Bagai para pemilik bisnis atau akuntan, memahami jurnal penjualan aset dalam pembukuan itu penting, terutama jika Anda masih menggunakan proses pembukuan manual.
Perusahaan sering kali memiliki aset tetap berwujud, seperti properti atau peralatan, yang membantu mereka menghasilkan pendapatan.
Setelah aset-aset tersebut telah mencapai akhir kegunaannya, perusahaan akan melepasnya atau menjualnya.
Memahami proses pelepasan aset dapat membantu perusahaan mendokumentasikan transaksi ini secara akurat dalam laporan keuangan mereka.
Dalam artikel ini, kami akan membahas jurnal penjualan aset dan juga contoh kasusnya untuk memudahkan Anda agar memahami jurnal tersebut.
Penjualan Aset Tetap dalam Bisnis
Aset tetap adalah barang yang dibeli perusahaan untuk penggunaan internal. Mereka tidak berniat untuk menjual aset tetap untuk mendapatkan keuntungan.
Namun, pada titik tertentu, perusahaan perlu melepas aset tetap untuk membeli aset tetap yang baru.
Ini mengarah pada penjualan aset tetap bekas yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Penjualan aset tetap adalah pengalihan aset tetap dari satu entitas ke entitas lainnya.
Penerima transfer memperoleh kepemilikan aset dan transferor mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut.
Keuntungan atau kerugian didasarkan pada perbedaan antara nilai buku aset dan nilai pasar wajarnya.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat menjual aset tetap. Yang pertama adalah nilai buku aset.
Ini adalah jumlah aset yang tercantum di neraca. Pertimbangan kedua adalah nilai pasar.
Ini adalah nilai aset jika dijual di pasar terbuka. Pertimbangan ketiga adalah keuntungan atau kerugian atas penjualan.
Keuntungan penjualan aset tetap adalah jumlah kelebihan hasil penjualan yang diterima perusahaan lebih dari nilai buku.
Ini akan berdampak pada laporan laba rugi sebagai pendapatan lain-lain. Dan itu tidak mencerminkan kinerja bisnis.
Baca juga: Pentingnya Video Marketing, Jenis, Contoh, dan Panduan Lengkapnya
Mengapa Perusahaan Melakukan Penjualan Asset?
Perusahaan menjual asetnya karena berbagai alasan, termasuk:
Nilai aset telah sepenuhnya terdepresiasi
Banyak perusahaan memutuskan untuk menjual aset pada akhir masa manfaatnya.
Menukar aset lama dengan aset baru dapat membantu perusahaan meningkatkan produktivitas karena aset yang lebih baru kemungkinan lebih efisien.
Aset tidak lagi berguna
Perusahaan sering kali menjual aset yang sudah tidak berguna lagi. Misalnya, jika perusahaan membuat proses otomatis baru untuk lini produksinya, mesin-mesin yang membutuhkan operator tidak lagi berguna.
Atas alasan ini perusahaan biasanya menjual mesin mesin tersebut pada perusahaan lain yang lebih membutuhkan
Keadaan yang tidak terduga
Terkadang perusahaan mengalami keadaan yang tidak terduga, seperti kerusakan aset. Namun, jika mereka tidak menjual aset yang rusak perusahaan mencatat kejadian ini sebagai pelepasan atau disposal.
Baca juga: Aset Tak Berwujud: Pengertian, Contoh, Jenis, dan Cara Hitungnya dalam Akuntansi
Penggantian aset
Seiring dengan perkembangan teknologi, begitu juga aset. Beberapa perusahaan menjual aset yang sudah usang dengan aset yang memiliki teknologi yang lebih modern.
Baca secara lengkap mengenai jurnal penerimaan kas melalui tautan ini.
Biaya pemeliharaan melebihi nilai aset
Biaya pemeliharaan mungkin meningkat seiring bertambahnya usia aset, yang dapat menyebabkan pengeluaran melebihi nilai aset saat ini.
Perusahaan dapat memutuskan untuk mengganti mesin atau peralatan ketika biaya-biaya ini melebihi keuntungan yang dihasilkan dari aset tersebut.
Baca juga: Tahapan Scale Up Bisnis, Tips, dan Contohnya
2 Metode untuk Menentukan Nilai Penjualan Aset
Berikut ini dua metode yang umum digunakan untuk membantu Anda menemukan nilai pelepasan aset:
1. Metode garis lurus
Metode garis lurus adalah rumus untuk menghitung penyusutan aset. Pertama, temukan biaya awal aset dan nilai sisa.
Nilai sisa adalah apa yang diharapkan perusahaan untuk diterima ketika menjual atau melepas aset.
Kemudian, kurangi nilai sisa dari biaya awal dan bagi hasilnya dengan tahun kegunaan aset, atau umur total. Rumus tertulisnya adalah:
Penyusutan aset = (biaya awal aset – nilai sisa) / umur aset
Untuk menentukan nilai sisa aset yang belum mencapai akhir masa pakainya,
kalikan jumlah penyusutan dengan masa manfaat aset. Ini mencerminkan total akumulasi penyusutan aset.
