GAAP adalah singkatan dari generally accepted accounting principles, atau di Indonesia biasa dikenal sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau PABU, adalah bagian penting dari dunia akuntansi dan merupakan standar yang diwajibkan bagi perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan mereka di Amerika Serikat.
Memahami dan memanfaatkan GAAP dapat membantu status keuangan perusahaan Anda lebih dipahami oleh investor dan pemberi pinjaman serta memastikan bahwa Anda mempraktikkan prinsip-prinsip akuntansi yang paling dapat diterima dan akurat.
Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu GAAP, prinsip-prinsip GAAP dalam akuntansi dan juga perbedaan GAAP dengan IFRS.
Apa itu GAAP?
GAAP, singkatan dari generally accepted accounting principles, adalah seperangkat aturan yang disepakati yang diikuti oleh sebagian besar bisnis dan perusahaan publik ketika melaporkan keuangan mereka.
Prinsip-prinsip ini digunakan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk menguraikan metode akuntansi yang disetujui dan bagaimana dan apa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan organisasi.
Meskipun beberapa bisnis di AS menggunakan GAAP, namun diwajibkan oleh hukum untuk perusahaan publik dan bisnis yang beroperasi di Amerika untuk merilis laporannya kepada publik untuk menggunakan pedoman GAAP saat mengirimkan laporan keuangan.
Organisasi dapat menggunakan GAAP untuk mengatur informasi keuangan mereka ke dalam catatan akuntansi, membuat laporan keuangan publik, dan menguraikan informasi pendukung yang mungkin penting untuk laporan ini.
GAAP memungkinkan analisis dan perbandingan yang mudah antara laporan keuangan satu perusahaan dengan organisasi lain dan merupakan komponen penting ketika sebuah perusahaan dievaluasi oleh investor, calon donatur, dan pemberi pinjaman.
Prinsip-prinsip ini juga digunakan oleh para pembayar pajak dan warga negara untuk memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab.
Berikut ini adalah topik-topik yang dimasukkan GAAP ke dalam laporan keuangan perusahaan:
- Aset
- Kewajiban
- Ekuitas
- Sewa
- Mata uang asing
- Beban
- Pendapatan
- Lindung nilai dan derivatif
- Transaksi nonmoneter
- Faktor-faktor akuntansi khusus industri
- Kombinasi bisnis
- Fair value
Industri tertentu mungkin memiliki aturan yang lebih ketat untuk diikuti berdasarkan GAAP dan setiap industri dapat bervariasi secara signifikan.
Baca juga: Tahap Pengikhtisaran Akuntansi Perusahaan Jasa dan Dagang
10 Prinsip Dasar GAAP
Berikut ini adalah konsep atau prinsip utama yang diuraikan oleh GAAP dan diharapkan diikuti oleh perusahaan ketika menyampaikan laporan keuangan publik:
1. Prinsip keteraturan atau Principle of regularity
Prinsip keteraturan mengharuskan akuntan mematuhi aturan dan metode GAAP. Hal ini memastikan bahwa akuntan tidak mengikuti aturan mereka sendiri, melainkan aturan GAAP. Akuntan biasanya menggunakannya secara teratur.
2. Prinsip konsistensi atau Principle of consistency
Prinsip ini berarti bahwa perusahaan mengikuti pedoman secara konsisten di setiap proses dokumentasi laporan keuangan.
Prinsip ini juga membantu akuntan mencegah perbedaan dalam pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Akuntan juga harus dapat menjelaskan setiap standar yang diubah atau diperbarui.
3. Prinsip ketulusan atau Principle of sincerity
Prinsip ketulusan menyatakan bahwa akuntan tetap tidak memihak ketika mengerjakan laporan keuangan perusahaan.
Laporan harus benar-benar jujur. Prinsip ini menyatakan bahwa laporan tersebut harus memberikan gambaran yang akurat mengenai seberapa baik atau buruknya kinerja keuangan perusahaan, terlepas dari hasil yang diinginkan.
Baca juga: Pengertian Akuntansi Adalah? Berikut Pembahasan Lengkap dan Mendalam
4. Prinsip ketetapan metode atau Principle of permanence of methods
Prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan menggunakan prosedur yang konsisten selama persiapan dokumen keuangan.
