis B2B, proses pengambilan keputusan sangat bergantung pada pertimbangan rasional seperti:
- Siapa yang akan menggunakan produk/layanannya
- Berapa biayanya
- Seberapa besar pembelian tersebut kemungkinan akan memengaruhi atau
- mengganggu perusahaan secara keseluruhan
- Potensi ROI (return on investment atau laba atas investasi)
Potensi ROI adalah yang paling penting, karena banyak pembelian dalam bisnis B2B yang dipandang seperti investasi dan bukan sekadar pembelian sederhana saja.
B2C
Di dalam B2C, keputusan pembelian sering kali terjadi karena dorongan hati, berdasarkan pertimbangan seperti:
- Pilihan mana yang terlihat lebih menarik (misalnya, kualitas kemasan)
- Pilihan mana yang harganya lebih murah atau menawarkan nilai lebih
- Seberapa mudah produk atau layanan tersebut dibeli atau digunakan
- Seberapa dekat ikatan konsumen dengan merek
- Keadaan emosional atau suasana hati konsumen
Biasanya hanya ada satu pembuat keputusan (konsumen itu sendiri) yang terlibat langsung dalam pembelian. Namun, kadang mereka meminta saran dari orang lain tentang keputusan pembelian atau melakukan pembelian bersama dengan orang lain.
Baca Juga: Mengetahui Tahapan dalam Pengambilan Keputusan Konsumen
Customer relationship
B2B
Dalam bisnis B2B, hubungan personal dengan pelanggan adalah hal yang sangat penting. Karena proses penjualan mereka panjang dan rumit, maka diperlukan kontak yang konsisten agar proses bisnis berjalan lancar.
Karena itu, bisnis B2B biasanya memiliki tim/manajer penjualannya sendiri untuk menangani proses ini.
Dalam bisnis B2B, kualitas produk atau layanan bukanlah satu-satunya hal yang bisa menunjang keberhasilan penjualan. Hubungan antara pelanggan dan bisnis juga mempengaruhi penjualan, bahkan bisa jadi lebih penting.
Hubungan pelanggan adalah kunci untuk membangun brand loyalty dalam pemasaran B2B.
B2C
Dalam B2C, bisnis berusaha membangun hubungan positif antara pembeli dengan merek atau produk. Bisnis ini sering kali tidak memiliki tim sales yang bisa pelanggan hubungi.
Merek B2C biasanya membentuk hubungan dengan pelanggan melalui:
- Produk berkualitas tinggi
- Konten daring yang menarik (seperti di media sosial)
- Bekerja sama dengan influencer yang dipercaya oleh audiens target
Customer service
B2B
Pelanggan B2B sering kali memerlukan dukungan yang lebih khusus dan mendalam karena kompleksitas produk atau layanan. Artinya, CS B2B memerlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi dan pendekatan yang lebih personal.
Tingkat dukungan yang tersedia juga dapat bervariasi dari pelanggan ke pelanggan tergantung pada spesifikasi kontrak, langganan, atau perjanjian.
B2C
Sebaliknya, CS B2C fokus memberikan respons yang cepat dan efisien terhadap pertanyaan pelanggan. Masalah yang ditangani CS B2C juga tidak serumit dalam bisnis B2B, misalnya seperti pengembalian atau pengembalian uang.
Banyak merek B2C menawarkan solusi layanan mandiri seperti chatbot dan FAQ untuk memberikan jawaban dengan cepat.
Penetapan harga
B2B
Bisnis B2B biasanya menerapkan harga yang fleksibel. Mereka memiliki hubungan jangka panjang dengan klien, jadi mereka akan menggunakan biaya perorangan yang berbeda untuk menunjukkan apresiasi atas loyalitas pelanggan atau untuk mengungguli kompetitor.
Tenaga penjual B2B bekerja dengan klien secara langsung daripada tenaga penjual B2C. Mereka juga menawarkan diskon khusus saat keadaan mengharuskannya.
Perusahaan B2B biasanya tidak mengungkapkan secara spesifik perjanjian mereka yang berbeda dengan masing-masing klien, tetapi dalam bisnisnya, mereka tetap berusaha fleksibilitas.