Kemudian, kurangi akumulasi penyusutan dari biaya awal aset. Ini adalah nilai sisa aset, atau dikenal sebagai nilai pelepasannya. Rumus tertulisnya adalah:
Akumulasi penyusutan = biaya awal aset – (penyusutan aset x masa kerja)
Baca juga: 5 Rumus Metode Penyusutan, Contoh, dan Cara Hitungnya
2. Metode saldo menurun ganda
Menggunakan metode saldo menurun ganda membantu perusahaan menentukan bagaimana nilai aset terdepresiasi dari waktu ke waktu.
Untuk menentukan nilai pelepasan dengan menggunakan metode ini, pertama-tama bagi 1 dengan masa manfaat aset, kemudian kalikan hasilnya dengan 2.
Ini memberikan tingkat penyusutan aset. Rumus tertulisnya adalah:
Tingkat penyusutan = (1 / masa manfaat aset) x 2
Selanjutnya, cari penyusutan tahunan aset. Kalikan nilai aset pada awal periode tertentu, seperti tahun buku, dengan tingkat depresiasi.
Ini mencerminkan penyusutan aset untuk periode itu. Rumus tertulisnya adalah:
Penyusutan tahunan = nilai aset pada awal periode x tarif penyusutan
Kemudian, kurangi jumlah depresiasi tahunan dari nilai awal aset. Hasilnya adalah nilai baru aset tersebut. Rumus tertulisnya adalah:
Akumulasi penyusutan = nilai aset pada awal periode – penyusutan tahunan
Setiap tahun perusahaan Anda memiliki aset kemungkinan besar memiliki nilai awal aset yang berbeda.
Ulangi langkah-langkah ini sampai aset tersebut mencapai nilai sisa atau terdepresiasi penuh.
Baca juga: Jurnal Pembelian: Definisi, Format, dan Contohnya
Contoh Kasus Pelepasan Aset
Pelajari contoh-contoh ini untuk lebih memahami bagaimana dan mengapa perusahaan melepas atau menjual aset:
Penjualan aset di akhir masa pakai
Woodcarver Industries, yang memproduksi lemari jadi, memiliki mesin yang membuat pintu lemari.
Perusahaan membeli mesin ini seharga 17.000.000, dan produsen mengatakan bahwa mesin ini memiliki masa manfaat selama lima tahun.
Ketika aset mencapai akhir masa manfaatnya, nilai pelepasannya adalah nol.
Woodcarver menjual mesin tersebut ke perusahaan besi tua dan menandai pelepasan ini sebagai debit pada akun penyusutan dan kredit pada akun mesin.
Baca juga: Pengertian Jurnal Koreksi, Cara Membuat, dan Contoh Kasusnya
Pelepasan aset dalam keadaan yang tidak terduga
Stevens Bakery membeli oven roti seharga 6.000.000. Aset tersebut memiliki estimasi masa manfaat selama 10 tahun dan nilai sisa sebesar 1.000.000 pada akhir masa manfaatnya.
Setelah empat tahun digunakan, seseorang merusak oven tersebut. Dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus, akuntan Stevens Bakery menghitung nilai sisa oven tersebut.
- Penyusutan aset = (6.000.000 – 1.000.000) / 10 = 500.000
- Akumulasi penyusutan = 500.000 x 4 = 2.000.000
- Nilai pembuangan = 6.000.000 – 2.000.000 = 4.000.000
Mereka menentukan nilai pelepasan aset yang rusak adalah 4.000.000. Jumlah ini muncul di laporan keuangan sebagai debit ke akun biaya pencurian toko roti dan kredit pada akun mesinnya.
Baca juga: Struktur Surat Penawaran Bisnis, Komponen, dan Contohnya
Biaya pemeliharaan melebihi nilai aset pelepasan aset
Tennent Industries membeli sebuah aerial work platform (AWP) seharga 75.000.000.
Perkiraan masa manfaatnya adalah 10 tahun dan salvage value adalah 5.000.000.
Aset tersebut rusak setelah delapan tahun masa manfaatnya, dan estimasi biaya perbaikannya adalah 25.000.000.
Dengan menggunakan metode penyusutan menurun ganda, perusahaan menghitung nilai AWP untuk menentukan apakah nilai AWP lebih tinggi dari biaya perbaikan.
- Tingkat penyusutan = (1/10) x 2 = 0,2
- Penyusutan tahunan untuk tahun pertama = 75.000.000 x 0,2 = 15.000.000
- Akumulasi penyusutan untuk tahun pertama = 75.000.000 – 15.00.0000 = 60.000.000
- Penyusutan tahunan untuk tahun kedua = 60.000.000 x 0,2 = 12.000.000
- Akumulasi penyusutan untuk tahun kedua = 60.000.000 – 12.000.000 = 48.000.000
Ulangi sampai tahun kedelapan.