Langkah-langkah yang konsisten memungkinkan proses perbandingan yang lebih efisien dengan laporan keuangan lainnya.
Hal ini sangat membantu ketika membandingkan kesehatan keuangan dua perusahaan.
Baca juga: Mengenal Big 4 KAP, Cara Berkarir Disana, Kelebihan dan Kekurangannya
5. Prinsip non-kompensasi atau Principle of non-compensation
Prinsip non-kompensasi berarti seorang akuntan tidak mengimbangi utang dengan aset.
Prinsip ini mengharuskan perusahaan melaporkan aspek positif dan negatif dari kinerja bisnis secara penuh tanpa prospek kompensasi utang.
Investor dan kreditor dapat mengharapkan pengungkapan lengkap karena akuntan menganut pendekatan ini.
6. Prinsip kehati-hatian atau Principle of prudence
Prinsip ini menyatakan bahwa perusahaan hanya menggunakan fakta dalam proses pelaporan keuangan – tidak ada pertimbangan untuk spekulasi.
Contohnya, perusahaan tidak boleh melebih-lebihkan atau meremehkan jumlah pendapatan. Hal ini memastikan keakuratan laporan keuangan.
7. Prinsip kesinambungan atau Principle of continuity
Prinsip kontinuitas menetapkan bahwa dalam penilaian aset, ada asumsi bahwa operasi bisnis bertujuan untuk terus berlanjut.
Ini berarti bahwa seorang analis dapat mengklaim dengan pasti bahwa kegiatan mereka tidak mengganggu operasi bisnis saat ini.
Pengumpulan data keuangan dan nilai aset tidak perlu mengganggu aktivitas bisnis yang biasa dilakukan.
Baca juga: Mengenal 3 Standar Audit yang Berlaku di Indonesia
8. Prinsip periodisitas atau Principle of periodicity
Pedoman ini menyatakan bahwa perusahaan mendistribusikan dokumen keuangan selama periode waktu akuntansi standar.
Misalnya, perusahaan mendistribusikan laporan keuangannya selama kuartal fiskal atau tahun fiskal. Perusahaan juga dapat melaporkannya setiap bulan.
Baca juga: Pahami Bagaimana Sejarah Akuntansi Dunia dan Indonesia
9. Prinsip materialitas/itikad baik atau Principle of materiality/good faith
Pedoman ini memastikan akuntan bertujuan untuk pengungkapan penuh dalam pelaporan keuangan mereka.
Bersikap jujur dan mempraktikkan pengungkapan penuh memastikan keakuratan dalam persiapan dokumen keuangan bisnis.
Akuntan yang mematuhi prinsip-prinsip ini harus memberikan semua informasi material selama proses pelaporan keuangan.
10. Prinsip iktikad baik yang maksimal atau Principle of utmost good faith
Terakhir, prinsip itikad baik menetapkan bahwa semua pihak harus bersikap jujur dan benar.
Dengan jumlah uang yang sangat besar yang dipertaruhkan, konsep ini sangat penting bagi kredibilitas sistem keuangan dan komunitas bisnis.
Dalam pengumpulan dan pelaporan informasi keuangan, ada kewajiban untuk kelengkapan dan kejujuran.
Baca juga: Panduan Belajar Akuntansi Dasar bagi Pemula
Mengapa GAAP bermanfaat?
GAAP adalah pedoman yang mencakup spesifikasi, seluk-beluk, dan legalitas akuntansi komersial dan perusahaan.
Berikut adalah beberapa manfaat mengikuti GAAP:
Menawarkan kredibilitas
Financial Accounting Standards Board (FASB) membangun koleksi lengkap prosedur dan praktik akuntansi yang diakui berdasarkan GAAP.
Semua perusahaan yang merilis laporan keuangan kepada publik dan perusahaan yang terdaftar di bursa saham dan indeks di Amerika Serikat mengikuti persyaratan GAAP untuk membantu investor atau auditor yang menghabiskan waktu untuk mengumpulkan dokumen keuangan perusahaan.