B2C
Tidak seperti B2B yang menerapkan harga fleksibel, B2C menerapkan harga statis. Dengan penetapan harga ini, perusahaan menyeragamkan harga untuk semua konsumen.
Perusahaan B2C bisa memberikan diskon spesial pada konsumen tertentu, tetapi harga yang tertera tetaplah sama untuk semua konsumennya.
Strategi marketing
B2B
Pemasaran B2B melibatkan strategi dan taktik untuk mempromosikan produk atau layanan kepada organisasi lain. Tujuan mereka adalah membangun hubungan saling percaya dan jangka panjang dengan bisnis lain, menciptakan solusi khusus, dan mendorong penjualan.
Berikut ini adalah beberapa metode pemasaran yang cocok untuk perusahaan B2B:
- Content Marketing: Perusahaan B2B biasanya memiliki strategi content marketing yang kokoh. Mereka melakukan riset mendalam untuk memproduksi konten yang bisa membantu menjawab pertanyaan klien dan menunjukkan bahwa mereka memang ahli di bidangnya.
- Event Marketing: Perusahaan B2B sering menyelenggarakan event yang membantu networking, membangun hubungan, dan demonstrasi produk. Acara-acara ini mencakup konferensi dan webinar.
- Inbound Marketing: Alat seperti SEO dan platform pengiklanan online adalah taktik inbound untuk menggiring klien potensial ke situs perusahaan.
- Partner Marketing: Bisnis B2B bisa menarik lebih banyak konsumen dengan bekerja sama dengan bisnis lain untuk saling mempromosikan produk atau layanan.
B2C
Bisnis B2C menggunakan strategi untuk menjual produk pada orang-orang yang beroperasi dalam peran konsumen individual. Tujuan B2C marketing adalah untuk menarik perhatian konsumen, menggugah keinginan, dan memotivasi mereka untuk melakukan pembelian.
Beberapa strategi marketing yang cocok untuk B2C adalah:
- Influencer Marketing: Konsumen mengandalkan influencer untuk mempelajari produk-produk baru dan membantu membuat keputusan pembelian. Jadi, B2C sering bekerja sama dengan influencer.
- Email Marketing: Bisnis B2C menggunakan email marketing untuk membina hubungan mereka dengan konsumen. Mereka juga mengirim diskon, informasi terbaru, dan penawaran terbatas untuk memotivasi konsumen dalam melakukan pembelian, serta meningkatkan customer lifetime value (CLV).
- Social Media Marketing: Konsumen menggunakan media sosial untuk mencari produk baru. Perusahaan B2C dapat mengiklankan produk mereka di media sosial atau bahkan membuat toko langsung di TikTok atau Instagram.
- Search Engine Marketing (SEM): Pencarian daring adalah cara utama yang konsumen gunakan untuk mencari produk atau jasa untuk memecahkan masalah mereka. Karena itu, perusahaan bisa berinvestasi pada SEO, content marketing, dan iklan berbayar untuk mendapatkan penjualan.
Baca Juga: Pengertian dan Perbedaan SEO dan SEM dalam Marketing
Apa Persamaan B2C dan B2B?
Walau ada perbedaan di antara keduanya, tapi model bisnis B2B dan B2C memiliki tujuan yang sama: mendapatkan penjualan, memuaskan pelanggan, dan membangun brand loyalty.