Akumulasi penyusutan untuk tahun kedelapan = 15.728.640 – 3.145.728 = 12.582.912
Tennent menemukan nilai AWP saat ini adalah 12.582.912. Karena estimasi biaya perbaikan melebihi nilai saat ini, perusahaan menjual mesin tersebut ke bengkel mesin.
Tennent mencatat transaksi ini sebagai kredit ke akun mesin dan debit ke akun kas.
Baca juga: Pengertian Lengkap Pendapatan Bunga dan Cara Menjurnalnya
Entri Jurnal untuk Keuntungan Penjualan Aset Tetap
Perusahaan membeli aset tetap dan mencatatnya di neraca. Seperti yang sudah kita bahas diatas, aset tetap tersebut akan disusutkan dari waktu ke waktu.
Beban penyusutan akan dicatat pada laporan laba rugi dan juga mengurangi aset tetap di neraca.
Ketika menjual aset tetap, perusahaan harus menghapus biaya perolehan dan akumulasi penyusutan dari neraca.
Ini adalah nilai buku bersih aktiva tetap. Jika perusahaan mampu menjual aset tetap lebih dari nilai buku, maka akan menghasilkan keuntungan atas penjualan tersebut.
Jurnal yang dibuat adalah mendebet kas yang diterima, akumulasi penyusutan dan mengkredit biaya, keuntungan penjualan aset tetap.
Akun | Debit | Kredit |
Kas/Piutang | Xxx | |
Akumulasi Penyusutan | Xxx | |
Aset Tetap – Biaya | Xxx | |
Keuntungan dari Penjualan Aset Tetap | Xxx |
Ayat jurnal tersebut akan mencatat kas atau piutang yang akan didapat dari penjualan aset.
Biaya perolehan dan akumulasi penyusutan harus dihilangkan karena aset tetap tersebut tidak lagi berada di bawah kendali perusahaan.
Keuntungan penjualan adalah jumlah hasil yang diterima perusahaan lebih dari nilai buku.
Baca juga: Tabel Jurnal Umum: Pengertian, Fungsi, dan Contohnya
Contoh Kasus dalam Membuat Jurnal Penjualan Aset
PT ABC memiliki mobil yang dibeli seharga 50.000.000 dan akumulasi penyusutan saat ini adalah 20.000.000.
Perusahaan telah menjual mobil ini seharga 35.000.000 secara tunai. Harap siapkan entri jurnal untuk keuntungan atas penjualan aset tetap.
PT ABC memutuskan untuk menjual mobil seharga 35.000.000 sementara nilai bukunya 30.000.000 (50.000.000 – 20.000.000).
Hasil penjualan lebih tinggi dari nilai buku, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan aset tetap.
Keuntungan penjualan aset tetap = 35.000.000 – (50.000.000 – 20.000.000) = keuntungan 5.000.000
Setelah itu, perusahaan harus mencatat penerimaan kas sebesar 35.000.000, dan mengeliminasi biaya aset tetap sebesar 50.000.000, akumulasi penyusutan sebesar 20.000.000, dan keuntungan 5.000.000.
Akun | Debit | Kredit |
Uang | 35.000.000 | |
Akumulasi Penyusutan | 20.000.000 | |
Aset Tetap – Biaya | 50.000.000 | |
Keuntungan dari Penjualan Aset Tetap | 5.000.000 |
Baca juga: Contoh dan Cara Membuat Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang
Kesimpulan
Itulah pembahasan lengkap jurnal penjualan aset dalam bisnis dan juga contohnya yang bisa Anda gunakan dalam bisnis jika Anda menggunakan proses pembukuan manual.
Jika Anda menggunakan proses akuntansi modern, Anda akan lebih mudah dalam melakukan proses penjurnalan dalam pembukuan Anda secara otomatis, misalnya dengan software akutansi online Kledo.
Kledo adalah software akuntansi online buatan Indonesia yang memiliki fitur terlengkap dengan harga yang sangat terjangkau.
Hanya dengan 4500 rupiah perhari, Anda bisa dengan mudah melakukan pencatatan pembukuan bisnis, membuat laporan keuangan otomatis, manajemen aset dan persediaan dengan lebih mudah, mengelola banyak cabang dan gudang dengan praktis, dan masih banyak lagi.
Jika tertarik, Anda bisa mencoba menggunakan Kledo secara gratis selama 14 hari atau selamanya melalui tautan ini.
- Annual Recurring Revenue (ARR): Rumus dan CaraMenghitungnya - 17 Desember 2024
- Laporan Mingguan: Definisi, Manfaat, dan Tahapan Membuatnya - 17 Desember 2024
- Bukti Pembayaran: Pengertian, Manfaat dan Download Contohnya - 16 Desember 2024