Membantu pengambilan keputusan
Menggunakan prinsip-prinsip GAAP memberikan proses yang lebih ramping dan efisien bagi siapa pun yang melihat laporan keuangan perusahaan.
Sebagai contoh, laporan keuangan yang terorganisir dan seragam dengan menggunakan GAAP dapat membantu investor membuat keputusan yang tepat untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.
Baca juga: Market Value Added (MVA): Pengertian, Fungsi dan Cara Menghitungnya
Menetapkan pedoman
Menggunakan GAAP juga penting karena GAAP menetapkan parameter untuk persiapan dokumen keuangan.
Misalnya, GAAP memungkinkan Anda mengetahui apa yang harus disertakan atau dihilangkan dalam dokumen keuangan dan bagaimana mengatur dan memformat laporan, memberi Anda petunjuk yang jelas tentang cara menyiapkan dokumen keuangan yang penting ini.
Menyederhanakan proses
Kepatuhan terhadap GAAP menyajikan proses pelaporan keuangan dengan cara yang ramping dengan menstandarkan asumsi, bahasa, definisi, dan teknik.
Pihak eksternal dapat dengan mudah membandingkan laporan keuangan bisnis yang sesuai dengan GAAP dan dengan percaya diri mengasumsikan keseragaman, sehingga memungkinkan penilaian lintas perusahaan yang cepat dan andal.
Baca juga: Tahapan dan Prosedur Audit Persediaan yang Harus Anda Ketahui
Apa saja Keterbatasan GAAP?
Meskipun menggunakan seperangkat pedoman ini dapat sangat bermanfaat bagi perusahaan, akun, dan calon investor, ada juga keterbatasan yang perlu dipertimbangkan.
Berikut adalah beberapa keterbatasan GAAP:
Kurangnya pengakuan global
Meskipun perusahaan-perusahaan menggunakan GAAP di Amerika Serikat, GAAP bukanlah standar global.
GAAP menangani beberapa kesulitan akuntansi yang signifikan terkait nilai persediaan, pengakuan pendapatan, dan instrumen keuangan secara berbeda dari IFRS (yang akan kita bahas di bawah), sehingga GAAP lebih sulit bagi perusahaan multinasional untuk mengadopsi GAAP.
Ketidakfleksibelan
Berbagai perusahaan mengalami masalah dengan pendekatan umum GAAP terhadap pelaporan keuangan.
Sebagai contoh, bisnis kecil mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan prinsip-prinsip ini dan akan mendapatkan keuntungan dari struktur yang lebih disesuaikan.
GAAP menawarkan aturan yang tepat daripada prinsip-prinsip panduan di bidang-bidang tertentu, seperti penanganan derivatif dan sekuritisasi, sehingga tidak cukup fleksibel untuk menerima tren pasar.
Baca juga: Contoh Flowchart Penjualan dan Tahapan Pembuatannya
Implementasi yang lama
Menciptakan standar baru membutuhkan waktu yang lama. Hal ini karena proses penetapan standar ini oleh dewan kebijakan GAAP bersifat menyeluruh.
Laporan keuangan perusahaan dapat terpengaruh oleh proses yang diperlukan untuk menyelesaikan standar baru.
Masalah penilaian
Perusahaan mencatat aset dengan biaya perolehan historis atau aslinya di bawah GAAP. Padahal nilai wajar seharusnya merupakan penilaian yang lebih realistis dari nilai aset. Nilai wajar adalah harga di mana penjual bersedia menjual dan pelanggan bersedia membayar untuk suatu barang.
Baca juga: 12 Cara Mengelola Utang Bisnis Jadi Lebih Efektif
Apa itu IFRS?
IFRS adalah singkatan dari International Financial Reporting Standards, seperangkat pedoman yang ditetapkan oleh International Accounting Standards Board (IASB).
Seperti GAAP, standar ini memandu perusahaan dan akuntan mengenai praktik pelaporan keuangan, seperti pencatatan, pelaporan akun, dan laporan keuangan.
IFRS membantu memastikan konsistensi dan transparansi dalam bahasa dan praktik akuntansi di antara berbagai perusahaan dan negara.