Beberapa persamaan lain dari kedua bisnis ini adalah:
- Menggunakan taktik pemasaran seperti pemasaran konten, optimasi mesin pencari (SEO), dan pemasaran media sosial untuk menghasilkan prospek dan mendorong penjualan
- Mengandalkan reputasi dan kredibilitas merek untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan mereka
- Berusaha membangun hubungan positif dengan pelanggan mereka
- Mendapatkan keuntungan dengan memberikan pengalaman pelanggan yang memuaskan dan layanan purnajual
Baca Juga: Business Metrics (Metrik Bisnis): Manfaat, Jenis, dan Bedanya dengan KPI
Keunggulan dan Tantangan dari Bisnis B2C
Keunggulan
Berikut ini adalah beberapa keunggulan dari model bisnis B2C:
- Harga yang Lebih Murah: Bisnis seperti ini menjual harga dengan lebih murah, karena tidak perlu bekerja sama dengan pihak ketiga
- Jangkauan: Ecommerce memungkinkan bisnis B2C untuk terus terbuka. Melalui internet, bisnis ini juga bisa menjangkau konsumennya secara global. Bahkan toko kecil pun bisa berjaya jika bisa memanfaatkan jangkauan dari internet
- Data Pelanggan: Data pelanggan yang berharga dapat digunakan untuk meningkatkan strategi pemasaran bisnis. Jika Anda menjual secara langsung, akan mudah mendapatkan dan menganalisis data pelanggan seberti pola perilaku konsumen, tingkat konversi, dan lain-lain.
- Personalisasi: Bisnis B2C bisa secara langsung memasarkan produknya ke segmen konsumen dan target audiens yang niche.
- Manajemen Pengalaman Pelanggan: Baik bisnis online maupun offline punya kontrol atas pengalaman pengguna mereka. Dengan kontrol ini, bisnis bisa meningkatkan layanan pelanggan, cross-selling, dan juga kesetiaan konsumen.
- Bisnis yang Booming: B2C adalah salah satu model bisnis yang mendorong lonjakan penjualan e-commerce dekade kemarin. Menurut Biro Sensus AS, penjualan e-commerce yang disesuaikan dengan variasi musiman pada kuartal ketiga tahun 2022 adalah 14,8% dari total penjualan eceran. Angka tersebut hampir 2,5 kali lipat dari angka yang sama pada kuartal ketiga tahun 2013.
Tantangan
Walau model bisnis B2C memiliki banyak keuntungan, tapi ada juga tantangan yang harus Anda hadapi. Berikut ini adalah beberapa tantangan dalam bisnis B2C dan cara mengatasinya:
- Menangani Proses Pembayaran: Konsumen menginginkan opsi pembayaran yang beragam dan sering mengharapkan bisnis agar menerima pembayaran yang fleksibel. Untuk mengatasi masalah ini, Anda bisa menggunakan aplikasi kasir atau POS untuk menerima pembayaran.
- Membuat Situs Web yang User-Friendly: Situs web dengan desain yang baik dan mudah dinavigasi sangat penting untuk perusahaan B2C.
- Menguasai SEO: Untuk bisa tampil di jajaran teratas mesin pencari, bisnis harus mengoptimalkan konten untuk SEO. Artinya, mereka wajib membuat konten baru secara reguler mengelola konten yang sudah ada.
Baca Juga: Ini Manfaat SEO untuk Bisnis yang Wajib Diketahui, Penting Banget!
Kesimpulan
Model bisnis B2C terus mendorong inovasi dan mengubah kebiasaan konsumen dalam mencari dan membeli produk.
Dengan ecommerce yang terus maju, bisnis memperoleh kemampuan untuk menjangkau audiens global dan menjual tanpa bantuan pihak ketiga. Karena itu, tak heran jika B2C termasuk salah satu bisnis yang paling menguntungkan di dunia.
Anda juga bisa bergabung dengan dunia B2C setelah melakukan persiapan yang matang. Jangan khawatir, sebab Kledo POS akan membantu bisnis Anda dalam segala hal terkait pencatatan transaksi, pengelolaan inventaris, dan pelaporan keuangan.
Dengan aplikasi Kledo POS, Anda dapat mengotomatiskan tugas-tugas melelahkan, sehingga Anda bisa fokus mengembangkan bisnis Anda saja.
Tertarik menggunakan Kledo POS? Yuk, coba melalui tautan ini
- Marketing Funnel: Pengertian dan Tahapannya - 11 Desember 2024
- B2C Adalah: Pengertian dan Perbedaannya dengan B2B - 10 Desember 2024
- Aplikasi Kasir Bisnis Food Court: 10 Rekomendasi Terbaiknya - 9 Desember 2024