IFRS mencakup berbagai aktivitas akuntansi dan menetapkan aturan wajib untuk laporan keuangan berikut ini:
- Laporan posisi keuangan (atau neraca)
- Laporan laba rugi komprehensif
- Laporan perubahan ekuitas (atau laporan saldo laba)
- Laporan arus kas
Perbedaan antara GAAP dan IFRS
Berikut ini adalah beberapa perbedaan utama antara GAAP dan IFRS:
Cakupan geografis
Lokasi geografis yang berbeda mengikuti IFRS dan GAAP. Lebih dari 144 negara di seluruh dunia saat ini menggunakan IFRS, termasuk Kanada, Meksiko, dan negara-negara di Uni Eropa, Asia, termasuk Indonesia.
GAAP hanya berlaku untuk organisasi publik di Amerika Serikat. Akibatnya, beberapa perusahaan di berbagai negara mungkin menghadapi beberapa kompleksitas akuntansi dan mencari profesional keuangan yang memahami kedua kerangka kerja tersebut.
Aturan dan prinsip
GAAP dan IFRS juga berbeda dalam cara mereka menilai proses akuntansi.
GAAP mewakili aturan dan prosedur spesifik yang harus diikuti oleh para praktisi, termasuk standar khusus industri.
Penilaian berbasis aturan ini menyisakan sedikit ruang untuk interpretasi dan menerapkan prosedur yang sama untuk semua perusahaan, terlepas dari ukurannya.
IFRS memungkinkan adanya interpretasi dari perusahaan karena IFRS menggunakan prinsip-prinsip untuk menilai proses akuntansi.
Para praktisi menggunakan penilaian terbaik mereka ketika mengikuti dan menafsirkan prinsip-prinsip ini, yang dapat menghasilkan beberapa perbedaan di antara individu atau organisasi.
Tidak seperti perusahaan yang mengikuti GAAP, organisasi-organisasi ini dapat memperoleh kelonggaran atau membuat pengecualian dalam proses akuntansi mereka.
Mereka menentukan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip IFRS tergantung pada situasi atau keadaan yang berbeda.
Baca juga: Memahami Creative Accounting dalam Proses Akuntansi Bisnis
Preferensi persediaan
GAAP dan IFRS juga berbeda dalam cara mereka memperlakukan persediaan.
Persediaan sering kali merupakan aset yang memiliki nilai yang signifikan bagi organisasi. Perusahaan menggunakan tiga metode biaya persediaan utama untuk menentukan nilai moneter:
Firs in, first out (FIFO)
Metode ini mengikuti aliran persediaan. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang diproduksi atau diperoleh juga mewakili barang pertama yang dijual.
Last in, first out (LIFO)
Metode ini berlawanan dengan metode FIFO. Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang paling baru diproduksi atau diperoleh mewakili barang yang pertama kali dijual.
Rata-rata tertimbang
Metode ini memeriksa biaya rata-rata tertimbang dari barang yang tersisa dalam persediaan pada saat penjualan.
Metode ini membagi harga pokok persediaan dengan jumlah barang yang tersedia.
Perusahaan yang mengikuti GAAP dapat menggunakan ketiga metode biaya persediaan. Fleksibilitas ini memungkinkan organisasi untuk menggunakan proses yang paling nyaman bagi mereka.
IFRS mengizinkan metode FIFO dan rata-rata tertimbang tetapi melarang para praktisi untuk menggunakan metode LIFO.
IFRS percaya bahwa metode LIFO tidak memberikan gambaran yang akurat mengenai arus persediaan, sehingga berpotensi menggambarkan tingkat pendapatan yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh organisasi.
Klasifikasi kewajiban
Saat menyiapkan laporan keuangan, organisasi mungkin perlu memasukkan informasi tentang utang atau kewajiban keuangan yang mereka miliki, yang dikenal sebagai kewajiban.
Organisasi yang mengikuti GAAP harus mengklasifikasikan liabilitas mereka menggunakan dua kategori: liabilitas lancar atau tidak lancar.
Kewajiban lancar mengacu pada utang yang diharapkan dapat dilunasi oleh organisasi dalam waktu satu tahun, sedangkan kewajiban tidak lancar adalah utang yang diharapkan dapat dibayar dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Namun, IFRS tidak memberikan perbedaan antara kedua kategori ini. Para praktisi dapat mengelompokkan kewajiban lancar dan tidak lancar pada laporan keuangan.
Baca juga: Akuntansi Komersial dan Akuntansi Pajak: Pengertian dan Perbedaannya
Pengakuan pendapatan
GAAP dan IFRS juga berbeda dalam hal bagaimana perusahaan mengakui pendapatan.
Aturan umum GAAP adalah bahwa pendapatan tidak diakui sampai penyerahan barang atau pemberian jasa.
Setelah pertukaran dan pencatatan transaksi ini selesai, para praktisi kemudian harus mengidentifikasi dan mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh GAAP untuk industri mereka.
Sementara itu, IFRS mengakui pendapatan pada saat nilai diserahkan. Para praktisi menggunakan dua metode untuk mengakui pendapatan.
Pada metode pertama, mereka dapat mengakui pendapatan sebagai biaya yang dipulihkan selama periode pelaporan.
Ketika berurusan dengan kontrak, mereka mengakui pendapatan berdasarkan persentase kontrak yang telah diselesaikan, estimasi total biaya dan nilai kontrak.
Pendapatan yang diakui sama dengan jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan.
Pembalikan penurunan nilai persediaan
Penurunan nilai persediaan mengacu pada proses akuntansi di mana organisasi mencatat pengurangan nilai persediaan mereka.
Mereka melakukan proses ini ketika nilai pasar persediaan mereka turun di bawah nilai buku yang terlihat di neraca.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional mengizinkan organisasi untuk mencatat persediaan mereka ke nilai pasar.
Namun, kedua konsep tersebut memiliki pedoman yang berbeda untuk melakukan pembalikan pencatatan persediaan jika nilai pasar kemudian meningkat.
GAAP melarang para praktisi untuk melakukan proses ini. Sekali organisasi telah mencatat persediaannya, organisasi tersebut tidak dapat membalikkannya.
IFRS mengizinkan para praktisi untuk membalikkan penurunan nilai inventaris mereka, meskipun mereka harus memenuhi kriteria khusus untuk melakukannya.
Baca juga: Jurnal Modal dalam Akuntansi dan Contoh Kasusnya
Evaluasi ulang aset
Faktor pasar atau teknologi yang bervariasi dapat mempengaruhi nilai aset organisasi.
Ketika nilainya turun di bawah nilai saat ini di akun mereka, mereka mengklasifikasikannya sebagai penurunan nilai dan mencantumkannya sebagai kerugian di laporan laba rugi
Namun, jika faktor yang menyebabkan devaluasi tidak lagi ada, nilai aset dapat meningkat lagi.
Seperti pembalikan penurunan nilai persediaan, GAAP dan IFRS berbeda dalam proses ini.
GAAP tidak mengizinkan para praktisi untuk menuliskan kembali nilainya ketika sebuah aset diklasifikasikan sebagai aset yang mengalami penurunan nilai.
Namun, IFRS mengizinkan para praktisi untuk mengevaluasi kembali aset tertentu hingga ke biaya aslinya dan menyesuaikannya untuk penyusutan.
Aset tak berwujud
GAAP dan IFRS juga memperlakukan aset tak berwujud secara berbeda. Aset tidak berwujud dapat mengacu pada konsep seperti pengakuan merek, kekayaan intelektual dan goodwill.
Sebagai perbandingan, aset berwujud mengacu pada aset fisik seperti tanah, peralatan, atau persediaan.
IFRS hanya mengakui aset tidak berwujud jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa depan bagi organisasi.
Praktik ini memungkinkan untuk mengevaluasi aset-aset tersebut dan memberikan nilai moneter.
Sementara itu, GAAP mengakui aset tidak berwujud pada nilai pasar wajar saat ini. GAAP tidak membuat pertimbangan lebih lanjut mengenai nilai masa depan aset-aset ini.
Baca juga: Laporan Pembelian: Pengertian, Format, dan Cara Membuatnya
Laporan arus kas
Organisasi mengikuti praktik pemformatan yang berbeda ketika membuat laporan arus kas tergantung pada apakah mereka mengikuti GAAP atau IFRS.
Laporan keuangan ini melacak bagaimana arus kas masuk dan keluar dari bisnis selama periode tertentu. Laporan ini mengukur arus kas dengan menggunakan tiga kategori utama: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
GAAP mengklasifikasikan bunga yang dibayarkan, bunga yang diterima dan dividen yang diterima sebagai aktivitas operasi, dan dividen yang dibayarkan sebagai aktivitas pendanaan.
Mengikuti pendekatan berbasis prinsip, IFRS menawarkan fleksibilitas dan ruang yang lebih luas bagi para praktisi untuk melakukan interpretasi.
Menurut panduannya, bunga yang dibayarkan dan dividen yang dibayarkan dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi atau pendanaan.
Praktisi juga dapat mengklasifikasikan bunga yang diterima dan dividen yang diterima sebagai aktivitas operasi atau investasi.
Fleksibilitas ini memungkinkan organisasi untuk memilih kategori yang mereka yakini paling sesuai dengan situasi mereka.
Neraca
Seperti laporan arus kas, para praktisi mengikuti praktik pemformatan yang berbeda ketika membuat neraca tergantung pada apakah mereka mengikuti GAAP atau IFRS.
Neraca memberikan gambaran umum tentang kinerja keuangan organisasi selama periode tertentu.
Laporan keuangan ini memungkinkan staf manajemen organisasi, pemberi pinjaman, dan investor saat ini atau investor potensial untuk menentukan kekayaan bersih dan menilai kesehatan keuangannya.
Praktisi GAAP membuat daftar akun berdasarkan likuiditasnya, dimulai dari aset yang paling likuid (aset yang paling mudah dikonversi menjadi kas).
Neraca mereka biasanya menggunakan urutan sebagai berikut: aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas lancar, liabilitas tidak lancar, dan ekuitas pemilik/pemegang saham.
Praktisi IFRS melakukan kebalikannya, mendaftarkan aset dari yang paling tidak likuid ke yang paling likuid.
Neraca mereka biasanya menggunakan urutan sebagai berikut: aset tidak lancar, aset lancar, ekuitas pemilik/pemegang saham, liabilitas tidak lancar, dan liabilitas lancar.
Baca juga: Pembahasan SOP Akuntansi yang Perlu Anda Ketahui
Kesimpulan
Itulah pembahasan lengkap mengenai GAAP beserta prinsipnya dan bedanya dengan IFRS.
Di Indonesia sendiri standar pencatatan akuntansi keuangan sudah tertuang dalam PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang disahkan oleh IAI atau ikatan akuntan Indonesia yang banyak mengadopsi persyaratan dari IFRS dan sesuai sesuai standar akuntansi yang banyak diterima di banyak negara di dunia.
Jika Anda adalah seorang pemilik bisnis bisnis atau bagian dari tim akuntan, ada baiknya Anda menggunakan software akuntansi yang memenuhi standar akuntansi yang berlaku di Indonesia agar Anda terhindar dari kesalahan dan kemungkinan pelanggaran hukum.
Slah satau software akuntansi yang bis Anda gunakan adalah Kledo.
Kledo adalah software akuntansi berbasis cloud yang sudah digunakan oleh lebih dari 45 ribu pengguna dari berbagai jenis dan skala bisnis di Indonesia dan sesuai standar akuntansi yang berlaku di Negara kita.
Dengan menggunakan Kledo, Anda bisa dengan mudah melakukan pencatatan transaksi, pemantauan pengeluaran, otomatisasi lebih dari 30 jenis laporan keuangan, manajemen persediaan, multi gudang dan cabang, dan masih banyak lagi fitur lainnya yang akan mempermudah pengelolaan bisnis Anda.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunkaan Kledo secara gratis selama 14 hari atau selamanya melalui tautan ini.
- Contoh Laporan Neraca Bisnis Jasa dan Download Templatenya - 15 November 2024
- Contoh Laporan Neraca Bisnis Retail dan Download Templatenya - 15 November 2024
- Cara Menghitung Laba Ditahan, Rumus, dan Contohnya - 14 November 2024